Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Angka Kematian Tinggi, Stok Kembang Kempis, Semua Kepala Daerah Rame-Rame Minta Gubernur Ganjar Tambah Pasokan Oksigen

Ketua Komisi IV DPRD Sragen, Sugiyamto saat mendampingi pamannya yang terpapar covid-19 ke rumah sakit namun gagal tertolong karena tidak adanya kamar kosong dan sulitnya mendapat oksigen, Minggu (11/7/2021). Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pasokan oksigen medis untuk rumah sakit rujukan yang menangani pasien Covid-19 menjadi topik utama dalam rapat evaluasi penanganan Covid-19 bersama Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Senin (19/7/2021).

Kondisi oksigen yang tidak stabil dan cenderung kurang membuat daerah kesulitan melakukan penanganan. Hal itu akhirnya turut andil membuat angka kematian pasien Covid-19 meningkat.

“Tadi evaluasi, semua daerah minta oksigen. Jadi tugas beliau bagaimana oksigen itu tidak kekurangan. Jangan sampai ada pasien meninggal dunia karena pasokan oksigen tidak stabil,” papar Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati seusai rapat melalui video conference di Pemkab, Senin (19/7/2021).

Bupati menyampaikan saat ini kondisi pasokan oksigen di Sragen memang cenderung belum stabil. Masih sering terjadi keterlambatan pengiriman dan kuota di bawah kebutuhan.

Kondisi itu masih dialami terus sampai saat ini. Daerah hanya bisa menunggu dan menunggu pasokan saja serta belum ada solusi.

“Kalau terlambat pengiriman, tidak sesuai kuota pasti kita alami terus. Di Sragen misalnya yang 10 kosong, dan yang 18 baru diisi,” terang Yuni.

Selain oksigen, cakupan vaksinasi juga menjadi bahasan. Yuni menyebut saat ini ketercapaian vaksinasi di Sragen untuk lansia dan pra lansia belum ada 50 persen.

Sementara realitanya angka kematian bagi pasien di dua kelompok itu cukup tinggi. Karenanya selain oksigen, pihaknya dan hampir semua kepala daerah meminta Pemprov memperjuangkan penambahan dosis vaksin untuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi ke.masyarakat.

“Sragen kalau dapat vaksin 6.000 dosis. Kita bagi setiap pukesmas dan puskesmas setiap minggu hanya 200 vial dan 200 vial dibagi per desa. Terus berapa 30 atau 50 tergantung keaktifan kepala desa juga. Karena kalau tidak aktif tentu tidak mungkin bisa terselesaikan,” ujar dia. Wardoyo

Exit mobile version