JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Prabowo Menteri Pertahanan, Pengamat: Ibarat Memelihara Anak Macan

Presiden Joko Widodo mengundang Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019) / tempo.co
   

 

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Lawan menjadi kawan. Itulah ungkapan yang terjadi antara Jokowi dengan Prabowo. Sebuah persekutuan yang ganjil,  namun logis dalam sebuah politik.

Sejumlah pengamat memang menilai, persekutuan bekas seteru ini sebagai sesuatu yang ganjil.

“Ganjil, tapi itulah politik. Bergantung pada kepentingan. Jika kepentingannya beda, akan jadi lawan. Namun jika kepentingannya sama akan berkawan,” ujar Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin saat dihubungi Tempo, Selasa (22/10/2019).

Kendati demikian, Ujang menilai posisi Menhan cocok dengan latar belakang Prabowo sebagai prajurit. Dan dia menilai tidak berbahaya jika pos triumvirat itu diberikan kepada Prabowo Subianto.

“Tidak berbahaya, karena masih ada dalam kendali Menkopolhukam dan Presiden. Prabowo masih punya dua atasan yaitu Menkopolhukam dan Presiden,” ujar Ujang.

Berbeda dengan Ujang, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai, cukup riskan memberikan posisi Menhan kepada Prabowo Subianto karena posisi ini sangat vital.

“Seharusnya dijabat orang terdekat Jokowi. Bukan teman koalisi yang baru masuk yang belum terlihat soliditasnya,” ujar Adi saat dihubungi terpisah.

Baca Juga :  Pertemuan Prabowo-Surya Paloh Sinyal Hak Angket Bakal Layu Sebelum Berkembang

Masuknya Gerindra dan Prabowo ke Koalisi Jokowi, juga dinilai akan merugikan partai-partai Koalisi Indonesia Kerja (KIK) dalam kepentingan menuju 2024.

“Ini ibarat memelihara anak macan yang setiap saat bisa saling berkompetisi. Gerindra partai besar yang tak akan tinggal diam duduk manis jadi penonton saat Pilpres nanti. Pasti ingin merebut momentum itu,” ujar Adi Prayitno.

Sebagaimana diketahui, belakangan setelah Papua bergolak, Gerindra disebut meminati juga kursi Menteri Pertahanan yang diinginkan Prabowo sendiri.

Pesan itu disampaikan kepada Jokowi melalui para perantara. Presiden kemudian mengutus seorang pejabat intelijen dan memberikan isyarat menyetujui permintaan tersebut pada September lalu.

Saat bertemu dengan Jokowi di Istana Negara pada Jumat (11/10/2019), Prabowo memaparkan konsep tentang pertahanan dan pertanian yang dimiliki Gerindra.

Setelah pertemuan itu, Wakil Ketua Umum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyebut konsep mereka telah diterima Jokowi. Sinyal-sinyal berkoalisi pun semakin kuat.

Baca Juga :  116 Laporan ke Bawaslu Tak Ditindaklanjuti, TPN Ganjar-Mahfud Bawa 10 Boks Alat Bukti ke MK

Kemarin, Prabowo bersama Edhy Prabowo dipanggil ke Istana. Usai bertemu Jokowi, Prabowo resmi mengumumkan bahwa Gerindra bergabung ke Koalisi Jokowi dan akan membantu di kabinet.

Prabowo mendapatkan pos di bidang pertahanan. Terkait penugasan tersebut, Prabowo menyatakan bahwa dirinya telah mendapatkan arahan dari Jokowi.

“Tadi beliau beri arahan, saya akan bekerja sekeras mungkin untuk mencapai sasaran dan harapan yang ditentukan,” ujar Prabowo.

Tawaran kepada Gerindra masuk kabinet pertama kali mengemuka sebelum pertemuan Jokowi dan Prabowo di Stasiun Moda Raya Terpadu Lebak Bulus, Jakarta.

Waktu itu, sejumlah jabatan dikabarkan ditawarkan kepada Gerindra. Salah satunya posisi Menteri Pertanian, yang disebutkan akan diisi Wakil Ketua Gerindra, Edhy Prabowo.

Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto sendiri pernah bercerita soal kisah perdamaian Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke-16 dengan rivalnya, William Henry Seward usai pemilihan presiden 1860.

Cerita itu ia ungkap saat Rapat Pimpinan Nasional Partai Gerindra di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/10/2019).

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com