JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kecanduan game ternyata bisa menyebabkan kematian. Seorang remaja bernama Piyawat Harikun (17) meninggal setelah mengalami serangan stroke.
Diyakini, dia meninggal karena menghabiskan semalam suntuk untuk bermain games di komputer selama liburan.
Kedua orang tua Piyawat mempublikasi kisah ini agar bisa menjadi peringatan bagi yang lain akan bahaya kecanduan games.
Dikutip dari mirror.co.uk, Selasa (5/11/2019), Piyawat terjaga sepanjang malam untuk bermain games di komputer selama libur sekolah.
Kedua orang tua Piyawat mengatakan pada malam-malam dia bermain games di rumah, Piyawat menutup jendela kamar dengan hordeng agar bisa terus bermain games.
Piyawat dan keluarganya tinggal di Udon Thani, wilayah utara Thailand. Ayahnya, Jaranwit, pada Senin, 4 November 2019 tidur lebih awal, namun sebelum ke kamar betapa terkejutnya dia menemukan putranya pingsan tak jauh dari kursi komputer.
Jaranwit yang berprofesi sebagai tentara Angkatan Udara, mencoba memberikan pertolongan pertama pada anak remajanya itu, namun Piyawat sudah tak tertolong lagi.
Di kamar Piyawat, ada bertumpuk-tumpuk CD games dan sebotol minuman bersoda di kakinya. Sedangkan di headphones miliknya beristirahat di atas komputer.
“Saya memanggil-manggil namanya dan memintanya untuk bangun, tetapi dia (Piyawat) tidak menjawab. Saya bisa melihat dia sudah meninggal,” kata Jaranwit.
Tim medis yang melakukan evaluasi jasad Piyawat mengatakan remaja laki-laki itu meninggal akibat serangan stroke, yang diyakini akibat bermain games di komputer secara konstan sepanjang malam.
Jaranwit pun mengakui putranya itu kecanduan games dan melalui kejadian ini, dia memperingatkan para orang tua agar tidak membiarkan anak-anak menjadi kecanduan games.
Jasad Piyawat sudah diambil dari rumah sakit dan ditempatkan di sebuah kuil Budha terdekat, dimana ayahnya sambil bersedih menunggu proses pemakaman.
“Putra saya anak yang cerdas, tetapi dia punya masalah besar dengan kecanduan games. Saya sudah memperingatkannya dan dia berjanji akan menguranginya, namun itu sepertinya terlambat. Dia sudah meninggal sebelum melakukan perubahan. Saya ingin kematian putra saya menjadi contoh dan peringatan bagi orang tua yang lain,” kata Jaranwi.