MAGELANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Fenomena alam berupa munculnya gas dari dalam tanah terjadi di Dusun Drojogan, Desa Sriwedari, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
Fenomena tersebut terjadi di Sungai Tangsi, gas keluar dari dalam lubang tanah sedimen di tepi sungai, saat disulut menimbulkan nyala api.
Peristiwa tersebut pertama kali ditemukan oleh sekumpulan anak-anak yang tengah bermain di sekitar lokasi pada Jumat (17/4/2020) sekitar pukul 15.00 WIB lalu.
Tampak ada lubang dari tanah yang mengeluarkan gelembung air. Anak-anak itu mencoba memantik dengan korek dan ternyata api menyala.
Kepala Desa Sriwedari, Supriyati, membenarkan kejadian tersebut. Adanya fenomena keluar gas alam di Sungai Tangsi. Saat anak-anak sedang bermain, melihat gelembung tersebut.
Saat disulut dengan korek ternyata menyala. Pihaknya pun melaporkan kejadian ini kepada BPBD Kabupaten Magelang untuk dilihat apa fenomena tersebut.
“Kami telah menghubungi BPBD Kabupaten Magelang untuk minta tolong melakukan identifikasi atau kajian, apa yang sebenarnya terjadi,” ujarnya.
Ada tiga titik gas yang dilaporkan. Usai ditemukan pukul 15.00 WIB lalu, hujan turun dan aliran air di sungai menutup titik-titik gas tersebut. Setelah air surut, gas tampak kembali.
BPBD bersama dari Polsek Salaman telah menuju lokasi untuk memeriksa kejadian tersebut.
Warga pun memasang portal agar warga luar tidak sembarangan masuk. Hanya pihak yang akan meneliti saja yang diperbolehkan masuk. Papan larangan bermain pun dipasang di dekat lokasi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Edy Susanto, membenarkan kejadian tersebut.
Pihaknya telah melakukan pemeriksaan terkait fenomena alam keluar gas dari dalam tanah tersebut.
Pihak dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah juga telah melakukan peninjauan di lokasi pada Sabtu (18/4/2020) lalu.
Hasil tinjauan ternyata potensi gas kurang signifikan untuk dikelola lebih lanjut.
Analisa ESDM Provinsi Jateng
Dari analisa kejadian, lokasi berada pada bagian hulu sebuah bendungan yang telah dibangun pada Jaman Belanda.
Diduga, lokasi itu menjadi tempat tertumpuknya material organik yang terbawa aliran sungai.
Beban sedimentasi yang terjadi pada aliran sungai memberikan tekanan pada tumpukan material organik di dasar sungai sehingga terbentuk gas.
“Menurut analisa dari ESDM, gas itu diduga terbentuk dari material organik yang tertumpuk dan mengalami tekanan di dasar sungai, sehingga gas itu terbentuk,” kata Edy.
Hasil rekomendasi dari ESDM sendiri adalah membuat garis pembatas untuk mengamankan semburan gas. Kedua, potensi gas kurang signifikan untuk dikelola lebih lanjut.
Selain itu, disarankan agar secara berkala dilakukan pemantauan untuk monitoring potensi dan kandungan gas.
Jika terjadi perkembangan signifikan, segera melaporkan kepada pemerintah desa atau kecamatan.
Saast aliran sungai surut dan titik semburan gas tidak terendam, sebaiknya di bakar (dinyalakan api) sehingga tidak meracuni dan tekanan gas dapat segera turun.