JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Miris, Digelontor Modal Trilyunan, Produksi Gula Nasional 10 Tahun Terakhir Terus Menurun. Komisi VI Ungkap Defisit Gula Konsumsi Masih 600.000 Ton

Komisi VI DPR RI saat berkunjung ke PG Mojo Sragen terkait gelontoran PNM Rp 225 miliar dan problem produksi gula nasional. Foto/Wardoyo
   
Komisi VI DPR RI saat berkunjung ke PG Mojo Sragen terkait gelontoran PNM Rp 225 miliar dan problem produksi gula nasional. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Produksi gula nasional selama 10 tahun selama 10 tahun terakhir diakui terus menurun. Padahal dana penyertaan modal negara (PMN) yang digelontorkan pemerintah untuk kepentingan penguatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan PTPN mencapai angka trilyunan.

Hal itu terungkap dalam kunjungan Komisi VI DPR RI di Pabrik Gula Mojo, Sragen, Kamis (14/11/2019). Di hadapan legislator Komisi VI, Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro memaparkan untuk kepentingan revitalisasi pabrik gula, grup PTPN memang mendapat dana PNM sebesar Rp 3,5 trilyun.

Khusus untuk PTPN IX, mendapat Rp 1 trilyun yang digunakan untuk tiga program utama.

“Yang Rp 225 miliar untuk revitalisasi PG Mojo ini, yang Rp 225 miliar untuk revitalisasi PG Rendeng di Kudus dan sisanya untuk bangun pabrik gula baru di Pantura,” paparnya.

Baca Juga :  OPTIMALISASI LORONG SEKOLAH MENJADI LORONG LITERASI

Menurutnya pabrik gula itu perlu direvitalisasi lantaran usianya rata-rata di atas 100 tahun. Selama ini BUMN memiliki 43 pabrik gula yang 38 berada di bawah pengelolaan PTPN dan 5 sisanya swasta.

Ia juga mengakui bahwa produksi gula 10 tahun terakhir cenderung turun. Di 2019 ini saja produosi hanya 1,1 juta ton dan produksi swasta 1 juta ton.

“Karena 80 persen PG di Jawa ini tidak punya areal. Yang punya rakyat,” terangnya.

Sementara, Ketua Komisi VI DPR RI, Aria Bima menegaskan agar anggaran revitalisasi Rp 225 miliar untuk PG Mojo Sragen benar-benar bermanfaat mendorong peningkatan produksi gula.

Ia menyebut jika peningkatan kapasitas produksi pasca revitalisasi harus diimbangi dengan kebijakan meningkatkan on farm petani di tebu di lapangan.

Ia memandang ke depan perlunya kerjasama Pemkab melalui BUMD dengan BUMN gula terkait kemungkinan diberikan spare saham. Sehingga Pemkab akan ada semangat untuk menjaga lahan-lahan tebu agar tidak dikonversikan ke tanaman selain tebu.

Baca Juga :  Harga Gas LPG 3 Kg di Sragen Naik Ugal Ugalan Per Tabung Tembus Rp 30000 Warga: Sudah Terjadi 1 Minggu Sebelum Lebaran Idul Fitri

Selain itu juga untuk menarik petani yang belum menanam tebu agar ikut menanam.

“Solusinya selain PNM adalah kita leverage asset. Tapi harus ada pengaturan tata niaga gula yang ketat. Saya harap 5 tahun ke depan, target swasembada gula konsumsi bisa tercapai,” terangnya.

Dalam paparannya, politisi asal PDIP itu mengatakan salah satu tujuan kunjungan itu juga untuk menanyakan sejauh mana manfaat dari gelontoran dana Rp 225 miliar untuk revitalisasi PG Mojo Sragen itu.

Ia juga menyebut defisit gula konsumsi di Indonesia saat ini masih mencapai angka 600.000-700.000 ton pertahun. Jika tidak ada kebijakan ketat, maka lima tahun ke depan problem itu akan terus terjadi. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com