Site icon JOGLOSEMAR NEWS

3 Bulan Lebih, Nasib Jenazah 4 Awak Kapal TB Mitra yang Hilang Ditabrak Kapal Tanto di Perairan Surabaya Masih Misteri. Keluarga Geram Pencarian Diabaikan, Perusahaan Lepas Tangan, Malah Disuruh Cari Surat Kematian Sendiri!

Korban TB Mitra Jaya, Budiantoro (kanan) dan Himawan CH (kanan). Foto kolase/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Musibah kecelakaan laut Kapal TB Mitra Jaya XIX yang ditabrak KM Tanto Bersinar di perairan jalur Barat Surabaya Januari 2021 lalu hingga kini masih menyisakan masalah.

Hingga tiga bulan lebih sejak kejadian, nasib empat awak Kapal TB Mitra Jaya yang terdampar, belum juga ada kejelasan. Pihak keluarga korban pun memprotes penghentian pencarian yang tanpa ada kejelasan.

Sikap pemilik kapal dan perusahaan Kapal TB Mitra Jaya yang terkesan abai dan menghindar dari tanggungjawab, makin menambah geram pihak keluarga korban.

Fakta itu kembali mencuat dari curahan hati para keluarga awak kapal yang menjadi korban tragedi itu, Minggu (2/5/2021).

Salah satu kerabat awak kapal TB Mitra Jaya bernama Budiantoro (50), Endro menyampaikan sejak kejadian 23 Januari lalu, hingga kini tidak kunjung ada kabar kelanjutan penanganan pencarian empat awak yang hilang.

Dari lima awak yang hilang saat kejadian, baru satu awak yang dilaporkan sudah ditemukan tiga minggu sejak kejadian. Sedang empat awak belum ditemukan termasuk pamannya, Budiantoro (50).

“Sampai sekarang belum ada kejelasan nasib jenazah paman saya dan tiga awak lainnya. Kami menyayangkan sikap pemilik kapal dan perusahaan yang seolah lepas tangan. Kemudian pencarian sampai sekarang juga tidak ada kelanjutan,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (2/5/2021).

Endro menyesalkan tiadanya upaya dari perusahaan untuk bertanggungjawab terhadap nasib 4 awak yang belum ketemu.

Padahal dari penjelasan kapten, bahwa lima anak buah kapal (ABK) terjebak di dalam kapal yang kandas usai ditabrak KM Tanto Bestari.

Pihaknya juga mempertanyakan keseriusan pemerintah melalui pihak terkait dalam melakukan pencarian korban.

Sebab kondisi kapal sebenarnya hanya kandas di kedalaman 8 meter dan diyakini masih ada kemungkinan bisa ditemukan jika pencarian lebih diintensifkan.

“Tiga minggu setelah kejadian, ada laporan satu jenazah ditemukan. Tapi setelah itu tidak ada lagi kelanjutan. Kapal katanya penuh lumpur dan pencarian dihentikan,” terangnya.

Ia juga menyesalkan kurang maksimalnya upaya evakuasi dari Basarnas. Hal itu dinilai dari klarifikasi yang disampaikan pihak Basarnas bahwa pencarian memang benar pencarian ditutup dan akan dibuka kembali jika ada tanda-tanda ditemukan jenazah.

“Padahal kapal sudah ditemukan dan dipinggirkan. Harusnya kan itu sudah tanda-tanda, kenapa tidak ada pergerakan lagi sampai sekarang. Seperti terkesan dibiarkan, padahal itu nyawa manusia juga, warga Indonesia juga,” tuturnya kesal.

Surat Kematian

Tak cukup sampai di situ, sikap perusahaan dan pemilik kapal TB Mitra Jaya yang terkesan lempar tanggungjawab makin membuat geram keluarga.

Endro menyampaikan bahkan untuk pengurusan asuransi saja, keluarga korban malah diminta mencari surat kematian sendiri.

Padahal harusnya surat kematian dikeluarkan oleh Basarnas jika jenazah benar-benar tidak ditemukan atau dibuat rumah sakit jika sudah ditemukan.

“Ini sangat-sangat janggal dan lucu. Kalau keluarga disuruh buat surat kematian sendiri, berarti dianggap kematian di rumah, bukan kecelakaan saat kerja. Sampai sekarang pihak owner kapal juga nggak pernah mau mengurus,” tukas Endro.

Lantas, saat keluarga mengurus gaji, perusahaan hanya memberikan Rp 1,5 juta dengan bahasa dipinjami dulu hitungan belakang.

Atas kondisi itu, mewakili keluarga, Endro mendesak pemerintah atau instansi berwenang untuk sedikit peduli terhadap nasib 4 jenazah dan pengurusan hak-haknya.

Pihaknya sebenarnya tak henti berupaya mencari keadilan. Di antaranya mendesak penanganan dengan berkirim surat ke BPJS dan Gubernur. Namun hingga kini belum ada respon dari kedua pihak terkait kelanjutan penanganan kasus tersebut.

“Kasihan, keluarga mereka butuh kejelasan dan kepastian. Yang namanya orang hidup, pasti punya hutang. Sudah evakuasi diabaikan, pengurusan administrasi malah dilempar sana lempar sini. Kasihan keluarga jadi tambah bingung,” tandasnya.

Sebelumnya, keluarga awak korban dari Madiun, Rudi Budianto mengaku susah mendapatkan informasi kejelasan nasib putranya Himawan Cahya Herdianto (27) yang turut jadi awak kapal TB Mitra Jaya.

Rudi menilai perusahaan seolah-olah terkesan sudah mulai tutup mata tutup telinga dan melepas tangan atas musibah ini.

“Sampai saat ini kami menunggu info titik terang. Dari beberapa rekan korban juga sudah berusaha menghubungi perusahaan dimana saudara kita kerja (TB Mitra), itu tidak ada tanggapan bahkan beberapa telfon masuk itu tidak diangkat. Jadi bagaimana kita bisa dapatkan info yang pasti. Hari demi hari kita ingin tahu karena menyangkut nyawa,” ujarnya via telepon.

Rudi berharap pencarian para korban kembali dilanjutkan sampai ada titik terang dan kejelasan.

Sementara masalah lain termasuk santunan dan sebagainya diharapkan bisa dipermudah agar meringankan beban keluarga.

Seperti diketahui, Kapal TB Mitra Jaya yang menarik tongkang dari Kalimantan ke Gresik tertabrak KM Tanto Bersinar di jalur Barat Surabaya pada Sabtu 23 Januari 2021 pukul 03.15 WIB.

Ada 8 awak kapal menjadi korban, 3 dapat diselamatkan sementara 5 lainya hilang.
Adapun ke lima korban kapal TB Mitra Jaya XIX dalam pencarian Fakhtur (48), Himawan (27) Arif Maulana (47) Ulil Amri (57) dan Budiantoro (50).
Dalam perkembangannya, satu ABK ditemukan meninggal 3 pekan setelah kejadian sementara empat ABK lainnya hingga kini belum ada kejelasan. Wardoyo
Exit mobile version