KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Maraknya kasus terorisme di Indonesia lebih disebankan karena sejak awal para pelaku telah memiliki bibit radikalisme.
Bibit radikalisme ini, kemudian dengan cepat diolah oleh pihak berkepentingan yang menginginkan terjadinya kekacauan di negeri ini.
Hal tersebut diungkapkan mantan terpidana kasus terorisme, Surono, dalam diskusi publik Perkokoh Persatuan dan Kesatuan, Bersama Melawan Terorisme, yang berlangsung di gedung DPRD Karanganyar, sabtu (15/02/2020).
Surono adalah mantan napi terorisme yang pernah mendekam di sel tahanan. Ia menyimpan bahan peledak dan harus mendekam di penjara sejak tahun 2003 hingga tahun 2007.
Di hadapan para peserta diskusi, Surono mengungkapkan mendapat ilmu teroris dari penjara. Selama dipenjara bertemu dengan terpidana bom Bali 1, dan banyak mendapatkan ilmu terorisme dari sel tahanan.
“Saya dapat ilmu terorisme dari penjara. Kenapa bisa jadi teroris? Baik yang kanan maupun yang kiri sama. Mereka sudah ada bibit radikal. Begitu diledakkan oleh oknum yang berkepentingan, maka langsung bergerak. Jika sudah radikal, maka akan sangat mudah dikemas. Untuk itu, semua pihak, terutama para generasi muda, agar hati-hati, waspada. Semua pihak harus bersatu melawan radikalisme ini,” paparnya.
Surono menguraikan saat ini seluruh elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, aparat keamanan, terus bergerak melawan dan menekan radikalisme agar tidak berkembang di masyarakat.
“Kita berusaha dari bawah agar radikalisme bisa berkurang. Tapi malah banyak tokoh yang membuat pernyataan yang kontroversial yang justru membuat dan memicu masyarakat menjadi radikal,” tegasnya.
Untuk itu, Surono memandang menjadi tugas semua pihak untuk mencegah dan mengurangi radikalisme. Menurutnya yang diperlukan saat ini, adalah sosialisasi persoalan terorisme hingga ke masyarakat tingkat bawah.
Sementara itu, Ketua Panitia diskusi, Yanuar Faisal, menyatakan diskusi pubik ini, diikuti oleh hampir seluruh elemen masyarakat.
Narasumber yang dihadirkan dari Kepolisian, TNI, Akademisi dan mantan terpidana terorisme.
Diharapkan dengan hasil diskusi publik ini, para peserta memperoleh gambaran tentang bahaya terorisme serta dapat menyamoaikan kedama masyarakat di lingkungan masing-masing. Wardoyo