Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Saut Situmorang: Radikalisme Bisa Muncul Karena Korupsi

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, memberikan keterangan saat konferensi pers terkait Operasi Tangkap Tangan (OTT) Bupati Labuhanbatu Pangonal Harahap di Gedung KPK, Jakarta (18/7/2018) silam / tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sekilas, korupsi dan radikalisme merupakan dua hal yang berbeda dan tidak saling berhubungan. Namun, ternyata keduanya bisa saling mengkait dan bahkan berkelindan.

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang  mengatakan, salah satu akibat dari korupsi adalah munculnya isu radikalisme. Dia menyebut, korupsilah yang membuat seseorang membenci negara dan bertindak radikal.

“Bahkan isu radikalisme datang banyak dari isu korupsi di depannya. Maka, dalam transnational crime yang saya dalami 20 tahun itu, sebab ke negara itu yang membuat orang radikal, itu latar belakangnya korupsi,” kata Saut.

Lebih lanjut Saut mengatakan, radikalisme bisa datang dari berbagai latar belakang pula. Seperti radikal agama, ideologi, bahkan ekonomi.

“Oleh sebab itu kalau kita komit, korupsi menyengsarakan buat orang sebal dan sedikit lebih radikal, maka dalam rangka Hari Antikorupsi, kami mengajak masyarakat untuk sama-sama. KPK enggak bisa memerangi sendiri,” kata Saut.

Saut menjelaskan, upaya memerangi korupsi bisa dimulai dari hal yang kecil dan sederhana.

“Contoh, SIM kalau enggak lulus jangan nyogok sampai kapan pun. Demikian juga jangan melanggar lalu lintas, jangan buang sampah. Untuk mahasiswa, jangan titip absen,” katanya.

Saut Situmorang mengatakan, Hari Antikorupsi Sedunia bertujuan untuk menyadarkan bahaya korupsi terhadap suatu negara.

“Seperti apa Hari Antikorupsi? Hari itu dibuat agar dunia sadar bahwa korupsi bisa bikin kiamat suatu negara. Bikin negara bubar, tidak efisien, tidak efektif tidak adil,” kata Saut ketika ditemui di Festival Film Antikorupsi, Ciputra Artpreneur, Jakarta, Minggu, 8 Desember 2019.

Exit mobile version