JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Antisipasi Ledakan Kasus Corona, Sragen Siapkan Gedung SMS Untuk Rumah Sakit Penampungan Sementara Pasien Corona. Diperkirakan Bisa Tampung 270 Pasien

Tatag Prabawanto. Foto/Wardoyo
   
Tatag Prabawanto. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Pemkab Sragen akan menyiapkan gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS) untuk rumah sakit penampungan sementara. Langkah itu dilakukan sebagai antisipasi kemungkinan terburuk jika kasus corona virus di Sragen terjadi ledakan kasus.

Sekda Sragen, Tatag Prabawanto mengatakan jika terjadi outbreaks (ledakan) kasus covid- 19 sehingga situasi Kejadian Luar Biasa (KLB) maka Pemkab akan menyiapkan gedung SMS sebagai rumah sakit sementara untuk   pencegahan dn penanggulangan covid-19.

Hal itu sesuai arahan bupati sebagai antisipasi sekaligus kewaspadaan dini terkait potensi peningkatan kasus corona di Sragen. Ledakan kasus berpotensi terjadi mengingat masa libur atau work from home dan semi lockdown yang dilakukan di kota-kota besar diprediksi membuat kaum perantau asal Sragen bakal berbondong-bondong mudik lebih awal.

Kondisi itu dianggap rawan penyebaran virus corona di tengah situasi pandemi yang terus meningkat saat ini.

Sekda mengatakan saat ini potensi mobilitas pekerja migran dari luar kota pulang ke Sragen memang tengah diawasi. Ia berharap masyarakat yang  punya sanak saudara apabila menjadi orang pelaku perjalanan (PP) atau baru pulang dari kota besar, bisa segera lapor RT setempat, lurah, kades, camat atau puskesmas.

“Syukur-syukur mereka pulang datang dengan kesadaran pribadi langsung melakukan pemeriksaan awal setelah sampai di rumah masing-masing,” tuturnya.

Baca Juga :  OPTIMALISASI LORONG SEKOLAH MENJADI LORONG LITERASI

Tatag yang juga ketua Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 ini mengungkapkan, gedung SMS merupakan sarana milik pemkab yang selama ini dipergunakan sebagai tempat pertemuan ataupun penyelenggaraan acara yang menampung banyak orang.

Gedung ini dipilih karena lokasinya relatif jauh dari lingkungan serta permukiman. Selain itu,  bantuan TNI/Polri untuk pengamanan lebih mudah daripada di tempat lain, sehingga mobilisasi orang luar lebih mudah dicegah.

“Daya tampung gedung SMS bisa mencapai 250 sampai 270 pasien. Kota sedang matangkan persiapan. Tapi tentu saja gedung ini dipergunakan kalau memang kondisinya darurat. Ini opsi terakhir apabila terjadi outbreak. Opsi pertama kami tetap minta RSUD dr Soehadi Prijonegoro dan RSUD dr Soeratno Gemolong menjadi rujukan utama,” tegas Tatag.

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menambahkan, jika outbreak terjadi, kemungkinan rumah sakit-rumah sakit yang selama ini menjadi rujukan akan penuh pasien.

Sehingga pemerintah daerah perlu persiapan agar bisa melakukan penanganan secara mandiri.

“Saat ini Dinas Perumahan dan Permukiman sedang menghitung bagaimana layout-nya di sana bisa kita gunakan untuk rumah sakit. Kita minta semua gotong royong, fold bed-nya kita minta dari teman-teman Yonif 408 dan juga Kodim plus BPBD. Atau kita juga bisa nanti minta rumah sakit-rumah sakit untuk menyumbangkan beberapa bed-nya yang masih ada untuk ditaruh di sana,” terang bupati yang akrab dipanggil Yuni ini.

Baca Juga :  Berkah Hari Raya Idul Fitri Toko Pusat Oleh-oleh di Sragen Diserbu Pembeli

Yuni melanjutkan, pihaknya telah memerintahkan kepala Dinas Kesehatan untuk menghitung anggaran yang diperlukan dalam rangka mempersiapkan rumah sakit darurat ini.

Termasuk kemungkinan menggandeng rumah sakit swasta untuk bersama-sama menghadapi pandemi Corona ini.

“Bagaimana alur dan sebagai kita sedang membuat protapnya semua. Kita harus mengoptimalkan tenaga kita dan nanti bisa saja kita minta bantuan rumah sakit swasta juga untuk bergiliran berjaga,” kata Yuni.

Selain itu, lanjut Yuni, pemkab kini tengah fokus mempersiapkan tambahan daya tampung ruang isolasi, baik di RSUD dr Soehadi Prijonegoro maupun di RSUD dr Soeratno Gemolong.

Perkembangan sementara, 10 bed di ruang Sakura RSUD dr Soehadi Prijonegoro, akan difungsikan sebagai ruang isolasi pasien indikasi Corona, sehingga total daya tampung ruang isolasi di rumah sakit tersebut menjadi 12 bed.

“Nah nanti yang di rumah sakit darurat itu ibaratkan isolasi yang tidak sampai membutuhkan peralatan medis yang lebih, seperti ventilator dan sebagainya. Begitu kondisi pasien kepayahan betul, kita transfer ke RSUD dr Soehadi atau ke RSUD dr Moewardi Solo,” pungkasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com