Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Mengenal Long Covid, Lebih Sering Menyerang Kaum Pria, Apa Gejalanya?

Ilustrasi pasien Covid-19. Foto: pixabay.com

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Hasil penelitian Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menunjukkan, meski seorang pasien Covid-19 telah dinyatakan sembuh dan negatif, tetapi seorang penyintas masih merasakan gejala sisa yang disebut Long Covid.

Meski gejala Long Covid bisa diatasi secara medis, tetapi, pasien COVID-19 perlu mewaspadai hal ini.

Gejala Long Covid ditandai dengan pelemahan fisik secara umum, sesak napas, nyeri sendi, nyeri otot, batuk, diare, kehilangan penciuman, dan pengecapan

Kabag Pembinaan Fungsi RS Bhayangkara R. Said Sukanto, dr. Yahya Sp.P, Kombespol & dokter spesialis paru memaparkan 53,7 persen pasien merasakan gejala Long Covid selama satu bulan, 43,6 persen selama 1-6 bulan, dan 2,7 persen lebih dari 6 bulan.

“Gejala Long Covid dimulai dari pelemahan fisik secara umum, sesak napas, nyeri sendi, nyeri otot, batuk, diare, kehilangan penciuman, dan pengecapan,” terangnya terangnya dalam diskusi KCPEN yang digelar virtual, Kamis (3/6/2021).

Secara demografi, pasien laki-laki lebih besar peluangnya terkena efek Long Covid.

Salah satu alasannya karena gaya hidup merokok.

Selain itu, satu faktor penting dari gejala Long Covid dipicu juga oleh kondisi psikologis pasien.

“Biasanya juga pasien COVID-19 yang bergejala berat atau mungkin yang berhasil sembuh setelah dibantu ventilator memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menderita Long Covid ini,” terangnya.

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Kudus, Komisi IX Ingatkan Pemerintah Soal Pandemic Fatigue

Dr. Yahya menuturkan, untuk pasien yang kehilangan kemampuan penciuman dan pengecapan memang perlu dibangkitkan lagi sensitivitasnya seperti mencium bau-bau yang sangat menyengat seperti minyak kayu putih dan parfum yang sangat harum.

“Ini perlu dilatih setiap hari agar pulih secepatnya,” saran dr. Yahya.

Ahli Virologi Universitas Udayana Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika menjelaskan lebih lanjut, mengapa seseorang masih bisa merasakan gejala sisa Covid-19.

“Semua jaringan tubuh manusia bisa terinfeksi virus COVID-19 ini. Jadi Long Covid ini membuat pasien berisiko kerusakan jaringan tubuh dalam jangka panjang hingga menyebabkan gangguan respon imun dan gangguan saraf. Karena itu mohon jangan lagi menganggap remeh penyakit COVID-19 ini,” pesannya.

Masyarakat juga perlu diingatkan bahwa meskipun sudah divaksinasi, peluang tertular COVID-19 masih ada.

“Vaksin ini utamanya adalah untuk menurunkan gejala berat dan risiko kematian akibat terjangkit COVID-19. Artinya semua yang sudah divaksinasi masih berisiko terinfeksi, hanya saja jumlah virus yang menginfeksi jauh lebih sedikit daripada orang yang belum divaksinasi,” terang Prof. Mahardika.

Exit mobile version