JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Wahai Pemerintah, Dengar Jeritan Puluhan Perajin Tahu di Kampung Teguhan Sragen. Harga Kedelai Mencekik Hingga Rp 11.000, Tiap Hari Nombok, Pingin Berhenti Bingung Mau Makan Apa!

Perajin tahu di sentra tahu Kampung Teguhan, Sragen. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Puluhan perajin tahu di sentra produksi tahu Kampung Teguhan, Kelurahan Sragen, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen menjerit mengeluhkan mahalnya harga bahan baku kedelai.

Sudah hampir beberapa bulan, harga kedelai impor yang dibeli untuk bahan baku harganya meroket drastis.

Perajin pun kebingungan lantaran opsi menaikkan harga jual dan mengurangi ukuran, belum mampu menutup kenaikan biaya produksi.

Keluhan itu dilontarkan pengusaha tahu di kampung yang hampir 80 persen penduduknya menjadi perajin tahu itu.

Salah satu perajin tahu, Suwolo (52) warga Kampung Teguhan RT 9/3 mengungkapkan saat ini harga kedelai impor sudah menembus angka Rp 11.000 perkilogram.

Harga itu jauh melambung dari harga sebelumnya yang berkisar di angka Rp 9.700 perkilo. Harga mulai meroket tajam sebelum Lebaran yang naik menjadi Rp 10.000 dan kini terus melonjak menyentuh harga tertinggi Rp 11.000.

“Semenjak ada Corona, harga kedelai impor nggak menentu. Dulu harga bisa Rp 6.500 perkilo, setelah Corona harganya langsung naik. Bukan kemarin harga Rp 9.700 sampai Rp 9.800 perkilo. Naik lagi jadi Rp 10.000, lalu turun sedikit, ini kemarin ambil sudah naik malah jadi Rp 11.000,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (18/5/2021).

Dua orang buruh sedang memproduksi tahu di sentra tahu Teguhan, Sragen. Foto/Wardoyo

 

Pria yang sudah 25 tahun menekuni usaha tahu itu menuturkan lonjakan harga kedelai itu membuat perajin kesulitan untuk menjual produk.

Strategi menaikkan harga jual dan mengurangi ukuran belum mampu menutup kenaikan ongkos produksi akibat mahalnya bahan baku.

“Kami benar-benar kesulitan memasarkan. Kalau harga dinaikkan dan ukuran dikurangi, pembeli makin lari. Tapi kalau nggak begitu, nggak bisa jalan,” terangnya.

Atas kondisi itu, ia berharap pemerintah bisa turun tangan dengan mengupayakan menurunkan harga kedelai impor. Atau memberikan subsidi harga agar kedelai impor bisa turun harga di angka normal seperti sedia kala.

Baca Juga :  Media Sragen Terkini (MST HONGKONG), Grup Pertama yang Terdaftar di Kemenkumham dan Memiliki Anggota Terbanyak di Kota Sragen

Perajin tahu lainnya, Joko Supono (57) asal Kampung Teguhan RT 9/3, juga mengungkapkan saat ini kondisi perajin tahu benar-benar terpuruk dan menjerit.

Menurutnya, harga kedelai mulai mahal sudah hampir setahun terakhir. Namun harga saat ini yang sampai Rp 11.000 membuat perajin sudah kesulitan untuk bertahan.

“Kami nggak punya pilihan lain, kedelai yang ada hanya impor. Kalau barangnya dari pemasok lancar bahkan mau beli berapapun dikasih. Tapi harganya itu sangat mahal Rp 11.000 perkilo. Padahal dulu setahun lalu, harga hanya Rp 6.500 sampai Rp 7.000,” paparnya.

Istrinya, Sri Mulyani, menuturkan mahalnya harga kedelai itu berdampak buruk terhadap kelangsungan usaha dan produksi.

Sejak harga kedelai meroket, ia terpaksa memangkas karyawan dari 8 orang sebelumnya, menjadi tinggal 4 orang saja. Kemudian produksi yang sebelumnya bisa 4 kuintal perhari kini dikurangi jadi hanya 2 kuintal perhari.

Perajin tahu, Joko Supono dan Sri Mulyani. Foto/Wardoyo

Kemudian untuk menekan kerugian, ukuran tahu dan harga jual juga terpaksa dinaikkan. Jika sebelumnya harga tahu 1 papan Rp 20.000, sekarang dinaikkan menjadi Rp 35.000.

Sedang ukuran tahu juga terpaksa digerus satu sentimeter demi bisa menyesuaikan kenaikan biaya produksi.

“Harga Rp 35.000 satu papan itu sudah harga terpaksa karena untuk bisa bertahan saja harusnya satu papan dijual Rp 40.000. Kami terpaksa karena perajin juga saing-saingan harga. Ada yang jual satu papan Rp 32.000, kalau dipaksakan Rp 40.000, nggak akan ada yang beli lagi,” terangnya.

Nombok Terus dan Menjerit

Sri menuturkan dua strategi itu pun, dinilai belum bisa menutup kenaikan biaya produksi.

Sehingga ia mengibaratkan saat ini perajin tahu terpaksa masih berproduksi hanya demi bisa bertahan karena sudah tidak ada pilihan lain untuk mengais pendapatan.

Baca Juga :  Berkah Hari Raya Idul Fitri Toko Pusat Oleh-oleh di Sragen Diserbu Pembeli

Sementara faktanya, hanya keahlian membuat tahu yang dimilikinya bersama puluhan perajin di kampungnya.

“Kami perajin tahu benar-benar menjerit dan menangis saat ini Mas. Jangankan untung, bisa bertahan saja sudah syukur. Kalau mau jujur, aslinya ini nombok terus. Tapi kalau mau berhenti nggak buat, ya mau makan apa. Cuma pekerjaan ini yang bisa kami lakukan. Saya sampai bikin tahu bakso, tahu susu demi bisa jalan menutup kerugian. Kalau hanya ngandalkan tahu tok, sudah ambleg Mas,” ujarnya.

Atas kondisi itu, ia pun berharap pemerintah bisa sedikit berempati dan memperhatikan kelangsungan nasib para perajin tahu. Sebab kondisi saat ini sudah sangat memberatkan perajin.

“Kalau mau berhenti, yang dimakan apa. Ini saya pinjaman di bank sudah nggak bisa ngangsur, hanya bayar bunga saja. Tolong pemerintah dengarkan jeritan wong cilik seperti kami ini Pak,” tuturnya.

Salah satu tokoh Kampung Teguhan, Mario berharap pemerintah segera turun tangan mengambil kebijakan terkait kondisi mahalnya kedelai.

Hal itu demi menyelamatkan nasib 80 sampai 100 perajin tahu di sentra tahu Teguhan yang sudah puluhan tahun berproduksi.

“Minimal dengan memberi subsidi sehingga harga kedelai bisa turun. Kalau dibiarkan kami khawatir nanti semua akan berhenti dan tidak lagi bisa produksi,” tegasnya.

Terpisah Kepala Dinas Perdagangan Sragen, Tedi Rosanto mengatakan perihal harga kedelai impor, kewenangan dinas hanya memohon kepada pemerintah pusat agar pasokan bisa diperbanyak agar harga normal.

“Persaingan dagang internasional sangat ketat di masa pandemi. Tapi kami (dinas) akan segera mengirimkan surat kepada Gubernur tentang keluhan warga Teguhan. Karena Sragen tergantung dari pemasok dari daerah lain. Itu yang membuat kami kesulitan untuk menekan harga kedelai,” jelasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com