JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Miris, 5.814 Balita di Sragen Masuk Kategori Stunting Alias Gagal Tumbuh. Wagub Jateng Ungkap Salah Satu Penyebabnya Karena Diet!

Wagub Jateng, Taj Yasin saat berkunjung ke Mondokan Sragen. Foto/Humas Jateng
   
Wagub Jateng, Taj Yasin saat berkunjung ke Mondokan Sragen. Foto/Humas Jateng

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM  – Tingginya kasus stunting di Kabupaten Sragen menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Per Agustus 2019, tercatat sebanyak 5.814 balita dinyatakan mengalami stunting.

Stunting adalah masalah gizi kronis akibat asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

“Kasus stunting di Sragen sangat tinggi, termasuk di Desa Kedawung ada 66 balita. Stunting adalah dampak dari kemiskinan sehingga penanganan stunting menjadi prioritas dalam program pemberantasan kemiskinan di Jateng. Karena itu, stunting harus ditangani dengan serius sehingga penanggulangan kemiskinan berjalan baik ” ujar Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat berdialog dengan warga di Balai Desa Kedawung, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen, Kamis (12/12/2019).

Wagub mengatakan penyebab stunting antara lain karena kurangnya pengetahuan orangtua mengenai kesehatan dan gizi sebelum kehamilan, selama kehamilan, dan setelah kehamilan.

Baca Juga :  Geger Warga Sragen Beli Mobil Baru Isi Bahan Bakar Dexlite di SPBU Jetak Sidoharjo Sragen Mesin Langsung Rusak, Komsumen Curigai Jual Dexlite Tidak Asli

Selain itu juga karena diet tidak sehat yang dilakukan seseorang saat masa pertumbuhan.

“Menurut hasil survei UNESCO, ternyata di Indonesia banyak yang mengalami stunting akibat diet yang tidak sehat. Saat usia remaja banyak yang tidak mengkonsumsi karbohidrat dan kandungan gizi lainnya karena takut gembrot. Akibatnya setelah menikah dan mengandung jadi kekurangan asupan gizi lalu anak yang dilahirkan stunting,” kata Gus Yasin, sapaan akrabnya.

Di samping asupan makanan, kebersihan lingkungan juga berkontribusi menyebabkan stunting. Untuk itu kesadaran menjaga lingkungan dari sampah, terutama sampah plastik, harus ditingkatkan.

Misalnya melalui program pemberdayaan masyarakat memilah sampah dari rumah. Dengan demikian, kebersihan lingkungan terjaga dan masyarakat mendapat pemasukan dari sampah.

Gus Yasin menambahkan, yang tak kalah penting dalam upaya pemberantasan kemiskinan adalah program jambanisasi di daerah yang masuk zona merah kemiskinan.

“Di Desa Kedawung masih ada 202 warga belum mempunyai jamban. Ini juga harus menjadi perhatian kita semua, karena kesehatan masyarakat dan kemiskinan sangat terkait dengan kesadaran menjaga kebersihan lingkungan,” ujarnya.

Baca Juga :  Paguyuban Sahabat Dangkel Bagikan Paket Sembako di Bulan Ramadhan 1445 H Untuk Masyarakat Miskin dan Kurang Mampu Hingga Anak Yatim di Sragen, Kades Purwosuman: Paguyuban Yang Kompak dan Solid Membantu Warga

Kepala DP3AP2KB Jateng Retno Sudewi menambahkan pihaknya telah bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Sosial Kabupaten Sragen, dan instansi terkait lainnya dalam melaksanakan program pembangunan fisik dan pemberdayaan masyarakat.

Terkait pembangunan fisik, DP3AP2KB Jateng telah membangun saluran irigasi, merehap rumah tidak layak huni (RTLH), pemasangan listrik PLN, dan kegiatan pengembangan potensi pariwisata daerah. Di samping itu juga memberikan bantuan sosial dan menyelenggarakan pelatihan forum anak, perlindungan perempuan dan anak, pelatihan keterampilan, serta kegiatan pemberdayaan masyarakat lainnya.

“Guna menanggulangi kemiskinan di desa binaan DP3AP2KB, kami mengundang semua SKPD di Pemkab Sragen, antara lain Dinas Sosial dan Bappeda untuk bersama-sama berupaya mengentaskan kemiskinan melalui program Satu SKPD Satu Desa Dampingan,” kata Retno. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com