SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Memasuki hari ketiga puasa, harga cabe di pasar Sragen mengalami penurunan signifikan. Komoditas cabe rawit merah atau sret menurun drastis hingga Rp 20.000 perkilogram.
Penurunan ini cukup melegakan mengingat sebelumnya cabe jenis ini sempat membuat masyarakat kelabakan karena harganya meroket hingga Rp 120.000 perkilogram belum lama ini.
Pantauan JOGLOSEMARNEWS.COM di Pasar Bunder Sragen, Kamis (15/4/2021), harga jual beberapa jenis cabe perlahan mulai menurun di banding sebelumnya.
Salah satu pedagang cabe, Yuliatman Unyil (43) asal Mojo Sragen menuturkan hari ini, harga cabe rawit sret merah turun jadi Rp 58.000. Harga itu relatif turun drastis dibanding sehari sebelumnya yang masih nangkring di angka Rp 80.000.
Kemudian, cabe rawit hijau juga turun dari Rp 32.000 menjadi Rp 26.000 atau turun Rp 6.000 perkilogram.
Lantas cabe merah keriting stabil di angka Rp 42.000 perkilogram. Sementara cabe merah besar juga relatif stabil di harga Rp 30.000.
Menurutnya penurunan harga cabe rawit dan sret itu dikarenakan pasokan dari petani sudah melimpah. Selama ini ia mendapat pasokan dari Mojokerto Jatim dan Temanggung.
“Yang turun paling banyak cabe rawit sret. Hari puasa kedua kemarin masih Rp 80.000, hari ini sudah Rp 58.000. Kenapa kemarin mahal, karena pasokan nggak begitu banyak. Belum ada yang manen jadi agak mahal,” paparnya ditemui di kiosnya.
Yuli menuturkan penurunan harga terjadi karena pasokan barang sudah mulai banyak. Menurutnya beberapa waktu sebelumnya, cuaca juga kurang bagus sehingga panenan di sentra cabe kurang maksimal.
Selain itu, tren dua bulan terakhir, banyak pabrik besar yang biasanya membutuhkan bahan baku cabe juga mengurangi permintaan. Sehingga pasokan cabe akhirnya lari ke pasar semua.
“Makanya harga jadi turun. Tapi kalau dari tren warga membeli cabe, masih biasa. Karena harga Rp 58.000 itu masih tergolong tinggi kalau bagi masyarakat. Makanya belum berani beli banyak. Kebanyakan masih campur belinya nggak penuh satu kilo,” urai Yuli yang juga memasok ke pengecer-pengecer di Pasar Bunder.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sragen, Tedi Rosanto menyampaikan kenaikan harga cabe biasanya lebih dipengaruhi karena minimnya pasokan dari daerah sentra cabe.
Selama ini, Sragen memang lebih berposisi sebagai konsumen dan tidak memproduksi cabe rawit. Sehingga harga sangat bergantung dari kondisi pasokan dan panenan di daerah sentra cabe rawit.
“Karena di Sragen tidak ada yang produksi atau nanam cabe rawit. Jadi harga memang tergantung pasokan,” kata dia. Wardoyo