JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Opini

Peluang Saham Garuda Food di Tengah Pandemi Corona

ilustrasi / tempo.co
   

PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD) adalah perusahaan makanan dan minuman ringan yang terkenal dengan salah satu produknya Kacang Garuda.
Kondisi wabah Covid-19 di Indonesia meningkatkan kecenderungan konsumen meningkatkan belanja barang konsumsi makanan dasar dan produk kesehatan. Lalu bagaimana kinerja dan langkah strategis perusahaan?

Secara teknikal, dari awal IPO 12 Oktober 2018 di harga Rp 2.970 trend saham GOOD cenderung turun dan sudah terdiskon 58%.
Pada perdagangan Rabu 22 April 2020 sesi pertama, saham GOOD menguat 2,92% di harga Rp 1.235. Kami masih memasukkan saham GOOD sebagai watchlist, mengingat saham ini berhasil break out namun tidak diiringi dengan kenaikan volume yang signifikan.

Kinerja GOOD di tengah Pandemi Corana

Di tengah kondisi pandemi corona di Indonesia perseroan GOOD berusaha menghindari over-inventory dengan fokus pada kemampuan produksi dan penjualan produk-produk fast moving (cepat laku dipasaran).

Produksi perusahaan di bawah 5 merek yaitu Gery, Garuda, Chocolatos, Leo dan Clevo yang tentu saja menjadi teman di kalah Work From Home (WFH).

Dari data tabel di bawah kami memperkirakan laporan tahunan GOOD 2019 masih bertumbuh positif. Pendapatan perusahaan ditopang oleh pemasaran dan distribusi perusahaan yang tersebar di mini market dan warung kelontong seluruh Indoenesia. Penjualan juga ditopang oleh tingginya permintaan snack pada momentum Natal dan tahun baru.

Laba perusahaan 2019 ini kami perkirakan hanya bertumbuh 6% menjadi 8,5 triliun akibat fluktuasi beberapa harga bahan baku sehingga memengaruhi kinerja perseroan.

Bahan baku yang mengalami kenaikan di antaranya tepung terigu, tapioka, serta produk susu dan turunannya. Dari sisi penjualan, dipengaruhi hambatan non tarif di beberapa negara pasar ekspor seperti di Asean, China, dan India.

Dari data di atas, kami memperkirakan utang jangka panjang pada tahun 2019 meningkat 179% menjadi Rp 1.1 triliun yang didominasi oleh utang bank sehingga berdampak pada beban bunga yang naik. Kami melihat kondisi cash perusahaan masih tergolong aman untuk membayar beban bunga.

Dalam keterbukaan informasi, manajemen perusahaan menyampaikan kenaikan utang jangka panjang tersebut dikarenakan untuk memenuhi pembiayaan kebutuhan belanja barang modal (capital expenditure) perusahaan.

Emiten GOOD cukup menarik karena dari EPS perusahaan terlihat cukup stabil dari 2017 hingga 2019 dan saat ini berada di 53,64. ROA dan ROE juga masih cukup stabil meskipun kenaikan harga bahan baku cukup memberikan tekanan pada emiten ini.

Saat ini PER saham GOOD diperdagangkan pada 23,02x. Tercatat di tahun 2019 dividen yang dibagikan emiten ini Rp 17 per lembar saham.

E-Commerce Guna Maksimalkan Penjualan

Emiten GOOD menargetkan produksi dan penjualan perusahaan akan naik hingga 15% pada kuartal II tahun 2020 ini. Sementara target kenaikan penjualan Ramadhan sekitar 10% – 15%. Khusus periode Ramadhan dan Lebaran umumnya perusahaan akan fokus meningkatkan penjualan pada produk musiman biskuit atau produk dengan kemasan khusus seperti kaleng dan toples plastik.

Penjualan pada momen Ramadhan dan Lebaran di tengah pandemi virus corona dilakukan dengan menggandeng e-commerce, seperti Tokopedia, Shopee, Blibli.com, Bukalapak.com dan Lazada.

Perusahaan juga melakukan kampanye program promosi Ramadhan dengan mengedukasi keunggulan produk dan campaign produk yang unik serta kreatif.

Guna mendukung program physical distancing, perseroan membatasi frekuensi interaksi langsung, seperti kunjungan pasar dan kunjungan sales rutin lalu menggantinya dengan pemanfaatan teknologi virtual yang telah disediakan perusahaan untuk beberapa area.

Selanjutnya proses pembayaran menggunakan metode pembayaran online melalui transfer antar-bank.

GOOD Buy Back Saham

Perseroan akan melakukan buyback dengan jumlah sebanyak-banyaknya sebesar 15.000.000 saham dengan nilai nominal maksimal sebesar Rp 15 miliar.

Jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20% dari modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5% dari modal disetor perseroan.

Buy back saham akan dilakukan secara bertahap untuk periode 3 bulan terhitung 24 Maret 2020 sampai dengan 23 Juni 2020. Perseroan telah menunjuk PT Indo Premier Sekuritas sebagai perantara pedagang efek untuk buyback ini.

Akan ada potensi penurunan aset GOOD dari semula Rp 4,94 triliun berkurang Rp 15 miliar menjadi Rp 4,93 miliar. Sementara ada potensi juga dari penurunan pendapatan bunga deposito sebesar Rp 15 miliar dengan asumsi tingkat suku bunga neto sebesar 6% per tahun maka potensi penurunan pendapatan setahun sebesar Rp 720 juta.

Perseroan berkeyakinan bahwa penurunan tersebut tidak memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha perseroan dibandingkan dengan jumlah aset dan pendapatan perseroan. (*)

 

Ellen May

Ellen May
Pakar Saham

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com