SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS. COM- Desakan pembongkaran portal perlintasan Dukuh Siboto Kalimacan Kalijambe, Sragen makin menguat.
Penutupan perlintasan sebidang oleh PT KAI Senin (14/12/2020) itu dinilai bakal mematikan empat sekolah yang ada di wilayah setempat.
Sekretaris Komite MTSN 8 Sragen, Abdul Rohim menyampaikan penutupan perlintasan Siboto sangat meresahkan MTsN 8 yang berada di Siboto.
Sebab, dari 500 lebih siswa MTsN, rata-rata berasal dari luar wilayah Siboto dan selama ini melintasi perlintasan Siboto.
Jika akses ditutup permanen, maka hal itu akan menyulitkan pelajar karena harus memutar 4 sampai 5 kilometer.
“Kami tidak menentang atau menolak kebijakan pemerintah. Namun setelah kami analisa bersama teman-teman, kami sangat prihatin dengan nasib anak-anak sekolah yang jumlahnya lebih dari 500 siswa. Bagaimana nasib mereka,” paparnya Jumat (18/12/2020).
Abdul Rohim menguraikan dari survei tiga jalur alternatif yang bisa dilalui, semuanya lumayan berat untuk siswa.
Pertama perlintasan Kaliwuni, meskipun agak dekat tapi harus memutar 3 kilometer dan kondisinya lebih terjal dan membahayakan.
Jalur alternatif kedua lewat pintu masuk Kalijambe ke barat, siswa harus berputar melalui Kedawung, Kragilan, Plosorejo baru masuk Siboto dengan rute melingkar dan jarak tempuh bisa lebih dari 4 kilometer.
“Lalu alternatif akses dari selatan, bisa ditempuh lebih jauh dari Klayutan Boyolali. Kalioso Karanganyar ke barat 3 kilometer sampai ke Malangan bisa 5 kilometer lebih,” terangnya.
Dengan kondisi itu, ia memikirkan bagaimana nasib ke depan MTsN yang dalam 2 tahun terakhir baru moncer-moncernya. Menurutnya sejak meraih banyak prestasi sehingga animo masyarakat cukup tinggi.
“Baru tahun ini jumlah siswa baru bisa naik 217. Padahal tahun sebelumnya hanya 100an. Lha ini baru mau berkembang kok malah pintu masuk ditutup. Kasihan padahal mayoritas siswa itu ada di seberang rel. Termasuk 33 pengajar juga kebanyakan dari luar semua,” tukasnya.
Ketua Komite MTsN 8, Suyoto mendesak pemerintah melalui otoritas terkait segera membuka kembali portal Dukuh Siboto. Karena akses itu sangat krusial.terhadap kegiatan peribadatan, pendidikan dan sosial kemasyaratan atau ekonomi.
Tokoh masyarakat RT 11 Dukuh Siboto, Udin Fathurrahman menyampaikan penutupan perlintasan tersebut membuat seluruh warga merasa resah.
Pasalnya seluruh kegiatan masyarakat sangat terganggu karena akses terdekat mereka menuju jalan raya ditutup.
“Semua warga resah karena kegiatan sosial ekonomi masyarakat terganggu, akses pendidikan terganggu, kegiatan ibadah terganggu,” ujarnya.
Udin mengatakan, tak kurang terdapat 500 KK atau 1.500 jiwa dari enam RT merasakan dampak langsung penutupan ini. Belum lagi terdapat empat fasilitas pendidikan dengan ratusan siswa, yang kesehariannya melewati perlintasan KA tersebut sebagai akses utama.
Padahal empat sekolah itu dirintis susah payah dan saat ini sedang diminati masyarakat.
“Ada empat lembaga pendidikan di Dukuh Siboto ini. Ada MTSN 8 Sragen, SD Muhammadiyah, TK Aisyiyah dan PAUD. Banyak di antara siswa justru merupakan warga luar Dukuh Siboto, dimana hampir semuanya menggunakan perlintasan tersebut sebagai jalan utama. Makanya kami mengetuk pintu hati pemerintah atau siapapun pemegang otoritas agar segera membongkar portal dan membuka kembali akses jalan perlintasan ini. Kalau ditutup wilayah Siboto ini akan terisolasi, jadi kampung mati, pendidikan terpinggirkan,” paparnya.
Tokoh warga lainnya, Panjul (35) menuturkan penutupan perlintasan sangat menyengsarakan warga Siboto dan sekitarnya.
Sebab jalur yang ditutup itu selama ini menjadi akses masuk utama bagi ratusan KK dan warga di beberapa dukuh lainnya.
“Jalur ini sangat penting bagi masyarakat terutama anak-anak sekolah. Ada anak TK, SD dan SMP yang rata-rata dari seberang jalan dan lewatnya sini. Kalau ditutup harus mutar jauh kasihan. Makanya kami menuntut portal dibongkar. Dibongkar dibongkar,” serunya diikuti warga lain.
Panjul juga mengungkapkan penutupan perlintasan itu juga menyulitkan jika nantinya warga akan melakukan pemakaman. Sebab lokasi makam ada di sebelah perlintasan dan harus memutar jauh berkilo-kilometer.
Sementara Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati telah melakukan rapat dengan PT KAI Daop VI menyampaikan penutupan karena sering terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa.
Tetapi di pihak lain menghendaki agar jalur di Dukuh Siboto, tetap dibuka karena berkaitan dengan kepentingan masyarakat desa.
Jika ditutup, mereka yang hendak ke sekolah maupun aktifitas lainnya terpaksa memutar sejauh 3 kilometer.
“Pihak Pemerintah Desa Kalimacan juga sudah mengirim surat permohonan agar perlintasan itu kembali dibuka,” jelasnya.
Adapun dari Kalijambe sampai Gemolong ada 7 Perlintasan sebidang tanpa palang pintu. Meliputi 2 jalan kabupaten dan 5 jalan desa.
Walaupun tidak ada palang pintu, warga siap berjaga meski tidak sampai 24 jam. Volume kereta melintas di Kabupaten Sragen lebih banyak pada malam hari sehingga perlu dijaga 24 jam. Wardoyo