JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Awal Ramadhan 1442 Hijriyah Diprakirakan Jatuh pada 13 April 2021, NU dan Muhammadiyah Diprediksi Bakal Seragam

Ilustrasi bulan Ramadhan. Foto: pixabay.com
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Awal bulan Ramadhan 1442 Hijriyah diperkirakan bakal jatuh pada 13 April 2021 mendatang. Hal tersebut berdasarkan perhitungan yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

Selain itu, Lapan juga memprediksi, dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah juga akan sama dalam perhitungan awal bulan suci tersebut.

Hal ini jika melihat pada posisi bulan saat Maghrib dan kriteria yang biasa digunakan oleh kedua ormas Islam tersebut dalam menentukan waktu puasa.

“Insya Allah akan seragam, setidaknya dua ormas besar NU dan Muhammadiyah itu akan seragam. Jadi, akan seragam tanggal 13 April awal Ramadhan,” ujar Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin seperti dikutip Republika.co.id, Rabu (17/3/2021).

Thomas, yang juga anggota Tim Falakiyah Kementerian Agama itu menjelaskan, faktor yang membuat awal Ramadhan tahun ini seragam, yaitu karena posisi bulan saat Maghrib berada di luar rentang perbedaan.

Baca Juga :  Peluang Pertemuan Prabowo-Mega Lebih Besar Ketimbang Jokowi-Mega

Muhammadiyah menggunakan kriteria wujudul hilal, yaitu ketinggian bulan sekitar 0 derajat. Sementara, NU menggunakan kriteria ketinggian bulan 2 derajat.

Perbedaan waktu awal bulan Ramadhan biasanya akan terjadi bila posisi bulan berada di antara 0 dan 2 derajat. Dalam konteks ini, menurut Muhammadiyah itu sudah masuk awal Ramadhan, sementara menurut NU belum.

Namun, Thomas memaparkan, pada tahun ini posisi bulan pada 29 Syaban atau 12 April sudah di atas 2 derajat. Artinya, ini sudah memenuhi kriteria yang digunakan oleh Muhammadiyah maupun NU.

“Biasanya kalau sudah memenuhi kriteria, ada saja saksi yang melaporkan terlihatnya hilal sehingga laporan seperti itu akan diterima saat sidang itsbat. Jadi bisa diprakirakan 1 Ramadhan akan seragam, jatuh pada 13 April 2021,” ujar dia.

Baca Juga :  Selain Megawati, Ternyata MK Juga Terima Amicus Curiae BEM Fakultas Hukum dari 4 PTN di Indonesia

Thomas juga menyampaikan, secara umum saat ini semua perhitungan kalender sama karena menggunakan formulasi astronomi modern. Hal yang sering menjadi sumber perbedaan adalah kriterianya.

Pertama, yakni kriteria wujudul hilal. Dalam kriteria ini, bulan terbenam sesudah matahari dan ijtimak terjadi sebelum Maghrib. Kriteria ini digunakan kalender Muhammadiyah.

Kedua adalah kriteria MABIMS atau Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura. Dalam kriteria ini, parameter tinggi bulan minimal 2 derajat. Kriteria ini digunakan di kalender taqwim standar pemerintah dan kalender NU.

Ketiga adalah kriteria Lapan yang sama dengan kriteria rekomendasi Jakarta 2017. Pada kriteria ini, beda tinggi bulan-matahari minimal 4 derajat dan elongasi bulan minimal 6,4 derajat di kawasan barat Asia Tenggara.

www.republika.co.id

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com