JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM –
Kebijakan isolasi yang diterapkan pemerintah setempat di Kota Wuhan, China, membuat kota tersebut berubah menjadi laksana kota hantu.
Di kota tersebut, setidaknya ada 93 orang mahasiswa Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal dan terjebak di sana.
Seorang mahasiswa WNI, Rio Alfi, bercerita tentang kondisinya yang terjebak di Wuhan dengan berbagai pembatasan yang ada di sana.
Rio membuka video yang berisi curhatannya tentang kondisi di Wuhan dengan menceritakan sejumlah larangan yang diberlakukan semenjak penyebaran virus corona.
Dia mengaku, tiga hari sudah ia tidak bisa menggunakan transportasi umum sejak Wuhan diisolasi.
“Pada hari ini saya masih berada di Wuhan, sudah tiga hari, Wuhan di locked down,” ujarnya.
“Transportasi umum sudah ditutup, baik kereta, subway itu dihentikan untuk sementara waktu.”
Suasana sepi dan lengang tampak di Kota Wuhan. Rio melanjutkan, selanjutnya sepeda listrik juga mulai dilarang.
Mahasiswa harus melapor terlebih dahulu jika ingin menggunakannya.
“Kabar terakhir yang saya dengar di Wuhan, mulai besok tidak bisa menggunakan sepeda listrik lagi,” kata Rio.
“Jadi, kalau mau menggunakan kita harus izin dulu ke kampus.”
Adanya peraturan baru ini, praktis Rio dan teman-temannya harus melakukan segala aktivitas di Wuhan dengan berjalan kaki.
Rio mengaku, KBRI dan pemerintah China belum memberikan kepastian sampai kapan Wuhan akan diisolasi.
Kendati demikian, Kota Wuhan sedang mempersiapkan rumah sakit khusus untuk menangani korban virus corona.
“Saat ini Wuhan sudah membangun rumah sakit untuk menangani virus corona ini, jadi sudah mulai dari 2 hari yang lalu, rumah sakit khusus virus corona.”
Mahasiswa S2 Apllied Psychology di China University of Geoscience Wuhan ini juga menuturkan, ia dan 93 mahasiswa WNI lainnya di Wuhan masih tertahan dan tidak bisa pulang ke Indonesia.
“Saat ini di Wuhan ada 93 mahasiswa yang tidak bisa pulang ke tanah air,” ungkapnya.
Pihak kampus hanya memberi solusi untuk perbanyak waktu di rumah dan menghindari tempat ramai.
Selain itu, otoritas kampusnya juga mengimbau untuk selalu menjaga kebersihan.
Menggunakan masker setiap kali berada di luar ruangan dan mencuci tangan setelah bepergian.
Disegelnya Kota Wuhan, membuat bahan pangan disana menipis. Selain itu harganya melonjak naik.
Rio mengaku, ia dan teman-teman mahasiswanya merasa biaya hidupnya tidak cukup untuk menghadapi keadaan ini.
Lantaran mereka mengandalkan beasiswa untuk bertahan hidup disana.
“Saat ini harga sembako di Wuhan sudah mulai naik dan itu pun stoknya mulai terbatas.”
“Jadi bagi kamu mahasiswa yang mengandalkan beasiswa jadi kemungkinan tidak mencukupi ya,” ujar Rio.
Rio hanya ingin kepastian untuk dirinya dan 93 mahasiswa WNI lainnya dari KBRI.
Dia berharap bisa mendapat solusi terbaik terkait kondisinya saat ini.
Bila diperlukan, dia dan mahasiswa lainnya bisa dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
“Sejauh ini, belum ada informasi yang bisa memberikan apakan bisa kami dievakuasi atau bagaimana, itu belum bisa diputuskan,” katanya.
“Kami semuanya berharap jadi dapat solusi terbaiklah bagaimana kami disini.”
“Bisa dievakuasi ke kota yang lebih aman lagi,” jelasnya.
Rio merasa berdiam diri di rumah adalah solusi terbaik untuk saat ini.
Sebelumnya, seorang mahasiswa asal Indonesia, Fadil, juga menceritakan pengalamannya selama tinggal di Wuhan, kota pusat penyebaran virus corona.
Setiap hari dirinya harus rutin melakukan cek suhu tubuh di kampusnya, Central China Normal University.
Sama halnya dengan Rio, Fadil juga mengungkapkan adanya larangan makan di luar dari pemerintah setempat.
Ini membuat warga berbondong-bondong membeli bahan makanan di toko.
Semenjak ancaman penyebaran virus corona, Fadil sehari-hari hanya mengurung diri di asrama.
Dia mengaku hanya keluar untuk membeli makanan dan tidak lebih dari 20 meter dari asramanya.
Pemerintah Tiongkok resmi mengisolasi Kota Wuhan sebagai upaya pengendalian virus corona.
Kondisi Wuhan dipantau oleh pasukan keamanan yang berjaga di berbagai jalur transportasi.
Diantaranya bandara dan stasiun kereta api.
Semua penerbangan juga telah ditangguhkan.
Pemerintah setempat mewajibkan warga untuk menggunakan masker serta sarung tangan sebagai pencegahan penyebaran virus tersebut.
Virus corona yang menyebar sejak akhir tahun lalu dilaporkan telah menjangkiti 10 negara, di mana di China saja, ada lebih dari 800 kasus.
Para ahli menduga bahwa ular menjadi medium penyebaran virus dengan kode lain 2019-nCov tersebut, meski masih harus dilakukan studi lebih mendalam.