KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM -Camat Jatiyoso, Kusbiyantoro membantah tudingan adanya kelambatan pelayanan oleh 3 institusi yakni Pemdes Wukir Sawit, Puskesmas dan Kecamatan Jatiyoso terhadap warga yang positip Covid-19.
Kusbiyantoro melakukan klarifikasi via telepon kepada Agung Wahyu Utomo, owner Puri Kahuripan, Desa Jati, Jaten, Karanganyar perihal adanya bantuan sembako sehingga mengesankan bahwa pihaknya lambat menangani kasus 6 warga nya positip covid hingga ada satu warga yang meninggal dunia.
“Kami klarifikasi bahwa narasi yang ada di akun Youtebe Lare Lawu Turun Gunung milik Agung Wahyu Utomo, owner Puri Kahuripan perusahaan property di Kecamatan Jaten tidak benar. Salah besar jika kami dianggap terlambat menangani kasus Covid di Desa Wukir Sawit, sebab kenyataan yang terjadi di lapangan jauh berbeda dengan harapan masyarakat terutama menyangkut keberanian warga untuk dirapid ataupun diswab. Sehingga kondisi itu harus dipahami ,” serunya.
Kusbiyantoro menjelaskan, kelambatan itu terjadi karena entah apa sebabnya warga sangat ketakutan jika ditracking apalagi dirapid atau diswab. Padahal lanjut Kusbiyantoro rapid ataupun swab itu gratis, namun tetap saja ketakutan.
Tak pelak akhirnya pihak desa dan Puskesmas kesulitan untuk mendeteksi warga yang memiliki status Orang Tanpa Gejala (OTG) ataupun yang reaktif dan berpotensi untuk dirapid.
“Pasca meninggalnya Sumarno pada 25 Desember 2020 pihak Pemdes dan Puskesmas sudah melakukan tracking hampir 16 orang. Namun saat mau dirapid yang bersedia hanya dua orang saja yang lain ketakutan,” serunya. Segala upaya sudah dilakukan namun tetap saja warga ketakutan hingga akhirnya diketahui jumlah warga positip Covid-19 sebanyak 6 orang masih hidup menjalani isolasi mandiri. Dan saat isolasi mandiri tersebut juga diberikan bantuan dari pemerintah.
Adapun soal adanya bantuan sembako dan uang dari Agung Wahyu Utomo, Owner Puri Kahuripwn dari Papahan, Tasikmadu kepada 6 warga Desa Wukir Sawit menurut Kusbiyantoro adalah persoalan terpisah. “Jangan diopinikan di masyarakat luas seolah kami terlambat menangani warga kami,” ujarnya.
Bahkan Kusbiyantoro juga sudah melakukan investigasi ke Bandara Adi Soemarmo, Solo tentang kabar beredar luas bahwa karena pemerintah dituding lambat maka ada warga Desa Wukir Sawit yang nekad melakukan Swab di Bandara Solo karena ingin kepastian. “Itu tidak benar, kami sudah chek semua informasi tersebut. Mohon jangan dibesar-besarkan,” ungkapnya.
Sementara itu Owner Puri Kahuripan, Agung Wahyu Utomo mengatakan pihaknya sudah dihubungi Camat Kusbiyantoro perihal tersebut. “Mohon maaf klarifikasi itu tidak tepat ditujukan pada saya karena saya kesana hanya membantu warga dengan memberikan sembako, motivasi dan doa pada warga yang pada saat itu memang belum mendapatkan bantuan,” tandasnya.
Kedatangan itupun karena Agung ditelpun warga Desa Wukir Sawit yang menceritakan fakta yang terjadi yakni ada warga positif Covid-19 meninggal dan 6 warga covid tanpa mendapat perhatian. “Laporan itu sudah sejak tanggal 10 Januari, sedangkan yang meninggal sejak 25 Desember 2020. Selanjutnya saya datang memberikan bantuan, lalu pulang,” ungkapnya.
Menurut Agung, apakah ada yang salah dengan bantuan tersebut karena faktanya pada saat itu benar terjadi. “Maaf berdasarkan up date waktu pada saat warga melapor ke saya tanggal 10 Januari hingga saya datang ke TKP memang faktanya warga belum menerima bantuan,” serunya.
Perlu diketahui terdapat 7 warga Desa Wukir Sawit, Jatiyoso positip Covid. Satu di antanya meninggal dunia tanpa mendapat pelayanan awal atau dini dari Puskesmas Jatiyoso. Warga pun mengeluh pihak Pemdes seakan tidak tanggap mendapat laporan warga.
Akhirnya salah satu warga Meidita Trijaya (16) nekat melakukan test mandiri di Puskesmas Tawangmangu karena sakit identik gejala Covid. Alhasil tes dinyatakan positif. Meidita harus membayar sendiri Rp 260.000 kepada Puskesmas Tawangmangu. (Beni Indra)