Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Ratusan Siswa SD Marsudirini Surakarta Ceria Belajar Jurnalistik dan Menulis Cerpen

Para siswa SD Marsudirini Surakarta tengah belajar liputan / Joglosemarnews

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ratusan siswa kelas 5 SD Marsudirini Surakarta tampak ceria dan antusias saat mengikuti workshop jurnalistik dan penulisan cerpen di aula sekolah setempat, selama tiga hari, Senin (2/12/2019) hingga Rabu (4/12/2019).

Workshop yang dipandu oleh jurnalis sekaligus penulis, Didik Kartika dan Hamdani MW tersebut berlangsung di aula, sementara penulisan berita hasil liputan dilakukan di laboratorium komputer.

Pertemuan di hari pertama dibuka dengan pemutaran video motivasi tentang penulis cilik dilanjutkan dengan penyampaian materi cerpen dan disusul materi jurnalistik.

Didik berharap, video motivasi tersebut mampu membuka frame di kepala para siswa bahwa menulis itu merupakan aktivitas yang menyenangkan.

Materi tentang teknik jurnalistik, mulai dari peliputan hingga penulisan berita, disampaikan secara sederhana oleh Didik Kartika. Sementara materi penulisan cerpen diberikan oleh Hamdani MW dengan cara yang mudah dimengerti siswa.

Untuk menggugah semangat para siswa, para siswa diajak menyanyikan sebuah lagu yang menggambarkan bahwa menulis cerpen itu aktivitas yang menyenangkan lagi mengasyikkan.

Usai pemaparan tips menulis cerpen, para siswa langsung diajak untuk mengurai imajinasi mereka dalam sebuah cerita. Cerpen itu, kemudian dibahas pada hari kedua dan ketiga.

Di akhir hari pertama, para siswa langsung dibentuk kelompok-kelompok, yang akan bertugas melakukan peliputan pada  hari kedua. Beberapa siswa yang bertugas sebagai fotografer, oleh para guru diizinkan membawa handphone esok harinya.

Hari kedua, para siswa melakukan peliputan di area sekitar sekolah. Mulai dari wawancara dengan Kepala Sekolah, guru yang paling lama mengabdi, penjaga sekolah, petugas parkir, petugas kebersihan sekolah, petugas Perpustakaan, orang tua murid dan lain-lain.

Saat melakukan peliputan, anak-anak terlihat cukup gigih. Bahkan, ada fotogracer cilik yang dengan inisiatif sendiri naik ke atas kursi demi mendapatkan foto yang bagus. Di antara foto-foto karya siswa tersebut, ada satu foto yang sudah mampu “bercerita”, yakni foto seorang siswi yang memberikan uang parkir kepada petugas parkir. Foto tersebut berlatar belakang ibundanya yang menunggu di atas sepeda motor.

Ada pula guru yang sengaja menguji mental para jurnalis cilik itu, dengan menolak diwawancarai.   Akhirnya, anak-anak itu mencari alternatif lain dengan mewawancarai orang tua siswa.

Pada hari ketiga, anak-anak bergiliran per kelas menulis berita hasil liputan mereka di lab komputer. Sementara siswa dari tiga kelas lainnya mengikuti pembahasan foto dan cerpen karya mereka di aula. Demikian berlangsung secara bergantian.

Cerpen yang ditulis anak-anak tersebut cukup banyak yang memunculkan ide-ide kreatif. Hanya saja, sebagian dari mereka masih kurang berani melepaskan imajinasi untuk keluar dari realitas yang mereka alami.

Uniknya, saat pembahasan cerpen berlangsung, ada salah seorang anak yang hanya menunduk dan menutupi kepalanya. Ternyata dia adalah penulis cerpen bertema kesedihan yang sedang dibahas. Dia menangis karena   teringat eyangnya yang telah tiada, yang ditulisnya dalam cerita. Ia pun ditenangkan dan dihibur oleh para guru.

Para siswa terlihat antusias saat menulis cerpen / Joglosemarnews

Pembahasan cerpen itu berlangsung interaktif sehingga tak membuat anak-anak bosan. Mereka diajak untuk ikut memperdalam imajinasi dari karya temannya yang tengah dibahas. Dari situlah muncul sebuah ide cerita yang lebih seru dengan konflik yang lebih tajam. Semua itu muncul dari ide anak-anak.

“Mengajarkan cerpen untuk anak, pertama kali adalah mengurai simpul imajinasi mereka,” ujar Hamdani MW.

Kepala SD Marsudirini Surakarta, Fransisca Srilani, SPd mengatakan, banyak anak-anak di SD Marsudirini yang memiliki bakat hebat di bidang tulis menulis, namun belum tergali dengan baik.

“Entah karena faktor dari luar, atau faktor dari si anak itu sendiri,” ujarnya.

Sisca, sapaan akrab Fransisca Srilani mengaku tertarik melakukan workshop dengan harapan agar bakat anak-anak dapat dimunculkan dan mendapatkan wadah penyaluran yang benar.

“Siapa tahu dari mereka, salah satu ada yang bisa lahir menjadi penulis hebat dari sekolah ini,” ujarnya. suhamdani

Exit mobile version