Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Terkait Kepulangan Rizieq Shihab, Pengamat Islam Politik: Itu Ujian Demokrasi Kita

Pengamat Islam politik, Said Muhammad. Istimewa

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab beberapa waktu lalu membawa rentetan masalah yang menjadi polemik di tanah air. Bahkan polemik tersebut diseret-seret dalam atmosfer sosio-politik Indonesia.

Menurut Pengamat Islam politik, Said Muhammad, kembalinya Rizieq Shihab di Indonesia menjadi semacam ujian demokrasi. Baginya, fenomena Habib Rizieq di Indonesia selain memang membangkitkan geliat demokrasi, juga di sisi lain menjadi ancaman bagi demokrasi.

“Melihat riak-riak di pusat dan daerah beberapa waktu terakhir memang mengindikasikan ada semacam gerakan massa yang sekaligus menjadi ujian demokrasi kita. Tetapi, dalam konteks nation state, ketika ada gagasan yang membahayakan negara, pemerintah memang harus melakukan tindakan terukur, baik secara hukum atau security state,” urainya saat menjadi narasumber dalam webinar bertajuk “Membaca Kepulangan Rizieq Shihab: Ancaman Demokrasi dan Menguatnya Intoleransi?” yang digelar Himpunan Ativis Milenial Indonesia, Senin (21/12/2020).

Said menambahkan, Rizieq Shihab memiliki political effect yang terlihat dari dinamika sebelum dan paska kepulangannya dari Arab Saudi. Termasuk jargon revolusi akhlak yang disuarakan FPI terlihat lebih sebagai bahasa politik.

“Bahasa akhlak itu sebenarnya punya tendensi politik, sebagai counter wacana terhadap revolusi mentalnya Jokowi. Revolusi mental dianggap punya irisan dengan komunis-ateis. Revolusi akhlak itu sebenarnya untuk mencari simpati masyarakat saja. Bahkan, yang lebih relevan berbicara soal revolusi akhlak adalah kalangan ormas tradisional. NU, Muhammadiyah, dan Persis bahkan sudah melakukan itu melalui lembaga keagamaan mereka yang mengakar hingga pelosok desa,” ungkapnya.

Namun demikian, lanjut Said, publik harus mencari jalan tengah untuk mengisi perbedaan pandangan berdasarkan prinsip Kebhinekaan. Habib Rizieq sebagai tokoh agama, retorika nya tidak bisa dikalahkan oleh tokoh politik.

“Kita butuh tokoh agama yang kharismatik, yang punya massa, memberi wacana yang bisa mencounter gagasan Islam anti kemanusiaan. Bagaimanapun, di tengah situasi Pandemi Covid-19, kita juga perlu mengokohkan imunitas kebangsaan kita melalui Bhinneka dan Pancasila,” pungkas Said.

Di sisi lain, Himpunan Aktivis Milenial Indonesia (HAM-I) menggelar kegiatan seminar online melalui zoom meeting. Diskusi ini dipandu oleh dua narasumber, yakni Said Muhammad, dan Faisal Riza. Hadir dalam diskusi ini ratusan peserta dari kalangan milenial, mahasiswa, dan pelajar. Prihatsari

Exit mobile version