Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Wah, Anang Diam-diam Rela Jauh-jauh ke Sragen Untuk Berburu Air Bilasan Selambu Gunung Kemukus. Mengapa Air Bilasan Itu Begitu Diburu, Ternyata Ini Rahasianya..

Ilustrasi pengunjung rebutan air jamasan Selambu Makam Pangeran Samudera di Gunung Kemukus, Sumberlawang, Selasa (11/9/2018) silam. Untuk suro tahun ini rebutan air ditiadakan dan air dikemasi dalam botol untuk dibagikan ke pengunjung. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Memasuki tanggal 1 Sura, obyek wisata Makam Pangeran Samudera yang lebih dikenal dengan Makam Gunung Kemukus, selalu tak lepas dari agenda rutin yakni tradisi larap selambu.

Dari berbagai prosesi yang digelar, acara rebutan sisa air bilasan selambu Makam Pangeran Samudera menjadi salah satu yang paling ditunggu.

Namun, untuk tahun ini acara rebutan air bilasan ditiadakan demi mengantisipasi covid-19. Sebagai gantinya, air bilasan dikemasi dalam botol dan dibagikan kepada pengunjung yang menginginkan.

Acara larap slambu sudah digelar Rabu (19/8/2020) siang. Karena tak ada rebutan, praktis pemandangan ribuan pengunjung uyel-uyelan berebut air bilasan pun tak lagi terlihat.

Meski begitu, air bilasan itu tetap jadi barang primadona yang diburu pengunjung. Lantas apa yang membuat air bilasan itu menjadi begitu berharga di mata nereka yang rela rata-rata datang dari luar kota seperti Purwodadi, Jakarta, Surabaya, Jawa Barat hingga Luar Jawa itu?

Dari kesaksian para pengunjung, ternyata mereka masih meyakini air bekas cucian tersebut mampu membantu memperlancar dan memperlaris usaha atau profesi mereka.

Seperti Hj.Welly, pengunjung asal Lamongan, Jawa Timur yang kemarin datang bersama rekannya.

“Saya sudah dua kali datang kesini. Pertama kali di kasih tahu teman yang pernah ke sini. Saya coba ikuti dan ternyata usaha saya yang sebelumnya sepi, setelah saya pakai air tersbut menjadi rame,” katanya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM .

Perempuan yang memiliki usaha rumah makan itu mengaku tuah dari air cucian selambu itu memang ada di antara percaya dan tidak percaya, tergantung yang meyakini.

Soal citra Kemukus yang sebelumnya identik dengan ritual esek-esek, ia enggan menjawab dan memilih tersenyum.

“Itu (ritual seks) juga soal keyakinan mas. Tergantung niatnya yang nglakoni,” akunya.

Anang, pengusaha asal Cirebon juga mengaku sudah sering berkunjung ke Kemukus saat ritual larap slambu demi mendapat air tuahnya.

Ia juga tak peduli dengan citra Kemukus yang beberapa waktu lalu sempat meledak dan menjadi sorotan dunia sebagai lokasi ritual esek-esek.

“Saya dapat satu botol. Tadi sempat basuh muka juga. Katanya sih biar awet muda. Rejeki bisa lancar. Ya ikut saja,” ujar Antok, salah satu pengunjung asal Jawa Barat.

Ia mengaku sudah dua kali datang ke Kemukus pada saat ritual larap slambu. Ia tahu dari informasi berita dan diajak teman usahanya.

“Kami datang rombongan Mas. Nginap semalam nanti habis ritual pulang. Soal kelancaran rejeki, itu tergantung keyakinan,” urainya.

Penanggungjawab Obyek Wisata Gunung Kemukus, Marcellus Suparno mengatakan untuk tahun ini, tidak ada rebutan air bilasan selambu untuk menghindari kerumuman warga. Air sisa jamasan dikemasi botol dan dibagikan ke pengunjung.

Ia menyampaian jumlah pengunjung pun juga turun drastis. Yang masih banyak datang dari Jatim dan Pantura, sedangkan dari Jakarta dan Jabar mulai berkurang.

Perihal ritual larap slambu mengandung filosofi sebagai wujud syukur dan menyucikan diri dengan air yang didapat dari sumber kehidupan.

“Ada yang meyakini membawa berkah, kalau itu soal keyakinan masing-masing,” tuturnya. Wardoyo

Exit mobile version