Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Nggak Nyangka, Ternyata Segini Harga Karangan Bunga Sadis yang Viral dan Gegerkan Resepsi Pernikahan Mewah Warga Masaran Sragen. Beberapa Toko Bunga Sempat Menolak Karena Ketakutan!

Karangan bunga tersadis yang viral karena menyindir mempelai di pesta pernikahan warga Masaran, Sragen. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pesta pernikahan warga Masaran, Sragen mendadak jadi perbincangan dan viral di media sosial.

Bukan soal pengantinnya atau suasananya, sorotan itu datang lantaran kehadiran tamu tak diundang berupa karangan bunga.

Karangan bunga besar itu mendadak jadi viral karena tulisannya bukan selamat berbahagia atau mendoakan mempelai. Akan tetapi justru kalimat sadis dan sarat pesan kekesalan dari pengirimnya.

Ya, karangan bunga yang kemudian ramai diperbincangkan itu bertuliskan ‘Selamat Menikah Kakaknya Mia Wida”.

Kemudian disusul kalimat kedua. Namun isinya seolah menampar mempelai pengantinnya.

Tulisannya “Selamat Menikmati Uang Haram 1 M Hasil Nilep Arisan, Kapan Nih Dibayar Shay. Member Arisan By Wida

Tak hanya mengguncang suasana pernikahan dan tamu yang hadir, karangan bunga itu seolah juga menampar kedua mempelai yang disebut-sebut merupakan sasaran kedua pelampiasan amarah dari si pengirim.

Hasil penelusuran JOGLOSEMARNEWS.COM , karangan bunga sadis itu hadir di pesta resepsi pernikahan pasangan pengantin yang disebut-sebut berasal dari Desa Pringanom, Kecamatan Masaran, Sragen.

Pesta pernikahan sendiri digelar sudah tanggal 23 Desember 2020. Kemunculan karangan bunga viral itu muncul dari unggahan foto yang diposting akun Irene Junitas di Instagram.

Akun itu merupakan milik Irene Junitasari (21) salah satu wirausahawan muda asal Ngrampal, Sragen.

Joglosemar news.com akhirnya berhasil mengorek keterangan dari Irene ihwal kemunculan karangan bunga menampar di pesta pernikahan warga Masaran itu.

Termasuk soal harga karangan bunga tersadis sepanjang sejarah di pesta pernikahan itu. Irene mengatakan karangan bunga berukuran besar itu ternyata dipesan dengan harga cukup murah.

“Cuma Rp 500.000 itu harganya Mas. Dipesan dari salah satu toko bunga di Sragen, tapi nggak perlu saya sebut. Karena dari banyak toko bunga di Sragen, hanya satu itu yang mau dan berani membuatkan. Yang lain nolak semua. Katanya takut karena ucapannya,” ujar Irene kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Kamis (7/1/2021).

Ia menceritakan karangan bunga itu dipesan atas kesepakatan anggota arisan online yang merasa tertipu oleh bandar arisan yang tak lain adik dari mempelai pengantin.

Karangan bunga tersadis itu dikirim ke lokasi pernikahan sekitar jam 11.00 WIB saat pesta sedang rame-ramenya. Saat ditanya aksi nekat para anggota grup arisan, ia menegaskan tidak takut.

Sebab dirinya dan ratusan korban lain sudah berupaya melakukan penyelesaian kekeluargaan namun tak pernah ada itikad baik dari adik mempelai.

“Saya sempat diancam, tapi saya nggak takut selagi apa yang saya lakukan tidak menyalahi dan dalam batas wajar. Toh kami minta uang kami dikembalikan karena itu hak kami sendiri, bukan uangnya MI. Tapi kenyataannya kan dia malah menghindar dan tak pernah mau bertanggungjawab,” terang Irene.

Ia juga menyentil keluarga dan orangtua MI yang seolah tidak berempati tapi malah berusaha membela anaknya. Bahkan, menurut Irene, mereka beralibi kaget dan tak pernah tahu jika MI membangun ruko dan buka usaha di Masaran seusai menjadi bandar arisan.

