Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Melongok Yayasan Barkasmal Sleman, di Tempat Ini Aneka Barang Bekas Dijadikan Rupiah. Hasil Penjualan untuk membiayai Anak Yatim Dhuafa hingga Perguruan Tinggi

Teras bagian depan Sekretariat sekaligus Kantor Terpadu Barkasmal Yogyakarta
Jsnews/Kiki DS

 

Sebuah bronjong hijau bertengger di teras itu. Di sampingnya perkakas rumah tangga tumpuk jadi satu, rak piring, rak buku, dispenser, gelas, vas bunga, keranjang baju dan masih banyak lainnya. Bagian depan rumah yang terletak di Jalan Turonggo Sari II no 23B CondongCatur,Depok Sleman Yogyakarta itu terasa penuh. Berdiri di atas luas tanah 144 meter persegi, bangunan ini merupakan sekretariat sekaligus kantor terpadu Yayasan Barkasmal yang merupakan kepanjangan dari Barang Kertas Bekas tapi Jadi Amal.

Masuk ke dalamnya ada sebuah ruangan cukup luas, terlihat ratusan pakaian yang dipajang dengan hanger, maupun dilipat tersimpan dalam rak-rak lebar. Di atasnya sejumlah boneka berukuran besar, dalam kemasan plastik tertata rapi. Di bagian bawah beragam peralatan elektronik tergeletak, magic com, blender, radio dan masih banyak lainnya. Itulah ruangan yang menjadi display toko offline Yayasan Barkasmal. Tapi jangan salah sangka barang-barang yang dijual ini adalah barang bekas (seken) hibah dari para donatur untuk membantu operasional dan visi misi yayasan tersebut.

Ya,seperti namanya, Barkasmal Barang Kertas Bekas tapi Jadi Amal, di tempat ini semua  barang-barang donasi tersebut dijual baik lewat toko offline, online, kerjasama mitra, dan bazar yang hasilnya semua untuk biaya pendidikan anak yatim piatu dhuafa di wilayah Yogyakarta.

Sebuah ruangan dalam kantor terpadu yang dijadikan toko offline guna memajang dan menjual aneka barang bekas Barkasmal
Jsnews/Kiki DS

Berdiri tahun 2012, Yayasan ini setidaknya sudah berhasil membantu pendidikan puluhan siswa dari usia SD kelas 4  hingga perguruan tinggi. Pada tahun ini ada 28 anak yang dibantu pendidikannya, dua di antaranya bahkan sedang menempuh perkuliahan di Kampus swasta di Yogyakarta.

Ikhwal berdirinya yayasan ini tak lepas dari pengalaman dan kepedulian sosok Dori Saputra. Lelaki kelahiran Palembang tahun 1986 ini mengisahkan kehidupan dan perjuangannya membangun yayasan tersebut penuh suka duka yang berliku.

Tumbuh dan besar di Lampung, hingga tahun 2005 saat bangku SMA, Dori hijrah ke Yogyakarta. Selanjutnya, menempuh pendidikan di perguruan tinggi dengan kondisi ekonomi tak bersahabat, memutar otak Dori untuk bisa membiayai kuliahnya sendiri saat itu, bersama istri tercinta. Kertas bekas skripsi dari teman-teman yang menumpuk dan hanya mangkrak di kos atau rumah mereka masing-masing itulah yang akhirnya menginspirasi Dori untuk terjun dalam usaha jual beli Kertas bekas. Nasib baik berpihak padanya, hingga kemudian jual beli kertas berkembang luas dari getok tular pertemanan. Dari kertas pula ia bisa lancar kuliah. Tak hanya kertas bekas yang dipilih selanjutnya, namun ada koran dan barang bekas lainnya. Keuntungan yang diperoleh Dori bersama sang istri , tak semua untuk mereka , namun 20 persen disisihkan untuk kaum miskin dhuafa melalui lembaga-lembaga sosial.

“Waktu itu, kondisi masih ngekos, di daerah Soropadan, Jogja. Jual beli kertas bekas itu mulai. Bisa untuk biaya kuliah dan keseharian,”terang Dori kepada Joglosemarnews, Kamis (21/01/2021).

