Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Peringati Hari Batik Nasional, Museum Nasional Pamerkan Kain Batik Garuda Nusantara Sepanjang 74 Meter

Kain Batik Garuda Nusantara sepanjang 74 meter dibentangkan di Museum Nasional Jakarta bertepatan dengan peringatan Hari Batik Nasional pada Jumat, 2 Oktober 2020. Foto: Dokumentasi Yayasan Tjanting Batik Nusantara via Tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Museum Nasional memiliki cara tersendiri dalam memperingati Hari Batik Nasional. Selembar kain batik sepanjang 74 meter yang disebut Batik Garuda Nusantara, dipamerkan di Taman Purbakala, pada Jumat (2/10/2020).

Prosesi pembentangan kain batik tersebut dilakukan dengan disiarkan secara daring, dibarengi dengan pementasan maestro harpa Maya Hasan dan seniman tari Eko Supriyanto.

Batik Garuda Nusantara ini merupakan karya kolektif lebih dari 90 perajin batik dari sentra-sentra batik nusantara yang diinisiasi oleh Yayasan Tjanting Batik Nusantara (TBN) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Luar Negeri.

Proses pembuatan batik sepanjang 74 meter itu memakan waktu lebih dari satu tahun. Dimulai pada 1 Agustus 2019, jelang HUT ke-74 RI, proses pembatikan dimulai oleh Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Jokowi, lalu diselesaikan oleh maestro batik Indonesia, Nur Cahyo, dari Pekalongan pada 25 September 2020 lalu.

Kain sepanjang 74 meter tanpa sambungan ini dibatik canting bolak balik, yang berarti luas kain yang dibatik mencapai total panjang 148 meter. Itu lebih tinggi dari Monumen Nasional atau Monas yang memiliki 132 meter.

Disampaikan Ketua Pembina Yayasan Tjanting Batik Nusantara, Pheo Hutabarat, nama Batik Garuda Nusantara diberikan langsung oleh presiden. “Presiden Jokowi menamainya Batik Garuda Nusantara karena dimulai dengan motif gurdo atau garuda yang merupakan lambang negara,” kata Pheo dalam konferensi pers Jumat (2/10/2020).

Selain motif garuda, batik ini memiliki motif tradisional lain yang telah digunakan dalam Diplomasi Batik Kementerian Luar Negeri. Motif itu antara lain, motif parang, yang melambangkan kedaulatan RI; truntum, melambangkan perlindungan warga negara Indonesia; sido mukti, melambangkan diplomasi ekonomi; dan sekar jagad, yang melambangkan peran aktif Indonesia di dunia. Ada pula tanda tangan dari kepala negara.

Pembuatan batik ini menghabiskan ratusan kilo malam atau lilin serta sekitar 3.000 canting berbagai ukuran. Total waktu pengerjaan jika ditotal dari seluruh pembatik, maka mencapai sekitar 216.000 jam.

Pheo menambahkan, pembentangan kain Batik Garuda Nusantara itu untuk menggelorakan kecintaan terhadap batik yang secara langsung turut melestarikan batik. Batik yang dimaksud adalah batik tulis, batik cap, atau batik cap tulis dan bukan kain printing motif batik.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Restu Gunawan, mengatakan, pembentangan kain Batik Garuda Nusantara tersebut sekaligus membuktikan bahwa batik merupakan teknik menghias kain yang mengandung nilai, makna dan simbol-simbol budaya.

“Batik juga merupakan bagian dari diplomasi budaya. Siapa tahu nanti tiap sidang umum atau sidang antarnegara mendorong penggunaan batik, tidak hanya jas terus. Ini penting karena UNESCO yang mengakui,” kata dia.

Di saat yang bersamaan, dilakukan juga peresmian Kuklik Batik yang merupakan pasar digital kain batik. Pasar digital ini menjadi solusi jual beli batik dengan konsumen di dalam maupun luar negeri. Beda dengan di e-commerce, batik di Kuklik Batik dikurasi langsung oleh perajin batik.

“Ini mendukung perajin atau UMKM yang terpuruk karena pandemi Covid-19,” kata Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Yusron B Ambary.

Exit mobile version