Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Perayaan Imlek 2021 Bakal Sepi, Klenteng Tien Kok Sie Imbau Jemaah Tak Datang untuk Cegah Penularan Covid-19

Foto: Rullyani Kuncoro Putri

SOLO, JOGLOSEMARNEWS  – Ritual perayaan Imlek  tahun 2021 di Klenteng Tien Kok Sie, Solo berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini, Klenteng Tien Kok Sie tidak melibatkan jemaah dalam ritual perayaan Imlek.

Sumantri Dana Waluya (64),  selaku kepala yayasan Klenteng Tien Kok Sie mengimbau agar jemaah tidak datang pada saat ritual perayaan tahun baru Imlek. Ritual akan diadakan secara sederhana dan diwakili  oleh pengurus Klenteng saja.

“Pengurus pun tidak semuanya, hanya diambil separuh,”  ujar  Sumantri, ketika ditemui Joglosemarnews, Senin (8/2/2021).

Sumantri mengatakan, tujuan dari kebijakan tersebut, agar klenteng yang berada di kawasan Pasar Gedhe, Solo tersebut  tidak menjadi klaster Covid-19.

Imbauan tersebut perlu diberikan, jelas Sumantri, mengingat jumlah jemaah yang datang diperkirakan  akan sangat banyak. Menurut pengalaman, para peserta ritual Imlek bahkam bisa dari luar Solo.

Sumantri juga menambahkan bahwa pengurus akan mewakilkan doa-doa dari jemaah sebagai penggantinya. Namun untuk doa yang bersifat pribadi, umat dianjurkan untuk berdoa di rumah masing-masing.

“Untuk doa yang sifatnya pribadi silakan di rumah saja, tapi yang sifatnya melibatkan massa biar pengurus yang melaksanakan (mewakilkan) umat dihimbau untuk tidak datang,” jelasnya.

Selain perayaan ritual Imlek, pihak klenteng juga meniadakan ritual tolak bala atau yang disebut Po Un ditiadakan untuk jemaah.

Ritual itu biasanya dilaksanakan seminggu sebelum perayaan Imlek dan dipimpin oleh lima orang  pendeta, yang nantinya akan membacakan doa-doa khusus untuk tahun baru.

Ritual itu biasanya dilanjutkan dengan pemotongan rambut dari jemaah yang nantinya akan dikumpulkan secara keseluruhan dan dilarung  ke Sungai Bengawan Solo. Bersamaan itu juga dilakukan  pelepasan ikan atau burung sebagai simbol mendapatkan karma baik.

“Cuma karena tahun ini menghindari Covid-19 kita tiadakan untuk umat, tetapi ritualnya tetap ada, kita (pengurus) bikin sederhana,” ujar Sumantri.

Selanjutnya, perayaan karnaval seperti Grebeg Sudiro dan pemasangan lampion jelang Imlek juga ditiadakan.

“Sebenarnya yang paling heboh itu satu bulan sebelum perayaan biasanya kita memasang lampion. Sekitar 4.000 lampion. Memasang lampion untuk mewujudkan bahwa kebahagiaan tidak hanya dinikmati orang Tionghoa, maka kita memasang lampion,” jelas Sumantri.

Meskipun jemaah diimbau untuk tidak datang saat perayaan Imlek, pihak klenteng tetap melakukan protokol kesehatan yang ketat.

Salah satunya adalah memasang alat pengukur suhu tubuh, menyediakan tempat cuci tangan atau hand sanitizer, dan penyemprotan disinfektan di dalam klenteng sebanyak tiga kali dalam sehari. Rullyani Kuncoro Putri

Exit mobile version