Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Savero: Aplikasi WhatsApp (WA) Paling Berbahaya dalam Penyebaran Hoaks Covid-19. Ini Alasannya

Staf Bidang Komunikasi Sosial Poitik dan Masyarakat (Komsospolmas) Tim Komunikasi Publik KPCPEN, Savero “Ero” Karamiveta Dwipayana (tengah) saat menyampaikan materi tentang hoaks Covid-19. Foto: Dok

 

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) mengarahkan kampanye memerangi hoaks atau informasi palsu tentang pandemi Covid-19 itu di aplikasi percakapan WhatsApp (WA).

Pasalnya, penyebaran hoaks kini lebih banyak terjadi pada aplikasi WA, termasuk isu yang terkait dengan pandemi Covid-19. Aplikasi WA cukup berbahaya dalam penyebaran hoaks.

Staf Bidang Komunikasi Sosial Poitik dan Masyarakat (Komsospolmas) Tim Komunikasi Publik KPCPEN, Savero “Ero” Karamiveta Dwipayana menyampaikan hal itu saat tampil sebagai salah seorang narasumber pada Workshop “Strategi Melawan Hoaks di Dunia Digital” yang digelar di Ballroom Hotel Melia Purosani, Yogyakarta, Jumat (16/4/2021).

Kegiatan yang juga disiarkan secara virtual tersebut menjadi bagian dari Grand Launching Empat Modul dan Kurikulum Literasi Digital yang diluncurkan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kota Gudeg menjadi salah satu dari lima kota yang ditunjuk Kementerian Kominfo untuk menjadi kota peluncuran program tersebut, selain Surabaya, Tangerang Selatan, Aceh, dan Lampung.  Di Kota Surabaya, grand launching dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Ero menjelaskan langkah tersebut ditempuh lantaran penyebaran hoaks kini lebih banyak terjadi pada aplikasi WA, termasuk isu yang terkait dengan pandemi Covid-19. Dia menegaskan KPCPEN secara paralel juga terus menggencarkan sosialisasi melalui website atau media sosial resminya.

Dalam paparannya, Ero yang sejak awal pandemi Covid-19 sudah bergabung dengan Satgas Nasional Penanganan Covid-19 pimpinan Letjen TNI Doni Monardo menegaskan dampak masifnya penyebaran hoaks terkait Covid-19 telah menjalar ke berbagai aspek, tidak hanya dari sisi kesehatan.

“Akibat buruknya juga telah memengaruhi sektor ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Jika dibiarkan tentu hal ini sangat berbahaya dan menjadi kewajiban kita semua untuk mengantisipasi hal ini,” kata putra bungsu pakar Komunikasi dan motivator nasional Dr Aqua Dwipayana itu.

Merujuk hasil kajian KPCPEN, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad) itu menjelaskan penyebaran informasi yang tidak jelas kebenarannya kini lebih menyasar aplikasi percakapan yang langsung menghubungkan antarindividu secara bersamaan, khususnya grup WA.

“Untuk itu, kami kini mengarahkan penyebaran informasi dan berbagai penjelasan autentik tentang Covid-19 dan berbagai konten terkait pada grup Whatsapp ini. Dengan demikian mudah-mudahan hal ini bisa mengantisipasi penyebaran hoaks yang saat ini sudah begitu mewabah. Para kepala desa, kepala dinas kesehatan di daerah, serta para tokoh masyarakat lainnya diharapkan menjadi agen penyampaian pesan-pesan positif dan autentik ini,” ujar Ero.

Pemaparan Ero itu selaras dengan hasil studi terbaru dari Tallin University Estonia yang menyebut aplikasi percakapan WA lebih berbahaya dalam menyebarkan hoaks tentang Covid-19. Meski demikian platform media sosial lain juga punya peran besar terkait penyebaran hoaks itu. Hasil studi yang mengambil tempat di Jerman dan Israel itu menunjukkan hoaks yang menyebar di grup WA kini lebih berbahaya ketimbang aplikasi lainnya.

Identitas penyebar hoaks di Whatsapp lebih jelas ketimbang yang disebarkan melalui platform media jejaring sosial lainnya. Penyebaran hoaks terjadi dalam format pesan berantai yang diterima dan disebarkan begitu saja oleh masyarakat. Pesan berantai itu bersumber dari media jejaring sosial lain, seperti Facebook, Twitter atau Instagram.

Sementara itu pada kegiatan Talkshow “Makin Cakap Digital dengan Beretika dan Berbudaya di Dunia Maya” Tenaga Ahli Menteri Bidang Literasi Digital dan Tata Kelola Internet Kominfo Donny BU mengatakan, sebelum era digital, memiliki kemampuan dasar membaca dan menulis mungkin sudah cukup. Kini, setiap orang yang terkoneksi ke internet juga dituntut memiliki kecakapan digital.

“Dalam rangka mempercepat program transformasi digital Indonesia dan mendorong peningkatan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi masyarakat Indonesia, diperlukan upaya dan strategi untuk memaksimalkan literasi digital. Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama mitra jejaring GNLD Siberkreasi telah menyusun sebuah kurikulum dan modul terkait dengan hal itu,” ujar Donny.

Dia mengatakan ada keterkaitan erat antara upaya percepatan digital dan kenyataan masih rendahnya etika masyarakat dalam bermedia digital. “Inilah pentingya literasi digital dalam menciptakan masyarakat yang beretika di dunia digital,” ucapnya.

Kemenkominfo telah meluncurkan Peta Jalan Literasi Digital 2021-2024 yang terdiri dari empat kerangka yaitu Digital Skills, Digital Safety, Digital Ethics, dan Digital Culture. Kerangka tersebut kemudian dikembangkan menjadi Modul Literasi Digital yang disusun oleh tim penulis dari Jaringan Pegiat Literasi Digital (JAPELIDI) bersama dengan Tim Literasi Digital Kementerian Kominfo dan para pegiat literasi digital GNLD Siberkreasi.

Modul tersebut diharapkan dapat menjadi referensi bagi para narasumber dan peserta dalam mengikuti program literasi digital dan sebagai salah satu alat pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi masyarakat Indonesia di masa mendatang.(ASA)

Exit mobile version