SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Siapa yang tak kenal dengan kue putu bambu? Jika suatu ketika terdengar suara tuuuuuttt…. yang panjang, itulah salah satu penanda penjual putu bambu sedang lewat.
Bunyi tuutt itu keluar dari pipa uap yang ada di gerobak. Bunyi tersebut menjadi ciri khas dari kue putu bambu.
Putu bambu adalah jajanan tradisional yang sudah cukup melegenda di masyarakat. Meskipun saat ini sudah cukup jarang ditemui, tetapi sebenarnya masih banyak masyarakat demen dengan kue putu bambu.
Kue ini merupakan jajanan tradisional yang berbahan dasar tepung beras.
Seperti yang dilakoni Parman, dia setia menjual kue putu bambu untuk menyambung hidup. Biasanya, Parman berjualan di depan SPBU Suroboyo Jambangan, Kebayanan 1, Jirapan, Masaran, Sragen.
Setiap pagi dia berjualan di Pasar Pucuk Masaran, tetapi jika sore berjualan di depan SPBU Suroboyo Jambangan.
Setiap hari ia berjualan dengan membawa sekitar 1,5 kilogram tepung beras. Namanya jualan, tentu ada untung ruginya, ada laris atau apesnya.
Apabila suatu ketika lagi sepi dan dagangan tidak habis, maka tepung beras itu sia-sia, sehingga hanya dijadikan sebagai makanan ayam.
“Paling saya bawa tepungnya 1,5 kilogram. Kalau enggak habis ya sudah, wassalam paling buat makanan ayam aja,” tuturnya.
Parman mengaku tidak berani memakai tepung beras yang sudah tidak dipakai. Soalnya, menurut Parman, tepungnya juga harus bagus. Apalagi berasnya, tidak boleh sembarangan.
“Kalau tepungnya bikin sendiri, dadakan. Jadi bikin langsung jualan,” tuturnya.
Meskipun saat ini sudah jarang ditemui, tetapi kue putu bambu masih sangat diminati dan diburu oleh para pembeli.
Bahkan mereka semua rela untuk antre lama, karena proses pembuatannya yang menggunakan uap kecil guna untuk melelehkan gula merah karena tepungnya sendiri telah dikukus terlebih dahulu.
“Terkadang saya tidak enak sama pembeli, karena mereka harus nunggu lama. Tapi ya mau gimana lagi uapnya tidak bisa dicepetin,” tambahnya.
Walau harus menunggu lama, tetapi hal itu tidak menyurutkan niat para pembeli untuk dapat menikmati Kue Putu Bambu.
Rasa kue yang gurih bertemu dengan gula merah menjadi satu membuat lumer dalam setiap gigitannya, apalagi ditambah dengan parutan kelapa.
“Saya sering beli, tapi kadang susah dicari karena jarang. Udah langka makanya antri gak apa-apa karena kuenya enak,” tutur Rani (25)salah satu pembeli Kue Putu Bambu. lisa ariyani