“Harusnya sebagai orangtua itu memantau dan menanyakan ke anaknya. Masih kuliah, uang masih dikasih orangtua kok bisa bangun ruko, lalu infonya kalau kuliah naik Pajero, dapat uang darimana kan harusnya ditanya. Bukan malah menutup-nutupi,” ujar Irene kesal.

Sebelumnya, Irene mengatakan karangan bunga itu benar dikirimkan saat pesta pernikahan mempelai asal Desa Pringanom, Masaran pada 23 Desember lalu.

Dirinya pula yang didaulat menjadi delegasi untuk mengirimkan karangan bunga itu ke pernikahan kala itu.

Menurutnya karangan bunga itu dikirim untuk mempelai yang tak lain adalah saudara dari seorang mahasiswi berinisial MI (23). MI diketahui merupakan pengelola arisan online “By Wida” yang dirintis sejak awal 2020.

Namun, rupanya belakangan arisan yang dikelola MI tak beres dan macet. Ada dana peserta arisan hampir Rp 1 miliar lebih tak bisa dipertanggungjawabkan dan justru pengelola lari dan menghindar.

“Yang nikah itu sebenarnya kakaknya (MI). Tapi kakaknya itu juga ada sangkut pautnya sama dia. Kalau nggak, nggak mungkin tahu semua pendataan arisan online yang dikelola dia. Nah kemarin pas nikahan makanya itu, memang member (anggota arisan) sepakat memesan karangan bunga itu Dari member sudah rundingan, perwakilannya memang saya yang datang ke nikahan itu,” ujar Irene kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (6/1/2021).

Irene menguraikan karangan bunga itu sengaja dikirim sebagai tumpahan kekecewaan anggota arisan karena merasa diperdaya oleh MI.

Tak tanggung-tanggung, menurut datanya, arisan online yang dikelola MI beranggotakan lebih dari 500 peserta. Mereka ada 3 grup dengan masing-masing grup berisi lebih dari 150 member.

“Setorannya bervariasi. Ada yang Rp 500.000, Rp 1 juta, 3 juta, Rp 5 juta, Rp 20 juta sampai Rp 50 juta juga ada. Kalau ditotal, ada lebih dari Rp 1 miliar yang dilarikan dan belum dikembalikan ke anggota. Kami sudah berulangkali menanyakan dan meminta tanggungjawab, tapi nggak ada itikad baik dan malah tanggapannya nggak baik,” urainya.

Perempuan muda yang juga wirausaha itu mengaku awalnya tertarik ikut arisan By Wida karena saudaranya. Dia dan saudaranya asal Tanon total sudah setor Rp 17 juta.

Namun belum sepeser pun uang kembali, justru pemimpin arisan malah membelot dan arisan berhenti tanpa kejelasan. Padahal masih ratusan anggota yang belum dapat arisan dengan setoran puluhan juta.

Karena tak ada itikad baik itulah, para anggota arisan yang merasa jadi korban, akhirnya sepakat melapor ke Polres Sragen.

Irene menyebut laporan dilakukan tanggal 9 November 2020 sebelum pesta pernikahan kakak MI. Keluhan para member yang jadi korban sempat diunggah di sosial media pada Desember kemarin dan berujung viral.

“Nah, setelah viral dan kami lapor polisi, baru si pengelola arisan ini mulai menunjukkan gelagat,” imbuh Irene.

Meski begitu, bentuk pertanggungjawabannya dinilai tidak memuaskan dan tak sesuai harapan. Uang belasan hingga puluhan juta dari setoran anggota akan diganti dengan mencicil Rp 20.000.

“Itu juga tidak ke semua anggota arisan dia bilang begitu. Kan itikadnya memang nggak mau tanggungjawab,” tandasnya.

Merasa jengkel dan MI yang makin menghindar, akhirnya member arisan berinisiatif urunan untuk mengirim karangan bunga tersebut. (*/Wardoyo)

Exit mobile version