 

Sebuah ruangan yang dipakai sebagai gudang penyimpanan, pemilahan kertas-kertas bekas sebelum dijual ke pengepul
Jsnews/kiki DS

Sejak itulah, usaha tersebut ditekuni, hingga pada tahun 2012, ia memutuskan mendirikan Barkasmal. Namun kali ini ia tidak melakukan jual beli lagi, melainkan menerima hibah dari para donatur.

“Jadi mulai saat itu, hanya menerima donasi, hibah apapun barangnya terus dijual. Kami juga mulai mencari anak yatim di lingkungan  kami, yang kami biayai pendidikannya, “ucapnya.

Awal mulainya hanya tiga siswa yang difasilitasi biaya pendidikan,  namun perlahan seiring semakin banyaknya hibah dari para donatur, bertambah pula para siswa yang dibiayai.

Hanya saja, waktu itu Dori mengakui, masih sulit membagi waktu antara pekerjaannya dan kegiatan di Barkasmal. Tuntutan ekonomi dan realita menghadang Dori dan istrinya , tak jarang menimbulkan perdebatan. Hingga keputusan akhir Dori membuka pintu relawan untuk membantunya. Dari banyak pihak, kalangan akademisi, umum dan lain sebagainya ternyata begitu antusias mendaftar,padahal tanpa ada bayaran sama sekali.

Perjalanan waktu Barkasmal semakin tertata, dengan sumber daya manusia yang baik, program terlaksana, mimpi Dori untuk memberikan label legalitas yayasan pun terukir. Sayang baru pada tahun 2018, mimpi itu terwujud. Barkasmal kini menjadi Yayasan Barkasmal Nusantara.

“Kami membantu para siswa dalam hal pendidikan yakni menyangkut biaya sekolah dan peralatan sekolah setiap semester per anak, “tegas Dori.

Para siswa yang mendapatkan bantuan beasiswa pendidikan tersebut sebelumnya harus memenuhi beberapa persyaratan. Seperti tidak layak (tidak mampu), termasuk yatim piatu atau dhuafa, usia minimal kelas 4 SD hingga perguruan tinggi, dan harus domisili di DIY.

Dori pun merinci kebutuhan pemberian beasiswa pendidikan bagi para siswa tersebut cukup besar. Setidaknya pada 2018 hingga kini ada 28 anak yang dibiayai, total biaya yang dikeluarkan capai Rp 70 juta per tahun, atau per semester ada 36 juta.

“Memang ada pula donatur dalam bentuk uang, namun jumlah beasiswa pendidikan yang dikeluarkan selama ini, 60 persen berasal dari penjualan barang bekas,”tuturnya.

Sistem penjualan untuk hibah barang bekas tersebut beragam caranya, tidak hanya mengandalkan toko offline, namun juga membuka online lewat media sosial facebook, instagram. Satu lagi , Barkasmal menggandeng mitra penjualan (perseorangan) di daerah Bantul, Magelang, serta memaksimalkan bazar.

“Kalau mitra ini, biasanya perseorangan. Jadi kami menyetori aneka dagangan, mereka yang menjualnya, pendapatannya dibagi  2 yakni mitra bersangkutan dan Barkasmal ,masuk Barkasmal semua untuk beasiswa pendidikan anak yatim dhuafa,”ujarnya.

Sosok Dory Saputra memberi inspirasi untuk peduli kepada sesamanya lewat barang-barang bekas
Jsnews/Kiki DS

 

Sedangkan bazar dilakukan oleh Tim Barkasmal yang sebelumnya diadakan persiapan, menyangkut lokasi bazar, barang yang akan dijual , dan periode pelaksanaan bazar. Sejauh ini Dori fokus memaksimalkan hibah dari para donatur dan menjualnya dengan penuh harapan. Pasalnya pendidikan puluhan anak yatim dhuafa yang berada di bawahnya tergantung dari barang-barang bekas tersebut.

“Kami senantiasa menerima hibah ataupun sedekah dari para donatur.Bila tidak bisa membawa langsung kemari , kami membuka layanan antar jemput dan bisa mengggunakan jasa ekspedisi atau angkutan online,”urai Dori.

Ditambahkan Jumali, Bendahara Barkasmal , saat ini kantor terpadu tersebut masih terus dalam proses pembangunan, dengan progres sudah mencapai 70 persen. Terbuka menerima bantuan dari banyak pihak.  Kiki Dian S

 

Exit mobile version