SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Jamal Wiwoho mengukuhkan dua guru besar baru secara daring, Rabu (15/7/2020). Dua guru besar tersebut yaitu Prof. Dr. Tri Wiratno, M.A. yang merupakan guru besar di bidang Ilmu Linguistik pada Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Prof. Dr. Ir. Wahyudi Sutopo, ST, M. Si merupakan guru besar di bidang Ilmu Teknik Industri pada Fakultas Teknik (FT) UNS.
Prof. Dr. Tri Wiratno, M.A. merupakan guru besar ke-222 UNS dan ke-25 FIB UNS menyampaikan pidato mengukuhan dengan judul `Menjalani dan Memaknai Hidup Melalui Teks dalam Perspektif Linguistik Sistemik Fungsional`. Kemudian Prof. Dr. Ir. Wahyudi Sutopo, ST, M. Si merupakan guru besar ke-223 UNS dan ke-14 FT UNS yang menyampaikan pidato mengukuhkan dengan judul ‘Tantangan dan Solusi Komersialisasi Inovasi Baterai Lithium`.
Dalam sambutannya, Prof. Jamal mengatakan bahwa kehadiran dua guru besar baru ini, tentu akan menambah pundi-pundi jumlah guru besar UNS menjadi 223 orang, dimana 124 orang diantaranya merupakan guru besar aktif.
“Terus terang saya bangga dengan lahirnya guru besar baru UNS, karena kehadiran beliau berdua tentu akan memberikan angin segar berupa penguatan bidang riset dan inovasi yang merupakan salah satu garda utama menyongsong langkah UNS mewujudkan mimpi besarnya masuk dalam 500 ranking dunia,” terang Prof. Jamal.
Prof. Jamal menambahkan, saat ini kita hidup di alam disruptif, baik yang disebabkan oleh serangan kemajuan teknologi informasi maupun serangan wabah Covid-19. Kehadiran keduanya adalah sebuah fenomena alam yang harus dihadapi bersama karena akan berdampak pada perubahan tatanan kehidupan manusia di dunia.
Kemudian menghadapi tekanan di era perubahan yang bercirikan speed (bergerak cepat), surprises (banyak kejutan), dan sudden shift (pergeseran tiba-tiba), nampaknya dibutuhkan kemampuan beradaptasi, perubahan paradigma berpikir dan kecepatan bertindak. Kemampuan inilah yang seharusnya dimiliki oleh para akademisi, yaitu dosen, peneliti dan utamanya guru besar.
“Mereka sejatinya adalah ilmuwan yang mengajar. Sehingga pantas baginya disebut juga sebagai insan cendekia penggerak inovasi dan perubahan. Memang harus diakui bahwa perubahan adalah hal yang sulit dan penuh ketidaknyamanan,” imbuh Prof. Jamal. Prihatsari