SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemberian bantuan dan pelatihan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah kepada para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terbukti telah membawa manfaat terhadap usaha yang dijalankan masyarakat.
Manfaat tersebut di antaranya nilai jual produk yang semakin bertambah, pangsa pasar yang semakin luas, hingga mampu memberdayakan masyarakat sekitar.
Salah seorang pelaku UMKM yang sempat menerima bantuan pembinaan, Yuli Widiasih, menceritakan bagaimana usahanya yang bergerak di bidang pengolahan sampah plastik dan kain, dapat berkembang.
Pemilik “Narraya Creation” di Kelurahan Bendan Dhuwur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang itu menceritakan, dirinya memulai usaha sejak 2007. Ia mengolah sampah plastik dan kain perca yang tidak terpakai menjadi bernilai jual.
Usahanya itu juga telah turut menggerakkan dan membina masyarakat sekitar, termasuk anak-anak muda.
“Bergabung dengan pembinaan Karang Taruna sekitar 4-5 tahun lalu. Untuk bahan sampah plastik kami kumpulkan dari warung-warung. Jadi kita ambil dari warung dan dibarter dengan gula atau minyak,” ungkapnya.
Pelaku UMKM lainnya adalah Sriyati. Ia membuka usaha keripik tempe yang diberi label ‘Keripik Mbak Pesek’.
Ia mengaku sejak mendapatkan pelatihan dan bantuan dari pemerintah, produk keripik tempe produksinya berhasil memperluas pasar. Bahkan bisa merambah ke minimarket, supermarket, serta tempat wisata dan pusat oleh-oleh.
Selain itu, melalui pelatihan terkait kemasan, dirinya berhasil mendongkrak nilai jual produk dagangannya, dari semula Rp10 ribu bisa menjadi Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per kemasan.
“Awalnya produk dikemas biasa. Setelah dapat bantuan dan pelatihan soal cara mengemas dengan labeling standard, juga bantuan terkait izin PIRT dari Dinkop Provinsi Jawa Tengah serta sertifikasi halal mulai bisa masuk ke minimarket dan supermarket.”
“Sebulan dari dua pasar itu rata-rata Rp15 juta. Masih ditambah saya jual di kios sekitar Rp400 ribu sampai Rp600 ribu,” ujarnya.
Cerita berikutnya datang dari pemilik UMKM “Bagor Bucah” atau Bawang Goreng Bu Cahyo. Usahanya semakin berkembang setelah difasilitasi oleh pemerintah. Seperti pelatihan kemasan, sertifikasi halal, hak kekayaan intelektual, hingga pembinaan.
“Pelatihan yang didapat soal hak kekayaan intelektual, konsultasi kemasan dan pembukuan. Setelah pelatihan sangat membantu karena langsung diimplementasikan, misal cara membuat kemasan dan foto produk bagus.”
“Omzet juga bisa meningkat dua kali lipat, dari dulu di bawah Rp10 juta sekarang rata-rata Rp20 juta,” ungkapnya.
Dalam berbagai kesempatan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan bahwa yang dibutuhkan pelaku UMKM agar bisa meningkatkan kualitas adalah pelatihan packaging dan market place. Hal itu yang terus dikembangkan oleh Pemprov Jateng melalui Dinas Koperasi dan UMKM.
“Cerita-cerita positif seperti yang bisa memicu kita untuk terus berinovasi termasuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pelaku UMKM. Bahkan kalau bisa kita menjadi off taker untuk membuka pasar,” katanya dalam beberapa kesempatan terkait pengembangan UMKM di Jawa Tengah.