Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Pelajar SMA di Yogya Ini Jalani Masa Muda dengan Berjualan Onde Onde Premium

Tempo.co

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Masa muda tidak selamanya identik dengan romantika. Tera Awang Semesta, yang masih berstatus pelajar SMA ini adalah pemuda yang sangat langka.

Ketika teman -teman sebayanya tengah dininabobokkan oleh kenyamanan duniawi berikut segala romantikanya, maka Awang, sapaan akrabnya, justru harus bekerja keras.

Tanpa malu-malu, ia tekun dalam memajukan usaha kuliner keluarga yang dinamai Onde Onde Cibus, yang dicap sebagai onde-onde premium.

Terra Awang Semesta, memiliki cita-cita untuk menjadi pengusaha dari bisnis yang ditekuninya sendiri.

Meski masih berstatus pelajar kelas XII di SMA Kolese De Britto Yogyakarta, ia tak malu untuk melakoni perannya sebagai pengusaha yakni menjual onde-onde buatan keluarganya di sekolah.

Satu di antara hal yang melatarinya sulung empat bersaudara untuk terjun ‘lebih awal’ sebagai pengusaha itu lantaran faktor ekonomi.

Maka pada 2018 yakni di tahun yang sama ia masuk jenjang SMA, ia dan keluarga mencoba mencari jalan keluar untuk mendapatkan penghasilan yang bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup pun dengan biaya sekolah.

Lalu lahirlah Onde Onde Cibus tersebut.
Pria kelahiran Semarang, 15 Juli 2003 tersebut mengatakan bahwa sekolahnya memiliki aturan yakni siswa dilarang berjualan karena berharap mereka fokus untuk belajar.

Namun, setelah menjelaskan situasi ekonominya, ia pun mengantongi izin dari pihak sekolah.

Awang memanfaatkan waktu istirahat untuk berjualan dari satu kelas ke kelas yang lain.

“Dalam sehari saya bisa menjual sekitar 100 buah di sekolah. Belum dari onde-onde yang kami titipkan di toko roti yang sudah memiliki reputasi bagus,” ungkapnya, Minggu (4/10/2020).

Namun semenjak pandemi Covid-19 melanda, Awang mengaku pendapatan yang ia peroleh menurun drastis.

Dalam sebulan, biasanya omzet dari penjualan Onde Onde Cibus mencapai Rp 14-17 juta. Namun dengan adanya pandemi ini, omzetnya melorot menjadi Rp 3-5 juta per bulan.

Tak patah arang, ia dan keluarganya berusaha mencari peluang lain dari penjualan onde-onde di Toko Roti.

Akhirnya pada Mei 2020, lahirlah outlet pertama Onde Onde Cibus di Babarsari, Sleman.

Selanjutnya pada September 2020 lalu, outlet kedua didirikan di Pakem, tepatnya di Kopi Bukan Luwak.

Awang mengaku ketidakstabilan pasar menyebabkan pendapatan yang diterima tidak tetap.

Hal itu dikarenakan banyaknya orang yang masih belum mengenal produknya sehingga masih belum banyak yang membeli.

“Namun, naik turun yang paling saya rasakan adalah kondisi sebelum dan ketika masa pandemi,” bebernya.

Saat pandemi, dirinya tidak bisa lagi berjualan di sekolah dan menyebabkan pendapatan menurun drastis karena hasil berjualan di sekolah menjadi satudi antara pemasukan terbesar bagi usaha Onde Onde Cibus.

“Untuk menutupinya, kami mencoba membuka outlet dan itu pun menurut saya masih belum maksimal juga karena banyak orang yang masih belum mengenal Onde-onde Cibus sehingga pendapatan yang diterima belum banyak,” ungkapnya.

Tak tinggal diam, ia mencoba strategi lain yakni dengan melakukan sampling kepada konsumen sehingga harapannya mereka mau membeli produk Onde Onde Cibus dan bisa memberi tahu kepada orang-orang terdekat mereka mengenai produknya.

“Sehingga membuka peluang untuk mendapatkan konsumen yang banyak. Selain itu, kami juga melakukan promosi melalui sosial media, salah satunya yaitu Instagram,” urainya.

Remaja yang ingin meneruskan jenjang pendidikannya di FEB UGM ini mengatakan bahwa untuk proses produksi bisa berlangsung seharian, tergantung jumlah pesanan yang masuk.

“Untuk pembuatan isi dilakukan pada saat malam hari yaitu pukul 20.00-24.00. Untuk penggorengan dilakukan di outlet agar onde-onde yang kami jual bisa dinikmati konsumen selagi hangat,” pungkasnya.

Exit mobile version