Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Pitek Kalkun Tawarkan Piknik Tongkrongan Ekonomis di Daerah Ngaglik, Sleman.  Wisata Air Aliran Kali Kuning yang Bening dan Adem Bikin Bocah-bocah Betah Keceh

Kabupaten Sleman Yogyakarta terus bergeliat dengan pengembangan wisata barunya. Memanfaatkan kearifan lokal yang dimiliki serta gotong royong masyarakat sekitar menjadi fenomena yang sedang menginspirasi di mana-mana. Termasuk di wisata air Pitek Kalkun ini.

Pitek Kalkun nama obyek wisata baru yang sebenarnya merupakan singkatan dari  Piknik Tongkrongan Ekonomis Kali Kuning. Lokasinya berada di Dukuh Yapah, Karanglo Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman Yogyakarta.  Tepatnya di bawah jembatan Yapah yang mengalir air dari Kali kuning Merapi.

Wisata air ini belum diresmikan, namun sudah mulai beroperasi 3 bulan ini. Antusias pengunjung tampak begitu banyak khususnya keluarga yang memiliki anak-anak kecil.  Sumber air yang dingin dan bening membuat bocah-bocah senang keceh,  ciblon atau bermain air. Kedalaman air sungai di sini terbilang dangkal, namun orantua harus mendampingi ketika buah hati mereka berenang atau mainan air. Fasilitas lain yang tersedia adalah persewaan ban pelampung Rp @2000 dan bebek kayuh yang cukup terjangkau, hanya Rp 5000 per bebek. Sedangkan untuk masuk dan bermain air di sungai ini , para pengunjung hanya perlu mengisi kotak sukarela.

Memanfaatkan aliran air Kali Kuning yang berada di bawah Jembatan Yapah, wisata ini penuh pesona alam
JSnews/Kiki Dian

Berawal Desember 2020 lalu,   menurut Ketua Pokdarwis Pitek Kalkun, Agung Sulistiyo obyek wisata sarat keindahan alam ini mulai dirintis. Melimpahnya aliran air yang sangat jernih dan ada sumber mata air langsung menarik warga untuk memberdayakannya. Para pemuda dan karangtaruna Dusun Yapah di bawah naungan Pokdarwis Pitek Kalkun pelan namun pasti mulai berbagi tugas. Kesepakatan bersama dan bergotong royong itulah yang  menjadi semangat untuk membuat sungai itu bernilai ekonomis, mulai dari membersihkan aliran sungainya, memperindah dengan tanaman, ikan, serta menambah sarana dan prasarana termasuk spot selfie, warung tiban,  mengurusi bagian loket parkir kendaraan pengunjung, pengadaan fasilitas Protap kesehatan dan lainnya.

“Dulunya sini adalah sungai biasa, di bawah jembatan. Kalau pas kemarau, banyak dipakai untuk mencuci. Nah wisata ini dari warga dan untuk warga. Semua dikelola oleh warga, termasuk 13 pedagang yang berjualan di sini. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga,”ujar lelaki kelahiran 1989 ini ketika Joglosemarnews bertandang ke Pitek Kalkun, Minggu (11/4/2021).

Bocah-bocah didampingi orangtua dan keluarga asyik keceh (bermain air)
JSnews/Kiki DS

Beragam makanan disediakan di warung-warung tiban yang berjejer di sana. Mulai mie rebus atau goreng, aneka gorengan, sego kucing, jajan pasar, minuman kemasan, dan masih banyak lainnya. Cukup terjangkau mulai Rp @1000 ada di sini. Buka pukul 08.00 WIB hingga 17.00WIB, ditambahkan Agung ke depannya akan terus dilakukan pembenahan. Menunggu patung Pitek Kalkun sebagai simbol lokasi tersebut jadi, harapannya  agar segera diresmikan. Pasalnya ketika sudah diresmikan akan berdampak kepada semua sektor, termasuk pemasukan yang selama ini terkumpul. Terlebih saat Sabtu-Minggu pengunjung bisa  capai ratusan orang.

“Kalau swadaya terus, dan terlalu lama pasti juga jenuh. Namun teman-teman penuh kesadaran dan tetap gotong royong saat ini. Pengembangan terus kami lakukan demi kemajuan obyek wisata Pitek Kalkun ini,”ucap Agung.

Wahana Bebek Kayuh yang dapat disewa cukup murah, Rp 5000/ bebek
JSnews/Kiki Dian

Cuaca, turut menjadi kendala yang tidak boleh disepelekan apalagi bila hujan deras dan banjir lokal lewat.

“Kalau kondisi begini, ada arus besar, kami biasanya sudah diinfo dari atas (Merapi-red) sana, serta ada imbauan bagi pengunjung untuk naik dari dalam air, “tukasnya.

Warung tiban yang menyediakan aneka makanan dan minuman dengan harga terjangkau
JSNews/Kiki Dian

Ditambahkan Ketua Pemuda Dusun Yapah, Kevin semenjak ada wisata Pitek Kalkun, pemuda dan warga setempat bisa kompak dan bekerjasama yang solid meskipun masih swadaya, belum kembali ke mereka dalam bentuk gaji atau uang lelah.

“Ya, semua demi desa dan untuk desa,”pungkasnya.Kiki Dian

 

Exit mobile version