Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Ini Dia Penjara yang Tidak Menyeramkan Maupun Mengerikan, Ada Ala-ala Balinya Plus Suasana Sejuk Perkebunan Pinggir Bengawan Solo

Kepala Rutan Kelas II B Wonogiri Urip Dharma Yoga di antara tanaman bawang merah. Aria

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Selama ini penjara selalu diidentikkan dengan tempat yang menyeramkan plus mengerikan. Stereotip itu diperkuat dengan penggambaran suasana penjara di film-film.

Namun tidak demikian dengan penjara satu ini. Yang ada justru suasana asri, nyaman, dan mengasyikkan. Suasana tersebut ada di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas II B Wonogiri.

Ketika kita masuk ke dalam lingkungan Rutan Wonogiri, kita disuguhkan suasana mirip pemukiman di Pulau Dewata Bali. Sejumlah pohon rindang di dalam rutan diberi semacam kain bermotif kotak-kotak hitam putih. Selain itu dentingan irama khas Bali mengalun diselingi gemericik air di taman.

Kondisi yang tak kalah menarik juga bisa dijumpai di kebun belakang rutan. Kita akan dimanjakan dengan hamparan tanaman sayur dan buah yang menghijau. Ada pula kolam ikan dan sejumlah gazebo di sekitarnya.

Kepala Rutan Kelas II B Wonogiri Urip Dharma Yoga mengatakan sejumlah terobosan itu memang salah satunya ditempuh untuk mengubah image penjara yang menakutkan. Intinya penjara menjadi tempat membina warga agar bisa kembali ke masyarakat.

“Intinya kita memaksimalkan pelayanan, baik kepada warga binaan maupun kepada keluarganya,” jelas dia, Rabu (29/1/2020).

Lembaga pemasyarakatan ini mulai berbenah diri dengan mempersiapkan terobosan-terobosan barunya.

Salah satu terobosan yang dilakukan adalah mendirikan Pusat Layanan Terpadu. Gedung itu didirikan terpisah dari bangunan Rutan atau tepatnya di dekat pintu masuk kompleks lembaga pemasyarakatan. Di dalam gedung itu keluarga warga binaan dapat dengan mudah mengakses biodata keluarganya yang sedang menjalani pembinaan.

Menurutnya, pengoperasian komputer itu cukup mudah. Hanya dengan sidik jari keluarganya, biodata narapidana yang bersangkutan akan muncul di layar monitor. Namun sebelum itu, pihak keluarga warga binaan harus registrasi terlebih dahulu.

Selain biodata, dengan alat itu dapat diketahui kapan narapidana mendapat remisi dan juga hak-hak mereka ketika sudah menjalani dua pertiga masa pidana. Seperti tentang prosedur pembebasan bersyarat (PB) dan cuti bersyarat (CB).

Selain adanya layanan satu pintu, pihaknya juga telah memperbaiki kualitas makanan bagi warga binaan. Dia mengaku galak dalam hal ini. Bahkan, dia langsung mencicipi hidangan yang disajikan untuk narapidana. Jika rasa masakan kurang bumbu, pasti sang juru masak kena teguran langsung.

“Benar, pasti saya langsung marahin, wong saya selalu mencicipi hidangan mereka. Jadi tahu, ini kurang bumbu, kurang garam. Maka, dengan ini kami ingin citarasa makanan narapidana ini juga tidak asal-asalan, yang manusiawilah,” bebernya.

Kepala Keamanan Agus Susanto menambahkan, petugas pengawasan makanan untuk warga binaan semuanya sudah mendapat sertifikasi dari Dinas Kesehatan. Selain itu, air minum untuk napi juga secara rutin dilakukan uji laboratorium. Aria

Exit mobile version