Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Kasat Reskrim Polres Kendal Dilaporkan ke Polda Jateng, Diduga Gelapkan Uang Barang Bukti Rp 992 Juta

Ilustrasi penggelapan

SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Mantan Kasat Reskrim Polres Brebes yang kini menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Kendal dilaporkan ke Polda Jateng karena diduga menggelapkan uang barang bukti senilai Rp 992 juta.

Pelapor adalah seorang pengusaha asal Brebes bernama Sofwan Hadi. Ia datang melapor ke Polda Jateng dengan didampingi pengacaranya, Yosep Parera pada hari Senin (26/4/2021).

Yosep Parera mengatakan oknum polisi yang dilaporkan adalah AKP TA beserta jajarannya. Saat itu yang bersangkutan menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Brebes.

“Nilai kerugiannya sebesar Rp 992 juta,” ujarnya saat di Mapolda Jateng.

Menurutnya, saat kliennya yang berkedudukan sebagai direktur di perusahaannya mengadakan kerja sama pengurugan lahan pada tahun 2019 dengan perusahaan swasta.

Perjanjian kerja sama tersebut pembayaran pengurugan sebesar Rp 2,3 miliar.

“Pembayarannya melalui seorang notaris di Brebes berinisial S. Setelah pekerjaan kliennya selesai ternyata pembayaran baru dilakukan sebagian,” terangnya.

Karena pembayaran baru sebagian, kliennya melayangkan somasi ke rekanan kerjanya. Ketika menerima somasi, rekanannya tersebut kaget karena uang sudah dititipkan ke notaris itu.

“Kemudian notaris bertemu dengan klien saya kemudian membuat perjanjian, notaris S tersebut menyerahkan uang dari rekan kerjanya sebesar Rp 922 juta, dan uang telah masuk di bank,” terangnya.

Lima hari kemudian, rekan kerjanya melaporkan notaris tersebut atas dasar penggelapan di Polres Brebes.

Kemudian polisi yang dikomandani AKP TA itu mendatangi kliennya untuk uang dari notaris.

“Karena uang berada di bank swasta maka beliau bersama aparatur kepolisian ke bank tersebut. Dan uang tunai sebesar Rp 922 juta dibawa ke Polres Brebes, dan uang itu diambil polisi,” terangnya.

Menurutnya, uang kliennya diambil dengan alasan untuk dijadikan barang bukti atas laporan yang dilayangkan rekan kerjanya kepada notaris. Uang itu diserahkan tanpa tanda terima.

“Kemudian beliau (kliennya) berusaha meminta kembali uangnya karena perkara dihentikan,” imbuhnya.

Yosep mengatakan uang itu oleh penyidik telah diserahkan ke rekan kerja kliennya. Uang itu diserahkan oleh AKP TA beserta jajarannya.

“Uang itu diminta kembali namun tidak dikembalikan. Justru dikembalikan ke sana. Padahal menurut pasal 46 ayat 1 KUHAP dengan tegas menjelaskan barang bukti yang disita karena proses  wajib dikembalikan oleh dimana benda itu disita. Atau kepada orang yang berhak,” terangnya.

Menurut Yosep, uang itu seharusnya diserahkan ke kliennya. Hal ini dikarenakan pekerjaan pengurugan telah selesai.

“Beliau melaporkan penipuan pasal 378 KUHP terhadap rekan kerjanya di Polda Jateng. Hasil klarifikasi perkara yang dilakukan unsur penipuan tidak terbukti tapi yang terbukti adalah unsur penggelapan pasal 372 KUHP yang diduga dilakukan oleh AKP TA yang saat ini menjabat sebagai Kasat Reskrim di Polres Kendal,” paparnya.

Sementara itu, pelapor Sofwan Hadi mengatakan hingga saat ini tidak ada realisasinya dan hanya obrolan belaka. Pihaknya telah bertemu dengan AKP TA sebelum dilaporkan ke Polda Jateng

“Katanya beliau mau membantu tetapi tidak ada realisasi. Pertemuan kira-kira sebulan hingga dua bulan yang lalu. Terkait aduan ke Subdit 1 sekitar empat bulan yang lalu,” ujarnya.

Buktikan Saat Pemeriksaan

Terpisah, mantan Kasat Reskrim Brebes, AKP Tri Agung mengatakan saat penyidik menyerahkan uang itu, diketahui dan dipahami Sofwan Hadi. Penyidik mempunyai bukti-bukti.

“Kalau dia melaporkan penyidikan melakukan penggelapan nanti kita buktikan saat pemeriksaan,” katanya.

AKP Tri tidak mengetahui apakah ada saling lapor antara pelapor dengan rekan kerjanya. Saat itu pihaknya hanya menangani laporan dari rekan kerja pelapor terhadap notaris di Brebes.

“Itu sudah selesai dan diselesaikan di Polres Brebes. Ada perdamaian mereka berdua,” ujarnya.

Dikatakannya, uang barang bukti yang dipermasalahkan tersebut telah diserahkan ke rekan kerja pelapor. Hal itu diketahui kedua belah pihak. “Notaris itu tahu, dan Sofwan Hadi paham. Mereka  semua ada, dan diakui rekan kerja pelapor,” ujarnya.

Ia pun mempertanyakan kembali laporan terkait penggelapan barang bukti yang dilayangkan oleh Sofwan Hadi. “Jadi laporan penggelapan barang bukti, barang bukti yang mana,” tanyanya. []

 

 

 

 

Exit mobile version