Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Atikoh Ganjar Pranowo Tekankan Komunikasi Anak dengan Orang Tua Harus Selaras dan Terus Dibangun

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo saat Webinar dengan tajuk “Pancasila dalam Tindakan” : Keluarga Beragama, Keluarga Berbudaya, Keluarga Produktif melalui aplikasi Zoom, Jumat (10/7/2020). Humas Pemprov

SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Siti Atikoh Ganjar Pranowo menyampaikan pernyataan kuat pentingnya penerapan “Pancasila dalam Tindakan”. Atiqoh menegaskan pada masa pandemi corona virus disease 2019 (covid-19), tak sekadar berdampak pada masalah kesehatan.

Namun justru menjadi ujian penerapan nilai-nilai Pancasila di masyarakat, mulai dari berketuhanan, gotong royong, maupun berperikemanusiaan. Hal itu ditekankan Atiqoh saat Webinar dengan tajuk “Pancasila dalam Tindakan”: Keluarga Beragama, Keluarga Berbudaya, Keluarga Produktif melalui aplikasi Zoom, Jumat (10/7/2020).

“TP PKK Jateng yang memiliki lebih dari 1,3 juta orang kader, ikut berkontribusi, melalui program Jogo Tonggo yang diinisiasi Gubernur Ganjar Pranowo,” terang Atiqoh.

Dijelaskan Atiqoh, melalui Jogo Tonggo para kader ikut bergerak bersama masyarakat, bergotong royong, saling membantu menanggulangi covid-19 dan dampak ikutannya. Perbuatan itu selaras dengan 10 Program Pokok PKK yang menempatkan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila pada poin pertama untuk diimplementasikan.

“Seperti sekarang, saat ekonomi masyarakat terdampak, kami bergotong royong membantu mereka yang terdampak. Ada yang membantu tetangganya, ada yang membuat program cantelan sayur, di mana masyarakat yang membutuhkan bisa mengambil secara gratis, membuat masker sendiri dan membagikan kepada warga, mengedukasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk ketahanan pangan keluarga, hingga terus menyosialisasikan penanggulangan covid-19,” bebernya.

Dalam pengamalan Pancasila, kata Atikoh, pihaknya juga mengajak orang tua untuk menerapkan pada anak sejak dini, mengajarkan agama, budi pekerti, toleransi, dan sebagainya.

Orang tua juga dituntut menjadi contoh bagi anaknya karena mereka menjadi peniru yang baik, bagaimana beribadah yang benar, berkomunkasi dengan baik, hingga bagaimana memperlakukan orang tua. Ajarkan juga kejujuran pada anak, dengan hal yang paling kecil, seperti meminta maaf pada anak ketika tidak bisa memenuhi janji.

Budaya antikorupsi juga bisa diajarkan melalui pola hidup sederhana. Saat ulang tahun, lebih baik dengan berbagi terhadap sesama, bukan pesta pora atau berbudaya hedonis. Berbagi akan menumbuhkan rasa kemanusiaan sejak dini. Tumbuhkan cinta tanah air dengan mencintai produk dalam negeri.

“Ciptakan demokratis dalam keluarga. Bagaimana aspirasi anak didengarkan, sehingga anak pun belajar mendengarkan. Hadir dan dampingi anak, orang tua bisa berteman dengan anak, temani aktivititas anak,” jelas Atikoh.

Lantas bagaimana jika anak berasal dari keluarga broken home? Ibu satu anak ini tak menampik jika kondisi tersebut membuat ada fungsi keluarga yang tidak seimbang. Kendati begitu, jangan putus asa, karena si anak bisa mengambil teladan dari orang terdekatnya, baik tetangga, tokoh masyarakat, dan orang lain yang bisa memberi nilai positif bagi anak.

“Mereka juga bisa mendapat nilai positif dari aktivitas di sekolah, seperti ekstrakurikuler pramuka yang sarat pendidikan karakter, berteman dengan orang yang bisa memberi influencer positif,” tandasnya.

Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Indeologi Pancasila Antonius Benny Susetyo menambahkan, perkembangan dinamika yang pesat belakangan ini terkadang membuat komunikasi anak dan orang tua terkendala.

Anak dengan pemahaman yang lebih maju, sementara orang tua kurang bisa mengikuti perkembangan zaman. Pada kondisi tersebut, anak perlu membangun komunikasi personal dengan orang tua, atau dalam istilah Jawa, andap ashor.

Romo Benny, saapan akrabnya, mencontohkan, aktivitas makan atau menonton televisi bersama merupakan saat yang tepat untuk membangun komunikasi personal dengan orang tua. Mereka bisa membicarakan hal yang ringan, sehingga dapat makin mendekatkan.

“Yang penting komunikasi intim, dan muncul trust, rasa percaya, saling pengertian. Itu kebutuhan mendasar karena nilai-nilai keluarga basis utama. Pahami orang tua, sadari mereka punya keterbatasan, tapi bukan berarti tidak menyayangi,” bebernya. Satria Utama

Exit mobile version