SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Mencuatnya temuan sejumlah permasalahan dan buruknya layanan di RSUD dr Soeratno Gemolong saat inspeksi mendadak oleh Komisi IV DPRD Sragen pekan lalu, menuai reaksi dari berbagai kalangan dan warganet.
Sebagian dari mereka yang mengaku berasal dari wilayah Gemolong dan sekitarnya, juga ramai-ramai mengungkap pernah merasakan mendapat pelayanan tak mengenakkan di rumah sakit milik Pemkab Sragen tersebut.
Keluhan itu diungkapkan melalui komentar yang dikirim ke kolom komentar redaksi JOGLOSEMARNEWS.COM . Sejak berita temuan sidak RSUD Gemolong diunggah Senin (20/1/2020), berita itu sudah dibaca lebih dari 10.000 pembaca dan mengundang lebih dari 20 kome
ntar.
Dari komentar-komentar yang dikirim ke redaksi JOGLOSEMARNEWS.COM , mayoritas memang mendukung pembenahan di RSUD. Bahkan sejumlah akun juga membeberkan pengalaman pahit mereka di RSUD Gemolong.
Salah satunya, Ummu El Hazmi. Dia menulis komentar “Akhirnya di sidak juga. Saya ke sini,ke spesialis THT nunggu dr jam 8 nyampe jam 11 ga dateng jg itu dokternya,yaudah akhirnya pulang karna bawa bayi
Pokoknya kapok!!!”.
Di belakangnya, ada Pakdhe Sonny yang mengeluhkan tabiat perkataan dari dokter dan perawat yang dinilai kurang mengenakkan.
Dia menuliskan “RSUD GEMOLONG kata-kata prawat dan dokter jaga bikin saya jengkel… Kata nya kalo gak parah bgt gk usah di bawa ke sini pak… Lha wong bpak saya napas aja susah masak gk parah otak nya di mana ya perawat nya.”
Lantas, ada akun Dyah yang menuliskan “saya orang gemolong saya gak mau priksa di sana kalopun sakit lgsg ke solo, karna saya sudah banyak kecewa dengan RS ini!!”.
Ada pula nama Juminah Mulyono yang juga menyampaikan keluhannya. Dia menulis “Bener banget, memang pelayanannya sangat bobrok, mslhnya sy pernah ngalami ky gitu, dari jam 09.00 sampai jam 20.30 cuma nunggu kehadiran dr. yg tak kunjung datang. Pdhal pasien pd kleleran, lbh kshn pasien yg sakitnya perut dibilang agak parah, untuk duduk gak betah yg kbtln barengan sy waktu itu ibuk², sy ngliat aja kasihan banget, maunya berobat cari kesembuhan, bisa² memperparah sakitnya, karena nunggu yg kelamaan yg bikin pusing….”.
Menyusul di belakangnya, ada nama akun Ndok Klutik yang menyoroti susahnya minta rujukan di rumah sakit itu. Ia menulis “Untuk minta rujukan juga susah bgt bisa di sebut g di ksih, mlah dokter mrah dan banyak alasan ?”.
Keluhan serupa juga disampaikan Mas Maryadi yang menulis “Pengalaman pribadi sy waktu kontrol bapak sy datang jam 14.00 jam jam 19.00 baru di layani”.
Di sisi lain, kasus itu juga memantik reaksi dari tokoh di Sragen Barat. Ketua DPD Nasdem Sragen asal Plupuh, Giyanto menyayangkan kinerja jajaran di RSUD Gemolong yang dinilai banyak mengecewakan masyarakat dan pasien.
Menurutnya, Direktur Utama selaku pemimpin di instansi medis itu harus bertanggungjawab dan diberi sanksi tegas. Sebab buruknya pelayanan dan menumpuknya antrian serta permasalahan di sana, menunjukkan bahwa pucuk manajemen di RSUD Gemolong gagal menjalankan tugas manajerial dengan baik.
“Dokter, Dirut, Perawat dan siapapun yang bekerja di situ kan sebelum bertugas disumpah jabatan untuk memberikan pelayanan terbaik dan mengutamakan masyarakat. Mereka juga dibayar dengan uang rakyat, tidak sepantasnya memperlakukan pasien seenaknya, membiarkan pasien menunggu berjam-jam karena itu kaitannya dengan nyawa. Coba kalau mereka disuruh merasakan antri sejak jam 06.00 WIB sampai 11.00 WIB belum dapat pelayanan dalam keadaan sakit. Gimana rasanya,” tutur mantan Wakil Ketua DPRD Sragen itu.
Terpisah, Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati sebelumnya mengaku akan memanggil Direktur Utama (Dirut) RSUD Dr Soeratno Gemolong.
Pemanggilan dilakukan menyusul laporan hasil inspeksi mendadak (Sidak) yang dilakukan oleh tim Komisi IV DPRD Sragen yang menemukan pelayanan buruk di rumah sakit tersebut.
“Oke berarti kita perlu pembinaan dan tindaklanjuti hasil sidak Komisi IV itu. Saya akan panggil terlebih dahulu Dirutnya bersama teman-teman jajarannya,” paparnya.
Bupati mengatakan pemanggilan diperlukan untuk mengetahui akar dari permasalahan yang ditemukan oleh DPRD dan apa yang sebenarnya terjadi di rumah sakit itu.
Menurutnya, bisa saja DPRD melihat RSUD atau Pemkab tidak melakukan pelayanan dengan baik.
Namun ia menekankan di mana pun, rumah sakit di era sekarang memang harusnya tidak boleh ada penumpukan antrian pasien di ruang tunggu.
Sebab sudah ada E-antrian yang bisa mendaftar dari rumah seperti yang dilakukan di RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen.
“Berarti RSUD Dr Soeratno harus melakukan itu (E-antrian),” terangnya.
Yuni mengucapkan terimakasih kepada teman-teman DPRD yang melakukan sidak. Ia berharap hal itu menjadi cambuk kepada pemerintah untuk memberi pelayanan terbaik ke masyarakat. Wardoyo