Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Kisah Haru Perjuangan Perangkat Desa di Sribit Sragen Hadapi Cobaan Covid-19 Hingga Sembuh dengan Swab Negatif (Bagian 2). Sempat Tersiksa 20 Hari Pisah Anak Istri, Begitu Negatif Langsung Sujud Syukur

Kadus Sribit, Ketut Sujarwo didampingi sang istri sudah lega usai melewati masa karantina dan warga bisa kembali menerima seperti sedia kala. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Wabah covid-19 atau corona virus barangkali akan menjadi catatan berharga dalam perjalanan hidup Ketut Sujarwo (35).

Pria muda yang berprofesi sebagai kepala dusun (Kadus) di Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Sragen itu harus melewati masa kelam ketika fakta menunjukkan dirinya reaktif saat dirapid test.

Namun perjuangan panjangnya selama dua pekan, kini terbayar lunas. Ditemui di kediamannya di Dukuh Tambak RT 12, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Senin (18/5/2020), Ketut menyambut dengan wajah mulai ceria setelah hasil swab menunjukkan negatif pada tanggal 13 Mei lalu.

Dan hari ini tadi tanggal 18 Mei 2020, ia resmi menyelesaikan masa karantina 14 hari dan kembali mendapatkan kebebasan. Pasalnya karantina 14 hari dihitung sejak test swab yang diambil pada 4 Mei lalu.

“Alhamdulillah Mas, lega sudah. Hari ini saya resmi lulus karantina 14 hari. Yang bikin tambah lega, warga langsung menyambut dan bisa menerima kembali,” papar Ketut didampingi sang istri, Yeni Handayani (27).

Kadus muda itu mengaku sangat bersyukur bisa kembali menjalani hidup normal setelah sebelumnya hampir 20 hari mengalami masa kelam karantina mandiri.

Meski dikarantina di rumahnya sendiri, Ketut mengaku merasakan masa yang berat. Menurutnya, selama 20 hari menjalani karantina, ia harus terpisah dari putranya yang baru berusia lima tahun.

Putranya terpaksa diungsikan ke rumah orangtuanya untuk mengamankan diri. Meski di rumah masih ditemani sang istri, Ketut merasa tetap sendiri karena apa-apa dilakukan secara sendiri-sendiri.

“Istri saya juga menemani di rumah, tapi jaga jarak. Tidak kontak langsung. Makan ya sendiri-sendiri, cuci piring sendiri. Kamar mandi sendiri-sendiri. Pokoknya apa yang saya pegang, istri saya nggak boleh megang. Tidur juga kamarnya pisah. Jadi meski satu rumah, rasanya seperti pisah ranjang. Kami juga selalu berjauhan nggak boleh dekat,” terang Ketut.

Ketut merasakan selama karantina di rumah, dirinya juga mengalami tekanan pikiran yang berat.

Bahkan saking tertekan, dua hari pertama karantina, ia sampai tak doyan makan hingga berat badannya turun dua kilogram.

Namun di tengah kekacauan itu, ia berusaha tetap tegar dan perlahan mulai menata pikiran serta hati.

Setiap salat ia selalu berdoa dan saking mengidamkan hasil negatif, di setiap doanya dia tak lupa selalu berterimakasih kepada Allah sambil membayangkan hasil swab negatif.

“Saya kemudian berfikir bahwa saya harus sehat, saya kuat dan tidak apa-apa. Alhamdulillah saya mulai tenang ketika warga dan tokoh masyarakat juga selalu beri semangat dan dukungan moril,” terang Ketut.

Warga saat datang di acara syukuran dan doa bersama atas kepulihan Kadus Sribit, tadi malam. Foto/Istimewa

Sampai kemudian, hari yang dinanti itu datang pada 13 Mei kemarin ketika hasil swabnya keluar dan dia dinyatakan negatif.

“Begitu dengar kabar bahwa swab saya negatif, saya langsung sujud syukur karena doa saya dikabulkan. Rasanya beban pikiran itu hilang semua. Plong Mas,” urai Ketut.

Sang istri, Yeni Handayani juga mengaku sempat tertekan pikiran ketika tahu suaminya reaktif dan harus karantina mandiri. Sebab usahanya berjualan di kios Pasar Nglangon ikut ditutup sementara sambil menunggu hasil swab suaminya.

“Ya hampir dua minggu nggak bisa jualan Mas. Karena memang diminta tutup sebelum hasil swab keluar. Saya juga pikiran, sampai bobot saya turun dua kilogram. Kemarin begitu dapat kabar swab negatif, rasanya seperti nemu emas segentong Mas. Hati lega selega-leganya. Saya besoknya langsung boleh buka kios dan jualan lagi,” papar Heni.

Di akhir ceritanya, Ketut berpesan kepada masyarakat apabila ada yang mengalami kejadian seperti dirinya, agar selalu berfikir positif, menenangkan pikiran dan selalu berusaha perkuat hati.

“Kalau pikiran sehat dan hati sehat, Insya Allah badan juga akan sehat dan bisa melawan virus. Kalau panik dan stress nanti malah drop seperti saya di awal-awal. Kemudian kepada warga, kalau sudah ada yang sembuh dan negatif swab, bisa diterima kembali seperti semula selayaknya. Jangan ada stigma negatif dan yang terpenting selalu waspada, jaga protokol kesehatan karena kita tak pernah tahu di mana virus itu ada. Semoga ini bisa diambil hikmahnya. Cukup saya saja yang mengalaminya,” tuturnya.

Salah satu tokoh Desa Sribit, Trimanto menyambut baik hasil swab negatif dari Kadusnya itu. Ia juga mengapresiasi positif warga yang langsung menyambut dan menerima kembali Kadus seperti semula.

“Tadi malam warga sudah berdatangan menyampaikan syukur dan ikut senang dengan kembalinya Pak Bayan (Kadus) bisa pulih dan beraktivitas kembali,” tandasnya. (Wardoyo/***)

Exit mobile version