Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Grojogan Watu Purbo Sleman, Bekas Dam yang Punya Pesona Tersembunyi

Grojogan Watu Purbo yang menjadi wisata baru di kecamatan Tempel, kabupaten, Sleman, DIY. Kiki DS

Awal November 2019, lokasi wisata ini mendadak viral. Memanfaatkan potensi alam menjadi pilihan kreatif warga  padukuhan Bangunrejo Desa Merdikorejo Kecamatan  Tempel Kabupaten Sleman Yogyakarta. Ya Grojogan Watu Purbo namanya, bersumber dari sungai Krasak dan sungai Bebeng.

Bertandang ke lokasi ini akan sedikit terkendala kondisi jalanan. Ada yang masih bebatuan dan kalau hujan pasti becek. Alhasil kehati-hatian sangat diperlukan saat mengendarai kendaraan, khususnya roda dua. Berada cukup jauh dari perkampungan, namun tempatnya sangat mudah ditemukan.

Puluhan warung tiban tempat warga setempat menjual beragam makanan dan minuman . Kiki DS

Deretan warung dari bambu menjadi penyambut para pengunjung pertama kali. Di sini, pemberdayaan warga sekitar sangat terasa mengingat para penjualnya adalah warga lokalan. Mereka mencoba mengais rejeki dengan menjual makanan dan minuman seadanya, sego kucing, aneka gorengan, jajanan anak, mie ayam, bakso, es teh, jeruk panas dan  masih banyak lainnya.

Saat JOGLOSEMARNEWS.COM berkunjung ke sana beberapa kali, semakin tertata dengan baik tampaknya. Tak hanya warung tiban, namun juga parkirannya. Taman bunga ragam warna semakin rimbun dilengkapi bungalow kecil untuk leyeh-leyeh, menambah keindahan dan semangat untuk segera menuruni tangga.

Memang, Grojogan Watu Purbo ini merupakan bekas dam/sabo yang dibangun sebagai bagian proyek Merapi tahun 1975. Secara fisik, bangunan ini dibuat 6 trap ke bawah / grojogan. Kemudian tahun 2017 muncul ide memanfatkan  grojogan beraliran air yang deras, sebuah batu yang cukup tinggi, dan keindahan sekitarnya menjadi obyek wisata.

“Nah, bersama teman-teman dan warga, ada ide bagaimana kalau menjadikan  tempat ini sebagai tempat wisata, apalagi sudah ada grojogannya. Sementara kiri kanan banyak batu-batu besar yang kita tidak tau umurnya. Jadi kita anggap saja batu-batu itu sudah purba. Dari situ keluarlah nama Grojogan Watu Purbo,”terang Sarjono, Pengelola Grojogan Watu Purbo.

Biasanya pengunjung akan langsung menikmati pesona grojogan ini dengan menuju trap paling atas. Jika ingin berfoto di bawah grojogannya , harus hati-hati karena sangat licin, dan lebih dulu  menyebarangi jembatan bambu. Puas mengabadikan diri ataupun selfie dengan latar belakang Grojogan, selanjutnya bisa menikmati bagian bawah berupa arus sungai. Air dingin, udara yang semilir, padanan sempurna untuk  keceh (bermain air), ataupun mancing ikan di sana. Jika mau menguji ketelatenan dan kesabaran bisa mencoba menata bebatuan di pinggir bibir sungai. Istilahnya Rock Balancing Art.

“Debit air bila musim hujan cukup lumayan besar di sini, tapi kalau kemarau panjang bisa berkurang sampai 60 persen,”terangnya.

Namun, di tengah pandemik Corona yang terjadi saat ini, sisi ironis wisata Grojogan Watu Purbo pun tak terelekan pula. Vakum selama 2 bulan, tutup total membuat warga yang selama ini mengandalkan kearifan lokal tersebut  terpaksa harus memutar otak agar dapurnya tetap ngebul.

Salah satu pemandangan di trap tengah Grojogan Watu Purbo. Rock Balancing Art. Kiki Dian S

“Keberadaan Grojogan Watu Purbo ini sangat berarti. Dulu, kami menganggur, akhirnya kini bisa jualan di sini. Buka warung, sedikit demi sedikit bisa meningkatkan ekonomi kami,keluarga kami. Eh baru mau bangkit, ada Corona, pengunjung berkurang. Sekarang mau tidak mau ya harus bangkit, dengan segala cara,”imbuh Pak Hardi (51), Warga  Bangunrejo yang turut membantu mengelola.

Tertarik ke sana, bisa mengakses jalan dari jalan Magelang tepatnya di lampu merah Tempel lantas belok ke utara lurus, masuk Gapura Desa Merdikorejo lurus. Tinggal mengikuti rambu-rambu  penunjuk jalan yang sudah ada di situ. Aturan berkunjung jam 06.00WIB-18.00WIB. # Kiki Dian

 

 

Exit mobile version