SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Hari terakhir pendaftaran program bantuan pemerintah untuk UMKM (BPUM) di Sragen diserbu pelamar, Kamis (22/4/2021).
Sejak pagi, ratusan pelamar hilir mudik mengumpulkan berkas pendaftaran ke lokasi pendaftaran di depan kantor Disperinkop UMKM Sragen. Sejak dibuka pukul 08.00 WIB, pelamar dari beberapa wilayah kecamatan silih berganti memasukkan berkas.
“Iya ramai karena hari ini hari terakhir. Tadi sejak jam 08.00 WIB sudah banyak yang datang. Tapi kemarin lebih rame,” papar petugas security Disperinkop UMKM, Aditya Wayan Pratomo kepada JOGLOSEMARNEWS.COM .
Meski banyak pendaftar, tidak ada kerumunan karena pendaftar hanya memasukkan berkas ke dalam kotak kardus yang disediakan.
Selepas memasukkan, mereka kemudian meninggalkan lokasi. Menurut Aditya, ada beberapa pendaftar yang kurang lengkap seperti belum dimasukkan ke dalam amplop besar.
Namun dari kantornya membantu menyediakan amplop secara gratis kepada pendaftar.
“Agar mereka tidak wira-wiri,” katanya.
PLt Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sragen, Tedi Rosanto melalui Kabid Pemberdayaan Usaha Mikro,
Dewi Dwi Hastuti menyampaikan hingga penutupan pendaftaran sore ini, total ada 1.500an berkas yang masuk.
Nantinya berkas akan diajukan ke kementerian melalui Pemprov Jateng. Seluruh proses verifikasi dan penentuan kelolosan ditangani sepenuhnya dari kementerian.
Salah satu pendaftar yang mengumpulkan berkas adalah Devi (30)
asal Desa Jambeyan, Sambirejo. Ia mengaku rela jauh-jauh dari Sambirejo untuk mengumpulkan berkas pendaftaran bantuan UMKM.
Ia mengaku sudah ketiga kali mendaftarkan bantuan BPUM UMKM. Namun dua kali sebelumnya sempat gagal dan tidak mendapat bantuan. Meski demikian, ia tak menyerah dan tetap semangat mendaftar di kesempatan ketiganya kali ini.
“Ini sudah yang ketiga. Yang pertama sekali gagal, yang kedua kemarin daftar online juga gagal. Mudah-mudahan yang ini bisa berhasil Mas,” ujar perempuan yang berprofesi sebagai tukang bubur keliling di Pasar Bunder Sragen itu.
Devi mengaku sangat berharap bisa dapat BPUM. Sebab pandemi covid-19 benar-benar membuat usaha kecilnya jualan bubur terpuruk.
Sejak awal merintis usaha tahun 2008, sebelumnya lancar-lancar saja. Baru setelah ada pandemi, omset merosot drastis.
“Sepi banget Mas sejak ada covid-19. Penurunan banyak banget. Biasanya sehari bisa nyisihkan untung Rp 100.000 sampai Rp 150.000 dan bisa buat setoran bank, sekarang mau nyari Rp 50.000 sampai Rp 100.000 saja nggak bisa. Kalau dapat bantuan minimal bisa nambah modal Mas,” tuturnya. Wardoyo