Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Soal Brak Darurat Pedagang Pasar Kota di Sepanjang Kliteh, Ketua DPRD Sragen Minta Ada Paparan dan Kajian Terlebih Dahulu. Sebut Lapangan SBI Kroyo dan Sine Bisa Jadi Alternatif Pilihan!

Ketua DPRD Sragen, Suparno. Foto/Wardoyo

 

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Ketua DPRD Sragen, Suparno mengaku tidak setuju dengan penunjukan kawasan Kliteh hingga jalan Tentara Pelajar sebagai lokasi brak darurat sementara pedagang Pasar Kota Sragen selama pembangunan.

Sebaliknya, ia meminta agar dilakukan paparan terlebih dahulu dan dicari lokasi yang pas serta tidak berekses negatif baik bagi kelanjutan pedagang maupun masyarakat umum.

“Terus terang kalau di lokasi sepanjang Kliteh sampai menutup 3 ruas jalan, kami tidak setuju. Karena nanti berpotensi terhadap kelangsungan pedagang maupun ekses lainnya. Harus dipikirkan matang-matang dulu,” paparnya kepada wartawan, Senin (2/11/2020).

Suparno memandang selain lokasi dipastikan nyaman, pemindahan ke brak darurat juga perlu menerapkan zona-zona untuk pengelompokan pedagang berdasarkan jenis jualannya.

Ia meminta agar ada pemetaan secara pasti berapa jumlah pedagang yang aktif dan nantinya mau berjualan di lokasi darurat. Sebab dari 1.517 pedagang yang terdaftar, diyakini pasti ada yang saat ini tidak berjualan.

“Jadi harus fix dulu, berapa yang nanti mau menempati brak darurat. Kalau pedagang yang malas atau sekarang nggak jualan, apa ya akan dibuatkan,” terangnya.

Sekretaris DPC PDIP Sragen itu menyampaikan ada baiknya untuk pedagang skala kecil seperti bolo pecah, pernak-pernik, alat rumah tangga, mungkin bisa ditempatkan di lokasi yang menyatu.

Menurutnya sepanjang kawasan Jalan Diponegoro dekat rel, bisa menjadi alternatif lokasinya, menyambung dari timur ke barat.

Kemudian pedagang skala besar seperti kain dan pakaian, hendaknya dipisahkan dan dicarikan lokasi yang lebih luas. Lapangan SBI Kroyo atau Lapangan Sine, bisa menjadi alternatif pilihan karena lokasi yang luas, relatif tak terlalu jauh dan tempat parkir juga memungkinkan.

“Yang penting harus ada zona-zonanya, jangan dijadikan satu. Kenapa pedagang kain bisa ditempatkan di lapangan SBI, karena orang beli kain kan biasanya tidak ada keterkaitan beli alat lain. Jadi kalaupun terpisah, saya rasa nggak apa-apa. Kalau kuliner dan pedagang bolo pecah atau kecil-kecil boleh lah di wilayah kota sini,” terangnya.

Lebih lanjut, Suparno menjelaskan wacana penutupan tiga ruas jalan di Kliteh dan Garuda itu juga teramat riskan.

Selain akses masyarakat, nantinya yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana akses pembeli dan sisi kenyamanan serta keamanan parkir kendarannya.

Sebab brak darurat itu nantinya akan dipakai dalam waktu cukup lama sekitar 2 tahun. Karena itulah, ia berharap ada paparan dan kajian yang matang terlebih dahulu.

Sehingga lokasi yang dipilih benar-benar pas bagi pedagang maupun pengunjung baik dari aspek keamanan maupun kenyamanan.

“Saya minta ada paparan di DPRD. Persiapannya bagaimana, konstruksinya juga bagaimana. Boleh semangat mbangun tapi perekonomian pedagang jangan sampai lumpuh dan jangan sampai ada kendala. Pihak pelaksana atau pengguna anggaran harus punya beberapa opsi. Kita justru ingin mendorong agar perekonomian maju,” tegasnya.

Desain penampakan Pasar Kota Sragen setelah direvitalisasi. Foto/Dinas Perdagangan

Kepala Dinas Perdagangan Sragen, Tedi Rosanto, Senin (26/10/2020) lalu menyampaikan hasil rapat koordinasi terakhir dengan Sekda, instansi terkait beberapa waktu lalu sudah memutuskan jalur Kliteh ke timur akan dijadikan lokasi brak darurat selama revitalisasi Pasar Kota.

“Hasil rapat, nanti lokasi brak darurat kita tempatkan di sepanjang jalan depan toko Klliteh ke timur sampai jalan Tentara Pelajar di sebelah utara palang. Sudah fix, itu lokasi braknya,” paparnya ditemui di ruang kerjanya.

Tedi menuturkan brak darurat tersebut disiapkan agar para pedagang bisa tetap melangsungkan aktivitasnya selama Pasar Kota dibangun. Sebagai pendukung, nantinya ada tiga ruas jalan yang akan ditutup.

“Yakni di sisi utara rel masuk ke timur kita tutup sampai Kliteh, kemudian pertigaan Garuda. Tambahannya di kios garuda ke utara. Nanti brak darurat dibuat di tengah jalan dan tetap ada akses jalan di kedua sisi. Sehingga motor dan becak tetap bisa lewat serta tidak menggangu kios yang ada di situ maupun permukiman warga,” terangnya.

Ia memastikan konsep brak darurat itu sudah melalui kajian bersama dinas terkait sehingga nantinya dipastikan tidak ada lalu lintas yang terganggu.

Sebab di beberapa ruas jalan yang ditutup untuk brak itu bukan termasuk jalur primer yang padat kendaraan.

Lebih lanjut, Tedi menguraikan brak itu disiapkan untuk 1.517 atau semua pedagang di Pasar Kota yang terdaftar dan memiliki buku kuning atau buku ijin.

Termasuk di dalamnya, pedagang di kios depan Pasar Kota, penghuni kios sol sepatu, penghuni kios renteng Kliteh, hingga pedagang kuliner di sekitar Alun-Alun.

“Jadi bicara Pasar Kota itu nggak hanya pedagang di dalam pasar saja. Karena yang di Kliteh, kuliner Alun-alun, sol sepatu dan depan pasar itu juga menjadi bagian Pasar Kota. Semua harus kita akomodir dan tidak boleh ada yang tercecer,” terangnya. Wardoyo

Exit mobile version