Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Musala di Tanon Jadi Klaster Baru Penularan Covid-19. Pemilik Positif, 7 Tetangganya Ikut Tertular, Pemdes dan Satgas Sesalkan Hasil Swab Tidak Serentak Bikin Resah Warga

Kades Tanon, Luqman Hakim. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Seorang karyawan pabrik asal Gabusan, Tanon, Sragen dinyatakan positif terpapar covid-19. Karyawan itu tertular dari tetangganya, seorang ibu rumah tangga berinisial S (60) yang menjadi klaster baru penularan covid-19 di Desa Tanon.

Sayangnya, hasil swab milik karyawan berinisial S (30) itu baru keluar Jumat (16/10/2020) hari ini atau hampir sepekan sejak swab dilakukan pada Jumat (9/10/2020) lalu.

Kemudian keluarnya hasil swab juga tidak bersamaan dengan warga lain yang juga diswab, sehingga sempat menimbulkan keresahan. Dari 10 warga kontak erat dengan Mbah S, hasil swab 6 warga dinyatakan positif dan keluar pada Minggu (11/10/2020).

Namun untuk empat warga lain baru keluar hari ini dengan hasil tiga warga negatif dan satu warga yakni S (30) dinyatakan positif.

“Iya kami juga banyak jadi sasaran keluhan warga. Kenapa hasil swabnya nggak bisa dikeluarkan bersamaan. Dari 10 orang, yang 6 sudah keluar tanggal 11 Oktober dan positif, yang 4 nggak keluar-keluar. Warga berfikirnya yang 4 itu negatif, setelah kami konfirmasi baru hari ini tadi dari Puskesmas menyampaikan hasilnya dari 4 warga itu ada 3 yang negatif dan 1 positif,” papar Kades Tanon, Luqman Hakim, kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (16/10/2020).

Luqman menguraikan pemberitahuan hasil swab yang tidak bersamaan itu telah memicu keresahan warga. Kemudian satu dari empat warga yang swabnya belakangan keluar dan ternyata hasilnya positif itu adalah karyawan pabrik.

Hasil swab tertulis itu sebenarnya sangat dinanti untuk memberi kepastian kepada warga dan yang bersangkutan. Apalagi untuk buruh pabrik yang diswab, ada kebijakan diliburkan dulu sampai ada hasil keluar.

“Kalau kemudian hasilnya terlambat dan kemudian akhirnya positif, kan kasihan. Maka dari itu, kami sangat berharap hasil swab bisa secepatnya keluar dan kalau ada satu kelompok, kalau bisa dikeluarkan bersamaan agar tidak memicu keresahan. Kalau memang itu sudah prosedur atau SOP medis, barangkali bisa menjadi pertimbangan. Karena kalau hasilnya telat dan tidak bersamaan, Satgas yang di desa yang jadi sasaran warga,” tukasnya.

Kades berharap pihak Puskesmas atau DKK bisa lebih berkoordinasi dan bersinergi lagi terkait proses swab dan pemberitahuan hasilnya.

Hal itu semata-mata untuk menjaga kondusivitas warga secara umum serta psikologis warga yang telah diswab agar tidak dihantui keresahan.

Sementara, Satgas Covid-19 Desa Tanon yang juga Kasi Pelayanan, Dawam menyampaikan saat ini total ada 8 warga di desanya yang positif terpapar covid-19.

Semua berawal dari Mbah S, yang terpapar setelah sakit dan dirawat di RSUD Gemolong.

Hasil swab Mbah S, keluar pada tanggal 7 Oktober lalu dengan hasil positif covid-19. Setelah dilakukan tracing tanggal 8 Oktober, ada 10 warga tetangganya yang kontak erat dan 7 di antaranya positif termasuk karyawan pabrik yang hasilnya baru keluar hari ini tadi.

“Mbah S itu sebenarnya hanya ibu rumah tangga. Dia di RSUD Gemolong sempat dua kali diswab dan hasilnya baru dinyatakan positif. Nah, kemudian ada 10 tetangga yang diswab itu kontak erat dan sempat ikut jemaah di musala pribadi Mbah S,” tukasnya.

Ia juga mengkritisi keluarnya hasil swab yang tidak bersamaan. Hal itu akhirnya memicu keresahan warga di lingkungan serta mereka yang diswab.

Pihaknya berharap DKK atau Puskesmas bisa lebih profesional yakni mempercepat hasil swab dan mengeluarkannya secara serentak terutama bagi warga yang diswab bersamaan.

“Kalau terlalu lama, kasihan warga karena menggantungkan kepastian. Kemudian kalau tidak berbarengan, nanti memicu keresahan,” tandasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, Hargiyanto mengatakan untuk hasil swab, biasanya memang keluar antara 3-4 hari.

Soal kenapa ada swab di satu titik yang hasilnya tidak bisa keluar bersamaan, hal itu dimungkinkan karena terbatasnya kapasitas swab sehingga sebagian harus menunggu dulu.

“Karena yang kita kirim untuk swab kan banyak, sementara kapasitas di sana itu terbatas sehingga nggak bisa sekaligus. Misalnya kapasitas hanya 96 sampel, kita ngirimnya 150, otomatis sisanya harus nunggu dulu,” terangnya.

Terkait hasil swab yang sampai seminggu baru keluar, Hargiyanto menyebut dimungkinkan ada sampel yang kurang jelas sehingga perlu diulang pengujiannya lagi.

“Kalau ada yang sampai seminggu, mungkin memang ada yang perlu diulang. Karena sampel yang dikirim kan banyak,” tukasnya. Wardoyo

Exit mobile version