Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Wacana Penghapusan UN, Disdikbud Karanganyar Khawatir Tanpa UN dan PR Bisa Berdampak Buruk Turunkan Motivasi Belajar Siswa

Ilustrasi Ujian Nasional. Foto/JSnews

KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Karanganyar tak sependapat dengan penghapusan ujian nasional (UN) dan peniadaan pekerjaan rumah (PR).

Sebaliknya, dinas tetap berharap akan ada dan menggelar UN mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Hal tersebut dikatakan kepala Disdikbud Karanganyar, Tarsa Kamis (02/01/2020). Menurutnya pelaksanaan UN, sejak awal telah direncanakan setiap tahun. Meski ada wacana penghapusan, UN akan tetap berlagsung.

“Masih seperti yang direncanakan. UN tetap berlangsung. Untuk selanjutnya, kami menunggu keputusan Mendikbud, apakah UN dihapus atau tidak,” kata dia, Kamis (02/01/2019).

Disisi lain, ia justru menilai wacana penghapusan UN serta menghapus pekerjaan rumah (PR) bagi siswa dinilai akan berdampak pada motivasi belajar anak didik.

Pihaknya khawatir jika tak ada UN dan PR maka akan motivasi belajar anak akan semakin berkurang.

“Kami ada kekhawatiran, jika UN dan PR tidak ada atau dihapus sama sekali. Hal ini akan berakibat kurangnya motivasi belajar anak. Dalam pembelajaran, ada yang namanya teori motivasi. Dan saat ini yang menjadi motivasi terkuat itu adalah UN dan PR,” katanya.

Menurutnya, saat ini banyak anak atau pelajar, cenderung tidak memiliki semangat kompetisi. Mereka beranggapan, sekolah yang penting masuk, pasti akan lulus.

“ Itu lah yang kita khawatirkan, semangat kompetisi siswa tidak kuat untuk meraih prestasi,” tandasnya.

Perihal konsep merdeka belajar, Tarsa menjelaskan, jika konsep yang juga menjadi wacana ini, bertujuan agar siswa lebih leluasa dan tidak terkekang dengan sistem pembelajaran.

Pada dasarnya, ia menilai merdeka belajar adalah perubahan yang dilakukan oleh guru dalam sistem pembelajaran

“Sementara ini kan di dalam kelas. Dalam merdeka belajar ini, diberi kebebasan berinteraksi. Saya akui memang saat ini, sistem pembelajaran yang dilakukan para guru saat ini cenderung teori sentris. Sedangkan untuk mengolah keterampilan motorikk, keterampilan berpikir, belum mendapat tempat yang begitu kuat. Disinilah nanti akan diterapkan merdeka belajar secara intelektual tapi prakteknya juga pintar,” pungkasnya. Wardoyo

Exit mobile version