Beranda Daerah Karanganyar Fenomena Miris Sistem Belajar Online, Pakar Guru Ungkap Orangtua Kewalahan Kerjakan Tugas...

Fenomena Miris Sistem Belajar Online, Pakar Guru Ungkap Orangtua Kewalahan Kerjakan Tugas Sekolah, Anak-anak Malah Lebih Banyak Mainnya

Siti Chotijah. Foto/Wardoyo

KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM
Kalangan orang tua murid masih sangat berharap proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan tatap muka.

Hanya saja, kondisi pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung membuat keinginan para orang tua ini menjadi terhambat.

Di sisi lain, dalam proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) para siswa dan orangtua mengaku kewalahan memberikan materi pelajaran yang diberikan oleh para guru. Untuk itu, dibutuhkan kreativitas para guru, sehingga materi pelajaran yang disampaikan lebih mudah diterima peserta didik.

Hal tersebut terungkap dalam bincang santai guru berbagi kreaatif dengan orang tua siswa yang disiarkan secara langsung melalui Youtube kemarin.

Bincang santai tersebut diikuti para orang tua, peserta didik serta masyarakat yang perduli terhadap pendidikan di Karanganyar.

Koordinator guru berbagi kreatif Karanganyar, Siti Chotijah mengatakan, bincang santai ini dilaksanakan untuk mengetahui berbagai persoalan yang dialami oleh para orang tua, peserta didik dalam mengikuti PJJ di era Pandemi Covid-19.

Menurut Siti, dalam dialog tersebut terungkap bahwa salah satu kendala yang dihadapi adalah kepemilikan alat komunikasi berupa hand phone (HP) sebagai salah satu sarana PJJ.

“Sebagian besar peserta didik hanya mengandalkan HP milik orang tua. Sehingga tugas-tugas yang diberikan oleh para guru baru bisa diselesaikan oleh peserta didik menunggu orang tuanya pulang dari tempat kerja. Praktis hal ini menyebabakan banyak peserta didik yang hanya menghabiskan waktu dengan bermain dan tanpa pengawasan dari orang tua,” ujar Siti.

Baca Juga :  Kesbangpol dan IPARI Karanganyar Gelar Pembinaan Kerukunan Umat Beragama

Persoalan lain yang menjadi kendala dalam PJJ ini, Siti menuturkan, para orang tua kesulitan memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

“ Menurut saya, salah satu solusi untuk mengatasi persoalan tersebut dengan mendatangi peserta didik ke rumah masing-masing (home visit). Disamping memberikan materi pembelajaran, juga untuk mengetahui berbagai persoalan yang dihadapi para orang tua serta untuk mengetahui perkembangan peserta didik. Tentu saja semua dilakukan dengan melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat,” terangnya.

Ketika disingung mengenai efektivitas PJJ, Siti Chotijah yang baru saja menerima penghargaan Global Theacher Award tersebut menegaskan jika PJJ yang dilakukan selama ini kurang efektif.

“Saya pikir tidak efektif. Tapi karena kondisi pandemi Covid-19, semua upaya pembelajaran dilakukan. Meskipun dengan mengabaikan nilai kejujuran. Kita tidak bisa menilai apakah tugas dan ujian yang dilakukan murni hasil pekerjaan siswa atau tidak. Namun satu hal penting yang bisa diambil dalam dialog ini adalah bagaimana para orang tua melakukan dialog secara intensif dengan para guru. Sehingga seluruh proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik,” pungkasnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Karanganyar, Nurini menyampaikan, sampai saat ini pihaknya belum mengeluarkan kebijakan terbaru terkait dengan PJJ.

Baca Juga :  Kesbangpol dan IPARI Karanganyar Gelar Pembinaan Kerukunan Umat Beragama

Memasuki semester genap ini menurut Nurini, PJJ masih terus berlangsung. Kreativitas para guru, jelasnya sangat dibutuhkan dalam PJJ ini. Sehingga materi yang disampaikan dapat diterima peserta didik dengan mudah.

PJJ terus berlangsung dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kami bisa memahami keluhan para orang tua siswa. Pemerintah juga telah memberikan bantuan untuk memperlancar proses pembelajaran. Kreatiftas guru juga kita harapkan dalam menyampaikan materi pembeajaran. Dengan cara yang menarik, saya yakin peserta didik akan lebih mudah menerima pelajaran,” terangnya.

Nurini juga mendorong sekolah untuk mempersiapkan fasilitas protokol kesehatan dengan baik. Sehingga jika sewaktu-waktu pembelajaran tatap muka diberlakukan, sekolah sudah siap.

“Kami juga ameminta akepada sekolah untuk memperhatikan kesehatan lingkungan sekitar sekolah,” pungkasnya. Wardoyo