Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Viral Tembok Nutup Jalan di Gading Sragen, Ini Alasan Lengkap Warga Yang Ngotot Mendirikan Tembok Sampai Menutup Akses Puluhan Warga Lainnya. Ternyata Setelah Dicek Sertifikatnya Berbeda Fakta! 

Situasi saat warga berkumpul untuk membongkar tembok herbel yang didirikan Mbah Sonem hingga menutup jalan kampung Ngledok, Gading, Tanon, Selasa (4/8/2020). Foto/Wardoyo

Bhabinkamtimbas T Wahyudi dan Kades Gading, Puryanto saat memberi penjelasan kepada Tugiyono dan Kartini, keluarga pemilik pekarangan di Dukuh Ngledok, Gading yang nekat menutup jalan dengan tembok, seusai mediasi di balai desa, Selasa (4/8/2020). Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Aksi seorang warga di Desa Gading, Tanon, Sragen nekat mendirikan tembok di tengah jalan hingga menutup akses warga lain di Dukuh Ngledok, Gading, Senin (3/8/2020) langsung viral.

Tembok herbel yang didirikan di pekarangan (alm) To Pawiro itu kini menjadi polemik warga setempat lantaran menutup akses 10 KK dan puluhan jiwa.

Mengapa mereka nekat menutup jalan dengan tembok? Saat ditemui seusai mediasi di balai desa Selasa (4/8/2020), Kartini (58) hadir bersama adiknya, Tugiyono (55).

Kartini adalah anak Mbah Sonem yang mendapat wasiat untuk menerima pekarangan di Ngledok yang ada jalan tembusnya.

Kepada wartawan, Kartini mengatakan nekat menutup jalan karena jalan itu dibangun di pekarangan jatahnya. Ia mengklaim sewaktu dulu dibeli orangtuanya, pekarangan itu hanya ada jalan setapak.

“Kemarin ceritanya mau bangun rumah lalu saya tengok pekarangannya kok dibangun jalan nggak taren (izin) dulu. Warga Ngledok itu nggak menghargai, hanya bangun jalan gitu aja. Ya kita nggak terima,” paparnya.

Adik Kartini, Tugiyono juga ngotot bahwa dulunya dari orangtuanya beli pekarangan dan tidak ada gambar jalannya.

Keluarganya tidak terima karena merasa tidak dimintai izin ketika dibangun jalan dm selebar 3 meter dan memakan tanah pekarangan untuk jatah kakaknya itu.

“Yang nyuruh siapa, yang bangun jalan siapa, kami juga nggak tahu. Itu tanah punya keluargaku. Karena nggak taren dulu, ya ditutup. Tapi kalau jalannya ambil kanan kini dan adil ya nggak papa. Tapi kalau hanya pekarangan kami, ya nggak mau,” katanya.

Tugiyono dan Kartini memang tidak tinggal di Dukuh Ngledok. Mereka tinggal di Dukuh Magersari hanya beda dukuh tapi masih di Desa Gading.

Namun kengototan Tugiyono dan Kartini sempat terpatahkan ketika dilakukan mediasi di balai desa.

Dalam mediasi yang dengan dihadiri Camat Tanon, Suratman dan Kades Gading, Puryanto, serta Babinsa dan Bhabinkamtibmas, ternyata ada fakta lain.

Setelah dicek sertifikat warga di sekitaran jalan tembus itu, ternyata semua menunjukkan gambar ada jalan tembus yang kini ditutup keluarga Mbah Sonem.

“Tadi sudah dicek sertifikat milik warga samping jalan dan di pekarangan Mbah Sonem itu. Ternyata memang ada gambar jalan itu semua. Memang tidak ada ukurannya atau jalan setapak, tapi yang jelas senua sertifikat ada jalan itu. Jadi memang nggak benar kalau jalan itu langsung ditutup,” papar Bhabinkamtibmas Polsek Tanon, T Wahyudi ditemui usai mediasi.

Meski sempat memanas dan adu argumen, akhirnya mediasi menyepakati bahwa jalan tembus Ngledok itu tetap dipertahankan dengan lebar 2 meter. Tanahnya akan diambilkan satu meter dari kanan kiri pekarangan yang ada di sekitar jalan.

Sehingga tembok herbel yang didirikan di pintu masuk jalan di pekarangan Mbah Sonem diputuskan dibongkar.

“Ini tadi disepakati tembok dibongkar. Nanti diukur lagi, jalannya dibuat 2 meter, diambilkan satu meter kanan kiri,” papar Kades Gading, Puryanto.

Sebelumnya, sedikitnya 10 KK di satu RT 18, Dukuh Ngledok, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Sragen mengaku kebingungan dan resah setelah jalan masuk ke rumah mereka ditutup oleh salah satu warga.

Jalan selebar 3 meter itu ditutup dengan tembok herbel oleh salah satu warga atas nama keluarga Mbah Sonem (55), Senin (3/8/2020) pagi. Dengan jalan ditembok, praktis 10 kepala keluarga yang terletak di balik tembok, tak bisa lagi melintas.

Salah satu warga RT 18 yang tertutup tembok, Heri, mengatakan jalan itu ditutup dengan tembok herbel oleh kerabat Mbah Sonem.

Menurutnya, jalan itu dulunya memang pekarangan pribadi Mbah Sonem yang dibuat jalan tembus. Lebar jalan sekitar 2,5 meter dengan panjang masuk sekitar 20 meter.

Kala itu, Mbah Sonem sudah mengikhlaskan untuk jalan tembus namun setelah pekarangan itu diberikan anaknya, tanah untuk jalan itu ingin diminta kembali.

“Ditutup tadi pagi sama yang punya mas, yang punya pekarangan namanya Mbah Sonem. Dulu tanahnya punya simbahnya. Dulu memang pernah berpesan untuk dibuat jalan, tapi terus dikasihkan anaknya. Nah anaknya ini nggak mengizinkan untuk jalan dan diminta kembali sehingga ditutup itu. Anaknya mungkin dulu belum tahu kalau itu dikasihkan untuk jalan,” paparnya, Senin (3/8/2020).

Heri menuturkan dampak dari penutupan, membuat 10 KK yang ada di sebelah tembok, kini tak bisa melintas lagi. Menurutnya, untuk bisa keluar, 10 KK itu harus memutar ke jalan utama sekitar 500 meter.

“Ya harapan kami, jalan bisa dibuka lagi atau dibuatkan jalan lagi. Agar bisa digunakan warga yang lain. Kami juga sudah lapor ke desa. Karena dengan jalan ditutup tembok, satu RT nggak bisa lewat,” tuturnya. Wardoyo

Exit mobile version