SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kelompok petambak di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang menggelar Panen Perdana Demplot Budi Daya Udang Vaname dengan Teknologi Semi Intensif Skala Rumah Tangga, Selasa (22/9/2020).
Acara tersebut terselenggara atas dukungan dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, PT Djarum, dan PT 3M.
Communications Manager, Yayasan Konservasi Alam Nusantara, Maria Adityasari dalam rilisnya ke Joglosemarnews, Selasa (22/9/2020) menjelaskan, acara tersebut digelar dengan tetap mengikuti protokol Covid-19.
“Acara ini merupakan bagian dari program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA),” ujarnya.
MERA, menurut Maria, adalah platfom nasional multipemangku kepentingan untuk mengurangi kerentanan masyarakat pesisir, menjaga sumber daya dan aset alam, serta mendukung upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan berbasis kajian ilmiah.
Lebih jauh ia menjelaskan, Kelurahan Mangunharjo dulunya merupakan salah satu sentra perikanan di Kota Semarang. Pada masa jayanya, tambak di Mangunharjo menghasilkan ikan bandeng, kakap, udang windu, udang vaname, udang alam (udang putih dan udang bintik), dan kepiting.
Sebagian besar masyarakat Kelurahan Mangunharjo bermata pencaharian sebagai pembudi daya ikan dan nelayan.
Namun, sejak beberapa tahun terakhir, terjadi penurunan hasil tambak karena menurunnya kondisi lingkungan, terutama biofisika, kimia tanah dan air, serta kemampuan para petambak dalam mengembangkan budi daya air payau.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, jelas Maria, sejak November 2019, YKAN bekerja sama dengan Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara melakukan pengembangan demplot budi daya air payau di Kelurahan Mangunharjo.
Praktik tersebut melibatkan tiga kelompok petambak yang ada di wilayah tersebut, yaitu Kelompok Mina Usaha Mandiri, Kelompok Rejo Mulyo dan Kelompok Kali Santren.
Sementara itu, Kepala BBPBAP Jepara Sugeng Raharjo menjelaskan, kerja sama tersebut berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan sawah dan tambak yang sudah tidak produktif dengan teknologi semi intensif dan skala rumah tangga secara berkelanjutan.
“Metode ini cocok dikembangkan karena bersifat ramah lingkungan. Ini selaras dengan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian mangrove dan lingkungan pesisir,” paparnya.
Selama hampir setahun, jelas Sugeng, kegiatan MERA terkait budi daya tambak di Kelurahan Mangunharjo adalah membangun kesepahaman dengan kelompok pembudi daya air payau.
Upaya tersebut diawali dengan melakukan survei lokasi guna mengkaji kualitas air dan tanah. Kelompok pembudi daya kemudian mendapatkan pelatihan secara langsung di lapangan maupun daring mengenai teknis penyiapan lahan, pemilihan benur, pemeliharaan kualitas air dan kesehatan udang, metode pemberian pakan serta pemanenan.
Untuk mendukung kegiatan budi daya tersebut, jelas Sugeng, program MERA juga menyediakan modal bergulir untuk demplot budi daya dalam bentuk peralatan tambak, benur, pakan udang dan bantuan pemasaran.
“Program demplot tambak udang vaname semi intensif ini sangat membantu masyarakat, karena metodenya cukup mudah untuk dipelajari, dan hasilnya maksimal,” ujarnya.
Melalui program tersebut, para petambak mendapatkan hasil yang lebih baik. Dulu, saat panen biasanya mereka memperoleh 50 kilogram untuk tambak seluas 1.200 meter persegi.
Namun, sejak didampingi oleh YKAN dan BBPBAP Jepara menggunakan teknologi semi intensif skala rumah tangga, hasilnya bisa 600 kilogram sekali panen pada tambak yang sama.
“Dan yang juga penting, kelestarian lingkungan tetap terjaga. Bahkan kini sudah banyak petambak dan kelompok-kelompok lain yang ingin belajar tentang teknik budi daya ini,” kata Ketua Kelompok Mina Usaha Mandiri, Irfan.
Pada kesempatan tersebut, Wakil Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu juga memberikan apresiasi terkait upaya pengembangan tambak ramah lingkungan tersebut.
“Terima kasih kepada YKAN dan BBPBAP Jepara yang telah hadir dan mengembangkan program pengembangan budi daya tambak ramah lingkungan di wilayah Kelurahan Mangunharjo,” ujarnya.
Hal itu, menurut Hevearita, merupakan upaya mulia untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
“Pemerintah Kota Semarang akan terus mendukung upaya pengembangan dan replikasi dari inisiatif ini,” terang Hevearita.
Keberlanjutan
Direktur Program MERA, Muhammad Imran Amin menjelaskan, demplot budi daya udang adalah langkah awal Program MERA untuk mendorong praktik budi daya udang yang lebih ramah lingkungan.
“Salah satu tujuan pengelolaan pesisir terpadu melalui program MERA di Kelurahan Mangunharjo adalah menciptakan keseimbangan antara kesejahteraan masyarakat pembudi daya dan konservasi ekosistem mangrove,” ujarnya.
Upaya tersebut penting, menurut Imran, karena ekosistem mangrove yang sehat mendukung produktivitas perikanan tinggi, memberikan sumber pendapatan, perlindungan, serta berkontribusi pada ketahanan pangan dan sosial.
Selain program budi daya, Imran menjelaskan, YKAN bersama masyarakat Kelurahan Mangunharjo juga telah mengidentifikasi potensi ekonomi masyarakat dengan menggunakan pendekatan partisipatif Aksi Inspiratif Warga untuk Perubahan (SIGAP).
Melalui proses SIGAP, diketahui bahwa kerupuk udang, batik mangrove, dan budi daya tambak merupakan produk unggulan dan potensial bagi masyarakat Kelurahan Mangunharjo.
Untuk mendukung keberlanjutan usaha ekonomi masyarakat tersebut, Program MERA telah memfasilitasi terbentuknya Koperasi Serbaguna Mandiri Raharja.
“Dengan adanya Koperasi Serbaguna Mandiri Raharja, diharapkan produk-produk masyarakat dapat dipasarkan dengan baik, mutunya selalu terjaga, dan hasilnya dapat membantu peningkatan perekonomian masyarakat,” pungkas Sugiarti, selaku Lurah Mangunharjo. suhamdani