Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Takut Dimasukkan Rumah Hantu, 2 Pemudik di Desa Sepat Sragen Malah Minta Diisolasi Mandiri ke Rumah Kosong di Tepi Sawah. Alasannya Demi Keselamatan Anak Istri dan Orangtua

Kades Sepat dan Tim Satgas Covid-19 saat mengantar dua pemudik yang minta diisolasi di rumah kosong karena takut dimasukkan ke rumah hantu, Jumat (24/4/2020) malam. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Cerita soal pemudik dan antisipasi penyebaran corona virus atau covid-19 lewat isolasi mandiri seolah tak pernah henti di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen.

Setelah 3 pemudik bandel dijebloskan paksa ke rumah hantu lalu dikeluarkan karena nangis-nangis dibayangi hantu beneran, kali ini cerita lain justru datang dari dua pemudik yang baru pulang Jumat (24/4/2020) malam.

Berbeda dengan tiga pemudik bandel sebelumnya, kali ini dua pemudik asal Dukuh Selorejo, Desa Sepat, justru secara sadar malah minta diisolasi mandiri tidak di rumahnya.

Keduanya adalah Nur Triyadi (40) dan Totok Sugiarto (42). Keduanya yang baru tiba di kampung halaman usai merantau dari Lampung, awalnya menuju Posko Covid-19 di desa.

Setelah di data dan diperiksa suhu tubuhnya tanpa gejala, mereka kemudian di antar pulang. Namun mereka justru menolak langsung pulang karena takut jika langsung ketemu keluarga.

“Mereka langsung menghubungi Satgas dan malah minta diisolasi terpisah dari keluarga dulu. Biar aman dulu selama 14 hari. Mereka nggak mau diisolasi di rumah hantu. Tapi ada rumah kosong milik neneknya. Akhirnya malam tadi jam 23.30 WIB kami jemput dan kita antar ke rumah kosong itu,” papar Kades Sepat, Mulyono, Minggu (26/4/2020).

Mulyono menguraikan rumah kosong itu juga sudah bertahun-tahun tidak dihuni. Lokasinya juga terpencil di tengah sawah Dukuh Pucuk Desa Sepat.

Namun saat ditanya apakah berhantu juga, ia mengaku tidak tahu. Akan tetapi yang jelas lokasi rumah kosong yang mereka pilih jauh dari permukiman dan ada di tengah persawahan.

“Ya kami menghormati keputusan mereka. Mereka takut kalau ditempatkan rumah hantu yang di siapkan Pemdes. Akhirnya memutuskan menempati rumah kosong selama isolasi 14 hari. Mereka secara sadar juga mengaku pilih diisolasi dulu terpisah dari keluarga, demi keamanan dan keselamatan anak istri. Apalagi di rumahnya ada orangtua juga,” tukas Mulyono.

Sehari sebelumnya, Pemdes dan Tim Satgas Covid-19 Desa Sepat memutuskan mengeluarkan tiga warga pemudik bandel dari rumah hantu atau rumah isolasi pemudik.

Mereka terpaksa dilepaskan setelah menyerah dan ketakutan karena beberapa malam mengaku didatangi sosok hantu.

Tiga pemudik yang bandel itu dilepas di hari yang berbeda dengan kisah pertobatan yang berbeda pula. Dua pemudik yang dilepas pertama adalah Ariyanto (40) dan Rokhim (40).

Keduanya dilepas di hari yang sama setelah menjalani pengasingan selama enam hari, tiga hari lalu.

Mereka akhirnya dilepas setelah kedua orangtua mereka datang ke Satgas Covid-19 dan Pemdes untuk meminta agar dikeluarkan dengan siap menjamin akan melanjutkan isolasi mandiri di rumah.

“Yang Ari dan Rokhim, tiga hari orangtuanya datang terus minta anaknya dikeluarkan. Mereka ampun ampun dan siap bertanggungjawab menjamin kalau nanti akan isolasi mandiri di rumah. Akhirnya atas kesepakatan Satgas dan warga, mereka dilepas dalam hari yang sama dengan catatan kalau mbandel lagi, langsung dijemput lagi,” papar Mulyono Jumat (24/4/2020).

Setelah dua orang dilepaskan, praktis di dalam rumah hantu itu hanya tinggal satu orang yakni Heri Susanto (40). Dua malam ditinggal sendirian di rumah yang bertahun-tahun terbengkalai itu, rupanya menjadi uji nyali bagi bapak muda itu.

Akhirnya nyalinya pun runtuh juga di hari keempat masa karantinannya di rumah angker. Pasalnya selama dua malam sendirian, dia mengaku ketakutan lantaran terus menerus dibayangi penampakan hantu.

Walhasil, Heri pun menyampaikan ampun sambi menangis dan minta dikeluarkan. Karena tak tega, lagi-lagi atas nama kemanusiaan, Satgas pun terpaksa mengampuni dan melepasnya setelah dirinya siap menjamin tak akan keluar lagi dan melanjutkan isolasi mandiri di rumah.

“Yang Heri ini dua malam nangis terus karena ngaku dibayangi hantu. Akhirnya atas kesepakatan Satgas, dikeluarkan kemarin tapi dengan janji siap melanjutkan karantina mandiri di rumah dan akan terus diawasi,” tandas Mulyono.

Dengan dikeluarkan tiga orang itu, Mulyono menambahkan untuk hari ini rumah hantu di desanya sementara kosong.

Meski terpaksa harus dilepaskan, ia menyampaikan setidaknya sanksi dimasukkan rumah hantu itu sudah memberi efek jera dan pembelajaran warga.

“Karena jumlah pemudik dan PP di desa kami banyak. Warga yang di rumah juga mengantisipasi agar jangan sampai ada penyebaran covid-19. Ini juga atas kehendak warga dan kesepakatan untuk tujuan kebaikan bersama,” pungkasnya. Wardoyo

Exit mobile version