Beranda Daerah Semarang Terapkan Pendidikan Inovatif, Santri di Pesantren Al Mawaddah di Kudus Digembleng Ilmu...

Terapkan Pendidikan Inovatif, Santri di Pesantren Al Mawaddah di Kudus Digembleng Ilmu Wirausaha Hingga Larang Santri Terima Uang Saku dari Orang Tua

Pesantren Al Mawaddah di Kudus menerapkan metode pendidikan berwirausaha kepada para santri. Selain pendidikan ilmu agama Islam, para santri fokus melaksanakan program inovatif berwirausaha. Istimewa

KUDUS, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pada masa sekarang pendidikan  pesantren sangatlah dibutuhkan dalam kemajuan bangsa Indonesia. Sistem pendidikan yang ada di pesantren tidak hanya mengajarkan masalah agama saja, melainkan pendidikan karakter sosial dan berbudaya. Sedangkan dari segi keagamaan sudah jelas membahas mengenai masalah ilmu agama Islam.

Pendidikan kepercayaan diri, dan penilaian tentang dukungan sosial serta kemandirian santri menjadi prioritas di pesantren.

Memasuki tatanan kehidupan baru, pengelola pesantren pastinya dituntut harus berpikir keras untuk tetap mengajarkan ilmu agama dan bertahan hidup dengan cara cerdas dan mandiri.

Selain pendidikan ilmu agama,  kemandirian santri telah menjadi prioritas di Pesantren Al Mawaddah, Kabupaten Kudus.

Pesantren Al Mawaddah di Kudus menerapkan metode pendidikan berwirausaha kepada para santri. Selain pendidikan ilmu agama Islam, para santri fokus melaksanakan program inovatif berwirausaha. Istimewa

Pengasuh Pesantren Al Mawaddah Kudus, KH Sofiyan Hadi menekankan, selain mengajarkan ilmu agama, pendidikan di pesantrennya juga membekali santri dengan berbagai ketrampilan.

“Sehingga sejak masuk, santri sudah diajarkan mandiri,” kata Sofiyan ditemui di kebun pesantrennya, di Desa Honggosoco, Kecamatan Jekulo, Kudus, belum lama ini.

Oleh karena itu, pesantren menyediakan beberapa unit usaha yang bisa dikerjakan semua santri. Mulai toko ritel, tempat outbound, hingga adanya kebun yang biasa dikelola santri bernama Kebun Alquran. Nama kebun itu berdasarkan tumbuhan yang ditanam, berasal dari nama buah yang disebutkan di Kitab Alquran, seperti berbagai jenis kurma, tin, delima, anggur, bidara, dan lainnya.

Adapun syarat menjadi santri adalah harus berstatus mahasiswa. Jumlah santri sekitar 60 orang. Para santri mendapatkan pengajaran ketrampilan tergantung dari tingkatan semester di bangku perkuliahan. Misalnya, untuk santri di semester pertama mendapatkan pengajaran ketrampilan mengelola toko ritel. Bila sudah di semester tiga atau lebih, keterampilannya naik menjadi pelatih (trainer), atau lainnya.

Pesantren Al Mawaddah di Kudus menerapkan metode pendidikan berwirausaha kepada para santri. Selain pendidikan ilmu agama Islam, para santri fokus melaksanakan program inovatif berwirausaha. Istimewa

Dia juga menjelaskan untuk pelatih itu dibutuhkan karena di kebun dan tempat outbound milik pesantren yang kerap dikunjungi masyarakat, keberadaan pelatih berguna.

Baca Juga :  Terdorong Hati Nurani, Purnawirawan Polri di Jawa Tengah Deklarasi Dukung Andika Perkasa-Hendrar Prihadi

“Mereka (santri) dapat income dari situ. Dengan begitu, mereka tidak membutuhkan kiriman orang tua. Jadi, syarat mondok di Al Mawaddah. Pertama, harus mahasiswa. Kedua, ikut program tahfiz (hafal) Alquran. Ketiga, tidak boleh menerima kiriman orang tua. Kuliah harus dari jerih payah mereka sendiri,” sambung Sofiyan.

Lebih lanjut, Sofyan menyampaikan, keberadaan pesantren itu sudah berjalan hingga 12 tahun. Dari tempat belajar tersebut sudah ada santri yang lulus. Mereka selain hafal Alquran, juga mendapat ketrampilan usaha. Tidak heran jika bekal dan ketrampilan membuat orang tua santri merasa senang.

“Enggak pakai transfer (kiriman orang tua) tapi punya tabungan hasil mandiri selama di pesantren,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan di pesantren yang dikelolanya memiliki beberapa lahan. Kalau lahan yang di atasnya berdiri bangunan pesantren, kebun, toko, SPBU mini, dan jembatan timbang digital ini sekitar tiga hektare.

Sedangkan di lingkungan luar ada beberapa luasan lahan lagi. Lahan di luar terbentang dari Kudus, Pati, Jepara, hingga Rembang, digunakan untuk bisnis pertanian yang ditanami padi, tebu, kedelai, jagung, dan pihaknya pun memiliki ratusan orang petani binaan.

Sofiyan menjelaskan dengan berbagai ketrampilan, santri menjadi mandiri dan juga memiliki ilmu agama. Pesantrennya juga membatasi waktu belajar hingga mereka wisuda di perguruan tingginya.

Namun sepengetahuannya, ada juga santri yang masih bertahan di pesantren karena menikmati belajar ketrampilan berwirausaha. Jika sudah demikian, pesantren akan memaksimalkan lulusannya sebagai tenaga supervisi yang mengajari santri baru.
Sejauh ini santri tidak pernah mengeluh soal tanggung jawab di pesantren. Yakni mulai menghapal Alquran, menjadi mahasiswa, hingga menjalankan aktivitas kemandiriannya.

Baca Juga :  Wakil Ketua DPRD Jateng Sepakat Tak Ada Pembatasan Pasokan Susu dari Peternak ke Industri Pengolahan. Tata Kelola Produksi Juga Diperbaiki

“Yang diberikan adalah, manajemen waktu,” imbuhnya.
Lantas apakah di masa pandemi ini, santri terganggu dalam menjalankan aktivitas wirausahanya? Untuk menyiasati hal itu, mereka memanfaatkan telepon pintarnya untuk memasarkan produk secara online.

“Di pesantren, semua santri semua jualan lewat HP (handphone). Sebulan rata-rata bisa mendapatkan uang senilai UMK (upah minimum kabupaten) sekitar Rp 1,5 juta-Rp2 juta (per orang),” bebernya.

Di masa pandemi Covid-19 ini, pesantren memberlakukan pula sistem belajar online. Bahkan, beberapa waktu lalu saat pesantren mengadakan seminar kewirausahaan online, jumlah pesertanya mencapai 7.777 orang. Jadi pembelajaran tetap berjalan dari rumah, dan bisnis tetap berjalan.

Seorang santri Muhammad Luthfi Syaf, asal Mlonggo, Kabupaten Jepara, mengaku sudah empat tahun belajar di Pesantren Al Mawaddah. Selama kurun tersebut, dia bisa mendapatkan ketrampilan untuk mandiri, kewirausahaan, hingga spiritual.

“Alhamdulilah, saya di sini mendapatkan banyak pengalaman. Seperti sekarang menjadi content creator (pesantren),” jelasnya yang juga didapuk menjadi pengelola Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas pesantren, yang tengah mengedit video di depan layar komputer. Satria Utama