Beranda Umum Nasional Setiap Hari 1,7 Ton, Pemprov Jawa Barat Kesulitan Atasi Limbah Medis Covid-19

Setiap Hari 1,7 Ton, Pemprov Jawa Barat Kesulitan Atasi Limbah Medis Covid-19

Ilustrasi pasien Covid-19. Foto: pixabay.com

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM โ€“ Seiring dengan meningkatnya penggunaan masker untuk mencegah Covid-19, pemerintah daerah wilayah Jawa Barat, mengalami kendala dalam mengatasi sampah masker.

Pasalnya, limbah alat medis meningkat selama pandemi Covid-19, khususnya masker yang banyak digunakan masyarakat.

โ€œTimbunan limbah medis Covid-19 sebanyak 1,7 ton per hari,โ€ kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat Prima Mayaningtyas.

Limbah sebanyak itu berasal dari 261 rumah sakit atau 68 persen dari total 383 rumah sakit di Jawa Barat. Limbah medis Covid-19 itu berupa alat perlindungan diri seperti pakaian hazmat, masker, sarung tangan, serta limbah domestik yang kontak dengan pasien positif Covid-19 misalnya sisa makanan dan wadahnya, serta tisu bekas.

Pengelolaan limbah rumah sakit kebanyakan diserahkan ke pihak ketiga. Namun pengelolanya, kata Prima, kesulitan mengurus perizinan untuk mengangkut dan mengolah limbah medis Covid-19. โ€œSementara pandeminya cepat dan lokasi pengolahannya juga jauh,โ€ katanya dalam webinar Peringatan Hari Sampah Nasional pada 16 Februari 2021.

Meskipun kapasitas tujuh perusahaan pengelola insinerator sanggup mengolah 155,04 ton per hari, namun alatnya digunakan juga untuk mengolah limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) umum, tidak khusus untuk limbah B3 medis. โ€œBeberapa daerah seperti Bogor, Cirebon, limbah medis dibuang sembarangan,โ€ ujar Prima.

Baca Juga :  Lelakon, Oknum Dokter PPDS UI Intip Lalu Rekam Mahasiswi Mandi

Sementara itu di kalangan rumah tangga, kendalanya mulai dari masyarakat yang kekurangan edukasi soal limbah medis Covid-19, pemilahan sampahnya, hingga belum ada tata kelola penanganan. Beberapa daerah seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, dan Kabupaten Sukabumi, punya persoalan yang mirip. โ€œKendala rata-rata yaitu terbatasnya dana, jasa pengangkut, sumber daya manusia, sulit mendapat izin dan mencari depo limbah B3 medis,โ€ kata Prima.

Beberapa Kabupaten, seperti Bandung, Sukabumi, dan Bandung Barat, misalnya telah melakukan upaya mengurangi limbah medis terutama masker melalui disinfeksi limbah dengan cara merendam masker sekali pakai dalam air sabun atau larutan desinfektan. Kemudian membuat Surat Edaran penanganan limbah medis di masyarakat serta menyediakan alat angkutnya, serta mengumpulkan limbah medis rumah tangga di Puskesmas.

Menurut Ratih Asmana Ningrum dari Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), SARS CoV-2 penyebab Covid-19 punya selubung yang membuat virusnya kurang stabil.

Baca Juga :  Kaliurang Dipakai untuk Nama Miras, Bupati Sleman Mencak-mencak dan Layangkan Somasi

โ€œKalau terkena disinfektan atau sabun, selubungnya akan jadi rusak dan menyebabkan virusnya pecah dan menjadi tidak aktif,โ€ katanya di acara yang sama.

Inaktivasi virusnya dapat dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 70 derajat Celcius dan larutan disinfektan selama lima menit.

Pengguna bisa mengolah limbah sendiri dengan mengumpulkan masker sekali pakai lalu merendamnya dengan larutan disinfektan, selanjutnya menggunting limbah masker, membungkus rapat sebelum dibuang ke tempat sampah. Setelah itu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

www.tempo.co