Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Ngeyel Masih Keluyuran, Rumah Pemudik di Sambungmacan Sragen Langsung Dipasangi Bendera Kuning dan Diawasi Semua Warga. Satu Buruh Sempat Bikin Ketakutan Karena Batuk-Batuk Usai Pulang dari Bogor

Rumah warga pemudik di Sambungmacan terpaksa dipasangi bendera kuning oleh Satgas karena nekat keluyuran saat karantina mandiri. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Meningkatnya kasus positif corona virus atau covid-19 di wilayah Sragen membuat warga di sejumlah desa mulai bertindak tegas terhadap para pemudik yang tidak menurut aturan karantina Mandiri.

Seperti yang dilakukan warga dan Pemdes di Desa Sambungmacan, Kecamatan Sambungmacan, Sragen ini. Pemdes dan Satgas langsung memberikan sanksi tegas berupa pemasangan bendera kuning pada salah satu warga yang baru mudik namun nekat keluyuran saat masa karantina Mmandiri.

“Iya kemarin ada satu warga yang harusnya karantina mandiri tapi susah banget dibilangin oleh tetangganya. Akhirnya langsung dipasangi bendera kuning di depan rumahnya oleh tim Satgas bersama Babinsa dan Bhabinkamtibmas. Bendera Kuning itu tujuannya agar warga menandai dan ikut mengawasi. Alhamdulillah setelah dipasangi bendera kuning dia mulai manut dan tidak keluar-keluar lagi,” papar Kades Sambungmacan, Bondan Pratiwi kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (19/4/2020).

Bondan menguraikan pemasangan bendera itu ditujukan untuk mendisiplinkan warga utamanya para pengemudi atau pelaku perjalanan yang pulang ke kampung halaman.

Pihak desa bersama Satgas sudah menyiapkan stiker yang dipasang di setiap rumah para pemudik.

Bagi pemudik yang baru tiba, maka akan dipasangi bendera warna hijau di depan rumah.

“Jika masih ada yang nekat keluar rumah, maka bendera hijaunya akan diganti dengan bendera kuning. Itu tandanya dia harus diawasi ekstra,” terangnya.

Selain mengelola pengawasan para pemudik yang pulang, Bondan menuturkan pihaknya juga intensif memberikan himbauan kepada perantau yang masih ada di luar kota untuk sebisa mungkin tidak pulang.

Hal itu dimaksudkan untuk menekan potensi penyebaran corona virus di wilayah. Menurutnya, sejumlah perantau yang ada di Bali dan Jakarta sudah menyatakan siap untuk tidak pulang sampai situasi kondusif.

Bahkan, sebagai konsekuensi keluarga mereka yang ada di desa sebagian juga siap mengirimkan logistik sembako ke wilayah perantauan saudaranya.

“Kemarin warga kami Pak Imam di Dukuh Pangle RT 30, juga mengirimkan sembako ke keluarganya yang ada di Jakarta dan tidak sanggup untuk tidak pulang. Sembako itu dikirimkan via paket kan di sana memang lockdown sehingga saudaranya terpaksa nggak pulang,” tuturnya.

Pihaknya juga selalu berkomunikasi dengan perantau perantau yang dalam waktu dekat mengabarkan terpaksa harus pulang.

Termasuk, rencana kepulangan satu keluarga paket travel dari Makassar dan mantan TKI dari Hongkong dan Jepang yang habis kontrak dalam waktu dekat ini.

Koordinasi itu dinilai sangat membantu pihak desa dan satgas untuk melakukan persiapan mulai dari pemeriksaan hingga pemantauan selama masa karantina mandiri 14 hari setiba di kampung halaman.

“Kami juga tidak bisa menolak jika memang terpaksa ada warga yang merantau dan harus pulang karena kondisi di sana sudah tidak memungkinkan bertahan. Seperti kemarin ada buruh bangunan di Bogor yang pulang karena memang di sana sudah tidak ada penghasilan. Nah kemarin itu ada satu buruh proyek yang sempat batuk-batuk dan bikin takut. Tapi ternyata setelah dicek nggak apa-apa dan batuknya itu karena rokoknya ganti yang murah karena sudah nggak punya uang lagi,” urai Bondan.

Dengan koordinasi intensif sejauh ini bisa sambung macan relatif masih steril dari kasus baik ODP, PDP maupun positif covid-19. Wardoyo

Exit mobile version