Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Rumah Hantu Desa Sepat Sragen Siap Sambut Pemudik Bandel. Masih Ngeyel, Tahun Lalu 6 Pemudik Ampun-ampun Dihantui Mimpi Buruk dan Penampakan!

Ilustrasi salah satu sudut rumah hantu untuk isolasi pemudik bandel di Desa Sepat Masaran Sragen. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kebijakan larangan mudik pada Lebaran tahun ini, membuat pihak desa kembali menyiapkan program pengetatan terhadap pemudik yang nekat pulang kampung.

Seperti di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen. Pemdes dan Satgas covid-19 setempat kembali menyiapkan rumah hantu untuk isolasi para pemudik yang bandel tak mematuhi aturan isolasi mandiri setiba di kampung.

Rumah hantu yang sudah dipakai untuk isolasi pemudik bandel tahun lalu itu, Jumat (23/4/2021) pagi tadi kembali dibersihkan. Sejumlah relawan Satgas Jogo Tonggo dan PPKM desa setempat, membersihkan beberapa kamar yang ada di rumah hantu itu.

Kades Sepat, Mulyono mengatakan rumah hantu itu memang disiapkan untuk isolasi mandiri jika ada pemudik bandel.

Sebab meski sudah ada larangan mudik, realitanya saat ini sebagian perantau sudah memilih mudik lebih awal sebelum 6 Mei.

“Nah rumah hantu ini kita siapkan untuk warga pemudik yang bandel. Prosedurnya begitu sampai rumah, pemudik harus isolasi mandiri 14 hari tak boleh keluar. Yang nekat melanggar, nanti akan kita jemput dan diisolasi di rumah hantu ini. Sebab saat ini sudah ada yang mudik satu dua,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (23/4/2021).

Ada empat kamar isolasi di rumah hantu itu. Kades menyampaikan jika kuotanya lebih, nanti akan dibuatkan kamar lagi.

Rumah hantu itu sengaja disiapkan lantaran banyak warga Desa Sepat yang merantau di berbagai wilayah di Indonesia. Mereka mayoritas berprofesi sebagai pedagang.

Mulyono menyampaikan tahun lalu, sepanjang larangan mudik berlaku, total ada enam pemudik dan warga yang terpaksa dijebloskan ke rumah hantu. Empat dari warga setempat dan dua lainnya dari Semarang.

Mereka mayoritas bandel keluar rumah selama masa isolasi mandiri, sedang dua dari Semarang adalah pemasok bahan baku industri yang kedapatan masuk ke desanya tanpa isolasi.

“Kalau ada yang diisolasi di sini, nanti makan dan lain-lain difasilitasi,” terangnya.

Kades Sepat, Mulyono. Foto/Wardoyo

Ia menguraikan aturannya setiap pemudik bandel akan diisolasi di rumah hantu selama 14 hari.

Namun jika dalam perjalanan mereka sudah tidak kuat, maka bisa dilepaskan dengan syarat ada permohonan dari keluarga dan pernyataan sanggup isolasi mandiri di rumah.

Dari enam penghuni rumah hantu tahun lalu, hampir semuanya juga hanya mampu bertahan antara 4 sampai 5 hari.

Setelah itu mereka menyerah dan keluarganya meminta dikeluarkan dengan garansi sanggup melanjutkan isolasi di rumah.

“Yang enam itu kemarin rata-rata nggak betah. Karena selama di sini katanya hawanya memang kurang enak. Tiap malam dihantui mimpi buruk dan seperti melihat penampakan. Akhirnya setelah ada kesanggupan melanjutkan isoman di rumah, kita lepaskan,” tukasnya.

Rumah hantu Desa Sepat Masaran. Foto/Wardoyo

Mulyono menambahkan rumah hantu itu sejatinya bukan untuk menakut-nakuti atau menghukum warga. Akan tetapi semata-mata demi memberikan efek jera dan pemahaman ke warga utamanya pemudik akan pentingnya disiplin isolasi mandiri di masa pandemi saat ini.

“Jangan sampai pulangnya ke rumah justru membawa virus dan menulari yang di rumah. Karena kondisi seseorang di perjalanan kan kita tidak pernah tahu,” tandasnya. Wardoyo

Exit mobile version