Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Ini 7 Periodesasi Karya Sastra Indonesia yang Perlu Diketahui!

Foto: Lulun Safira

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Seluruh kejadian dan momentum dalam sejarah Indonesia tidak terlepas dari peran karya sastra sebagai alat perekam.

Puisi, prosa, roman dan karya sastra lain dari tokoh-tooh terdahulu mampu menggambarkan ciri khas dan kejadian pada masa tertentu.

Karya-karya sastra dibagi berdasarkan periodesasinya. Yant Mujiyanto dan Amir Fuady dalam bukunya “Kitab Sejarah Sastra Indonesia” memaparkan periodesasi karya sastra beserta tokoh can ciri-cirinya.

Ada 7 periodesasi sastra yang dipaparkan oleh Yant Mujiyanto dan Amir Fuady.

Yuk, simak periodesasi karya sastra Indonesia dari masa ke masa berikut!

  1. Angkatan Balai Pustaka (Dekade 20-an)

Karya sastra angkatan Balai Pustaka memiliki gaya penceritaan yang terpengaruh oleh sastra Melayu. Gaya bahasanya pun mendayu-dayu dan masih mengggunakan bahasa klise seperti peribahasa atau pepatah. Beberapa karya sastra angkatan Balai Pustaka adalah roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli, roman Salah Asuhan karya Abdul Muis, roman Katak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sutan Iskandar, dll.

  1. Angkatan Pujangga Baru ( Dekade 30-an)

Angkatan Pujangga Baru lebih menampilkan nasionalisme Indonesia. Selain itu karya-karyanya menceritakan realitas memasuki duania modern dan menampakkan kebangkitan kaum muda. Karya sasta yang dihasilkan pada periode ini adalah roman Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana, roman Belenggu karya Amrijin Pane, dll.

  1. Masa Jepang dan Angkatan ’45

Tokoh-tokoh pada Angkatan ’45 yang terkenal adalah Chairil Anwar, Umar Ismail, El Hakim, Pramodya Ananta Toer, dan masih banyak lagi. Ciri sastra pada angkatan ini lebih membicarakan tentang kegetiran nasib di tengah penjajahan Jepang. Selain itu beberapa karya mengemukakan cita-cita merdeka dan perjuangan revolusi fisik.

  1. Dekade 50-an

Periode ini memiliki ciri karya sastra yang memantulkan kehidupan masyarakat yang masih terus berjuang serta berbenah di awal-awal masa kemerdekaan. Tokoh-tokoh pada periode ini antara lain Ajip Rosidi, Nh. Dini, Motinggo Boesy, W.S Rendra, serta Mochtar Lubis.

  1. Angkatan ‘66

Sastra Nagkatan ’66 lebih berbau menegakkan keadilan dan kebenaran berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Karya-karyanya menentang komunisme, kediktatoran, mengikis habis LEKRA dan PKI, serta menumbnagkan Orde Lama. Karya yang paling terkenal pada angkatan ini adalah Tirani  dan Benteng antologi puisi Taufiq Ismail.

  1. Dekade 70-an – 80-an

Ciri karya sastra pada angkatan ini penuh semangat eksperimentasi dalam berekspresi, merekam kehidupan masyarakat yang penuh keberagaman pemikiran dan penghayatan modernitas. Pada masa ini muncul pembaharu sastra dengan karya unik seperti Sutarji Calzoum Bachri, Yudhistira Ardi Noegraha, Danarto, Iwan Simatupang, Arifin C. Noer, dan Putu Wijaya.

  1. Sastra Mutakhir (Dekade 90-an dan angkatan 2000)

Dekade ini memasuki era Reformasi  ciri karya-karyanya mengurung anti KKN dan praktik-praktik otoriter, penuh kebebasan berekspresi dan  pemikiran. Pada masa ini muncul fenomena kesetaraan dan keadilan gender yang tercermin dalam karya-karya Ayu Utami, Jenar MAhesa Ayu, dan Dewi Lestari. Pada era yang sama terbentuk Forum Lingkar Pena (FLP) dengan tokoh Helvy Tiana Rosa yang berobsesi mengusung sastra pencerahan. Lulun Safira

Exit mobile version